Skip to Content

PENGARANG-PENGARANG ASAL SUMATERA UTARA (2)

Foto SIHALOHOLISTICK

26. HARTA PINEM
Penulis ini dilahirkan di Juhar, Tanah Karo, Sumatera Utara, tanggal 25 Juni 1958. Pendidikan terakhirnya adalah IKIP Medan (1987). Ia aktif dalam Forum Kreasi Sastra Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam kumpulan sajak bersama Serayu (1995) dan Mimbar Penyair Abad 21 (1996).

27. HAZIL TANZIL
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 26 Nopember 1918. Berpendidikan HBS Jakarta, Fakultas Hukum UI, dan Rechthogeschool di Jakarta (1939-1942), dan Juridische Fakulteit Universitet van Amesterdam (1950-1953; dengan titel Drs.). Hazil pernah mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (1959-1962) dan Fakultas Sastra UI (1969-1973). Pernah menjadi pembantu Instituut Voor Taalen Cultuur Penerbit Djambatan di Amesterdam, redaktur majalah Konfrontasi (1954-1962), Direktur Penerbit Pembangunan (1960-1968), Ketua IKAPI (1959-1963; kemudian Wakil Ketua II, 1968-1973), Direktur Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (1973-1982), dan Sekretaris Himpunan Penerjemah Indonesia (1974-). HT banyak menerjemahkan karya sastra asing, di antaranya: Kisah Jerman Sepanjang Masa I & II (1973), Kisah Belanda Sepanjang Zaman (1979), Humor Sekolom Senyum Dikulum (karya Simon Carmiggelt, 1980), Saat Untuk Bicara: Anekdot-Anekdot Syaikh Sa’di Shirazy (1985), dan Pedoman Pengendalian Mutu (karya Kauru Ishikawa, 1986)

28. HELVY TIANA ROSA
Penulis ini dilahirkan di Medan tanggal 2 April 1970. Menyelesaikan studi di Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra UI, Depok (1995). Tahun 1990 ia mempelopori berdirinya Teater Bening – sebuah teater perempuan – di FSUI. Kini menjadi pemimpin redaksi majalah Annida. Bukunya yang telah terbit antara lain Ketika Mas Gagah Pergi (1997), Sebab Sastra yang Merenggutku dari Pasrah (1999), Hingga Batu Bicara (1999), Manusia-Manusia Langit (2000), Akira (2000), Lelaki Kabut, Boneka, dan lain-lain. Namun bukunya yang pertama Mc Aliester justru diterbitkan Moslem Press, London (1966). Ia pernah mendapat berbagai penghargaan di bidang penulisan, terakhir Jaring-Jaring Merah terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik Majalah Sastra Horison selama sepuluh tahun terakhir (1990-2000). Ia juga salah satu pendiri Forum Lingkar Pena (FLP), yaitu suatu wadah untuk menyalurkan dan menggerakkan semangat menulis bagi remaja.

29. HERMAN KS
Penulis ini dilahirkan di Medan , tanggal 9 Oktober 1937. Ia pernah menjadi redaktur harian Patriot (1962-1964) dan Waspada (1976-1981); keduanya di Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam Konfrontasi, Mimbar Indonesia, Sastra, Horison, dan Puisi ASEAN (buku III, 1978). Kumpulan esainya : Potret Penyair: Pengembangan Batin Penyair Indonesia Mutakhir (1985).

30. H.R. BANDARO
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 1 Mei 1917. H.R. Bandaro pernah menjadi redaktur Harian Rakyat dan Harian Pendorong serta pernah aktif dalam Lekra. Kumpulan sajaknya, Dari Daerah Kehadiran Lapar dan Kasih (1958), mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957/1958. Karyanya yang lain: Sarinah dan Aku (1941), dan Dari Bumi Merah (Kumpulan Sajak , 1963). Terjemahannya : Hilangnya Kehormatan Katharina Blum (novel Hendrich Boll, 1983).

31. IDA NASUTION (1924-1948)
Penulis ini dilahirkan tahun 1924, meninggal tahun 1948 (dalam perjalanan Jakarta-Bogor). Berpendidikan SMA dan Fakultas Sastra UI (tidak tamat). Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” /Siasat dan Het Inzicht. Ia menerjemahkan “Pemenang” (Les Conquerants) karya Andre Gide dalam majalah Pembangunan.

32. IDRIS SIREGAR
Penulis ini dilahirkan di Medan tanggal 2 Juni 1968. Menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan, (1991). Kini menjadi Pegawai Dinas Pendapatan Dati II Deli Serdang, Tanjung Morawa. Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Puisi-Puisi Koran Sabtu Pagi (1993), Cerita dari Hutan Bakau (1994), Rentang (1995), Kebangkitan Nusantara II (1995), Bumi (1996), dan Antologi Puisi Indonesia 1997 (1997).

33. ISMAIL MARAHIMIN
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 25 April 1934. Berpendidikan SD di Medan, Pekanbaru, dan Binjai) SMP, SGA, PGSLP di Medan, tamat Jurusan Bahasa Inggris IKIP Medan (1964), kemudian memperdalam pengetahuan di Universitas Hawaii, Honolulu, AS (1969-1971). Pernah menjadi guru SMP di Medan, dosen IKIP Medan, dan hingga sekarang mengajar di Fakultas Sastra UI. Novelnya Dan Perang pun Usai (1979; semula berjudul Tiga Lagu Dolanan), meraih Hadiah II Sayembara Mengarang Roman DKJ 1977; tahun 1984 novel ini mendapat Hadiah Sastra Pegasus Literary Prize dari perusahaan Amerika Mobil Oil Indonesia, dan tahun 1987 novel ini terbit dalam bahasa Inggris dengan judul And the War is Over (terjemahan John H. McGlynn). Selain itu ia juga menjadi editor kumpulan cerpen Jejak Langkah Anak Kampus (1989).

34. IWAN SIMATUPANG (1928-1970)
Nama aslinya adalah Iwan Maratua Dongan Simatupang. Novelis dan sastrawan Indonesia terkenal ini dianggap sebagai tokoh Angkatan 70-an di bidang prosa. Karya-karya prosa dan dramanya dianggap membawa corak filsafat Barat, khususnya eksistensialisme. Sampai sekarang, karya-karyanya itu masih menjadi bahan kajian yang menarik untuk dikaji oleh masyarakat peminat sastra.
Beberapa kritikus menyebut karya-karya Iwan Simatupang sebagai karya avant garde. Namun, Iwan menyebut dirinya manusia marginal, manusia perbatasan. Tokoh-tokoh ceritanya memang cenderung menampilkan manusia yang terpisah, kesepian, terasing dan murung. Tokoh-tokoh dalam karyanya, menurutnya adalah manusia perbatasan atau manusia eksistensialis.
Iwan Simatupang lahir di Sibolga, Sumatera Utara, tanggal 18 Januari 1928, meninggal di Jakarta 4 Agustus 1970. Berpendidikan HBS Medan, Fakultas Kedokteran di Surabaya (1953, tidak tamat). Iwan kemudian memperdalam antropologi di Fakulteit der Letteren Rijkouniversteit, Leiden, atas beasiswa dari Sticusa (Stichting vor Culture Samenwerking). Selain itu ia belajar di Full Course International Institute for Social Studies di Den Haag dan Ecole de l’Europe tahun 1957. Ia juga mempelajari drama di Amesterdam, dan filsafat di Universitas Sorbonne, Paris antara tahun 1954-1958.
Iwan Simatupang pernah menjadi tentara, guru, dan wartawan. Ia menjadi Komandan Pasukan TRIP di Sumatera Utara (1949), guru SMA Jalan Wijayakusumah di Surabaya (1950-1953), redaktur Siasat (1954-), dan terakhir menjadi redaktur Wartawan Harian (1966-1970).
Iwan mwnulis novel, drama dan esai. Beberapa karya novelnya antara lain Merahnya Merah (1968, mendapat Hadiah Nasional tahun 1970), Ziarah (1969, mendapat Hadiah Harapan Sayembara UNESCO yang diselenggarakan IKAPI. Pada tahun 1977, meraih Hadiah Sastra ASEAN sebagai novel terbaik Indonesia dalam Periode 10 tahun masa itu. Selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dengan judul The Pilgrim, tahun 1975 ), Kering (1972, diterjemahkan oleh Hary Aveling ke dalam bahasa Inggris dengan judul Drought, 1978), dan Koong (1975, mendapat Hadiah dari Yayasan Buku Utama Departemen P & K 
pada tahun 1975). Karya dramanya antara lain Buah Delima dan Bulan Bujur Sangkar (1957), RT 00/RW 00 (1957), Petang di Taman (drama, 1966), dan Kaktus dan Kemerdekaan (1969). Cerpen-cerpennya tersebar diberbagai media massa. Dami N. Toda menerbitkan lima belas cerpen-cerpennya itu dengan judul Tegak Lurus dengan Langit (1982). Iwan juga menulis puisi yang antara lain dimuat di Siasat, Konfrontasi, Zanith, Kompas, dan Sinar Harapan.
Esainya Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air memperoleh Hadiah Kedua Majalah Sastra tahun 1963. Surat-Surat Politik Iwan Simatupang 1964-1966 (1986, diedit oleh Frans M. Parera), Ziarah Malam (kumpulan sajak, 1994). Selain itu tiga buah esainya dimuat dalam Satyagraha Hoerip (ed.), Sejumlah Masalah Sastra (1982).

35. J.E. SIAHAAN
Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara, tanggal 20 Maret 1934. Berpendidikan SMP APPI, Jakarta (1952), SGA Semarang (1955), Jurusan Biologi IKIP Universitas Airlangga, Malang (tidak tamat) dan menyelesaikan pendidikan di Akademi Film Nasional Universitas Jaya Baya, Jakarta (1964). Ia pernah menjadi guru SD di Karanganyar, Gombong, 1956),dan SMP di Jambi dan Malang, 1959-1961), kemudian bekerja di DKJ/TIM (1973-1975), Bagian Sinematek Indonesia, Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta (1976-1980), dan penerbit Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta (1981-1988).
Cerpennya Jika Hujan Turun mendapat Hadiah Kedua Majalah Kisah (1956); cerpen ini kemudian dimuat dalam H.B.Jassin (ed.), Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968). Sajak-sajak dan cerpen-cerpennya banyak dimuat dalam majalah Mimbar Indonesia, kisah, Sastra, dan lain-lain. JES juga banyak menulis tentang film. Selain itu juga menjadi editor buku Usmar Ismail, Usmar Ismail Mengupas Film (1983).

36. J.U. NASUTION (1930-1983)
Penulis ini lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, tanggal 17 Maret 1930 dan meninggal di Jakarta 21 September 1983. Berpendidikan SMA-A Medan, kemudian menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UI (1961) dan mengajar di almamaternya. Tahun 1971-1975 mengajar di Universitas Kebangsaan , Kuala Lumpur. Kembalai dari Malaysia, ia mengajar di Fakultas Sastra UI. Karyanya berupa hasil studi/kajian adalah Sitor Situmorang sebagai Penyair dan Pengarang Cerita Pendek (1963), Pujangga Sanusi Pane (1963), dan Asmara Hadi Penyair Api Nasionalisme (1965).

37. LAZUARDI ADI SAGE
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 28 Nopember 1957. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Tinggi Publisistik, Jakarta (hingga Sarjana Muda, 1981). Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Byaar (1977), Antologi Puisi Sembilan (1979), dan Linus Suryadi AG (ed.) Tonggak 4 (bunga rampai, 1987). Kumpulan sajaknya Bola Yang Dilambungkan (1980), Tembang Kota Tanah Tercinta (bersama Adek Alwi, 1980), dan Catatan Kesaksian (1986).

38. M. BIYA SOFYAN
Penulis ini dikenal juga dengan nama Sofyan Ambia, ia lahir di Pasar Senen, Kampung Baru, Medan, tanggal 15 April 1936. Berpendidikan Tsanawiyah (1956), kini menjadi Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara. Cerpen-cerpennya dimuat dalam Mimbar Umum, Tanah Air, Cerpen, Sastra, dan lain-lain.

39. M. HUSSYEN UMAR
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 21 Januari 1931. Berpendidikan MULO-B Pangkal Pinang (1949), SMA-B Jakarta (1952), dan tamat Fakultas Hukum UI (1957). Ia ikut mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (1955), pernah duduk dalam Dewan Mahasiswa UI, dan pencipta lagu mars mahasiswa UI. Pernah bekerja di Kementerian Pelayaran, Atase Perhubungan RI di Belanda (1969-1974), Direktur Utama PT PANN, Direktur PT PELNI (1979-1982), dan penasihat UNCTAD di Jenewa, Swiss (1986-1988). Karyanya Selendang Merah (Kumpulan Cerpen, 2000), Lereng, Perjalanan dan Refleksi (Kumpulan Sajak, 2001), dan Semangat Bushido (Novel).

40. M.A. DJUHANA
Penulis ini dikenal dengan nama Aki Djuhana, dilahirkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara, tahun 1925. Ia pernah menjadi pemimpin majalah Pembaharuan (1946), Pegawai Departemen Penerangan RI (-1974), Sekretaris Sutan Sjahrir, editor majalah Opbouw (1948), dan terakhir bekerja di UNESCO, Paris. Tahun 1949 berangkat ke Belanda, kemudian studi di Universitas Sarbonne, Paris. Sajak-sajaknya dimuat dalam Vrij Nederland dan Criterium.

41. M.S. HUTAGALUNG
Penulis ini lahir di Tarutung, Sumatera Utara, tanggal 8 Desember 1937. Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia fakultas Sastra UI (1964) dan memperdalam pengetahuan di Universitas Leiden Belanda (1971-1973). M.S.Hutagalung pernah mengajar di Institut Kesenian Jakarta (1970-1971), School of Humanites, University Sains, Penang, Malaysia (1977-1983), kini mengajar di Fakultas Sastra UI dan Fakultas Sastra Universitas Nasional Jakarta. Karyanya Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis (studi, 1963), Tanggapan Dunia Asrul Sani (study, 1967), Hari Penentuan (novel, 1967), Memahami dan Menikmati Puisi (studi, 1971), Telaah Puisi (kumpulan essai, 1973), Kritik Atas Kritik Atas Kritik (kumpulan esai, 1975), Membina Sastra Indonesia Modern (kumpulan esai, 1987), dan Telaah Puisi Penyair Angkatan Baru (1990).
M.S. Hutagalung dianggap sebagai tokoh utama “Aliran Rawamangun” bersama M.Saleh Saat, S.Effendi, dan Lukman Ali. Disebut sebagai aliran Rawamangun karena mereka memusatkan kegiatannya di Rawamangun sejak awal tahun 1970-an. Pada waktu itu, kampus Fakultas Sastra UI masih bertempat di kampus UI Rawamangun. Menurut mereka, pusat perhatian peneliti sastra hendaknya karya sastra itu sendiri. Maslah latar, sosio-budaya, dan lain-lain jangan sampai menggeser karya tersebut. Sebenarnya aliran ini tanpa disadari mereka ternyata memiliki prinsip yang bersamaan dengan aliran struktural dalam bidang linguistik, folklore, dan lain-lain. Beberapa pikiran tokoh aliran Rawamangun dapat dibaca antara lain pada buku Kritik Atas Kritik Atas Kritik (1975) M.S. Hutagalung.

42. MANSUR SAMIN
Penulis ini lahir di Batangtoru, Sumatera Utara, tanggal 29 April 1930. Pendidikan terakhir SMA Solo. Pernah menjadi guru, redaktur Siaran Sastra RRI Solo, redaktur mingguan Adil (Solo), wartawan Harian Merdeka (Jakarta), dan redaktur majalah Cerpen. Sajaknya Raja Simangaraja mendapat Hadiah Kedua majalah Sastra tahun 1963. Karyanya yang lain Perlawanan (Kumpulan Sajak, 1966), Kebinasaan Negeri Senja (drama, 1968), Tanah Air (Kumpulan Sajak, 1969), Dendang Kabut Senja (Kumpulan Sajak, 1969), Sajak-Sajak Putih (1996), dan Santanglelo: Sajak-Sajak Cerita Rakyat (1996). Ia juga banyak menulis cerita anak-anak.

43. MARTIN ALEIDA
Penulis ini dilahirkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara, tanggal 31 Desember 1943. Berpendidikan SD (1956), SMP (1959), SMA (1962), dan Fakultas Sastra USU (tidak tamat). Ia pernah menjadi reporter majalah Ekspres (1970), wartawan majalah Tempo (1971-1983), dan wartawan mingguan Olahraga Bola di Jakarta (1984).
Cerpen-cerpennya dimuat dalam harian Indonesia Baru, Harian Harapan, Harian Rakyat, Zaman Baru, Penca dan Horison. Salah satu cerpenny a dimuat dalam Waktu Nayla: Kumpulan Cerpen Kompas 2003 (2003). Kumpulan cerpennya Malam Kelabu, Ilyana dan Aku (1980) dan Perempuan Depan Kaca (2000). Novelnya Layang-Layang Itu Tak Lagi Mengepak Tinggi-Tinggi (1999).

44. MASKIRBI 
Penulis ini dikenal juga dengan nama Mazhar, dilahirkan di Tarutung, Tapanuli utara, Sumatera Utara, tanggal 9 Oktober 1952. Kini mengajar di fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, banda Aceh, di samping menjadi Sekretaris Umum Dewan Kesenian Aceh. 
Sajak-sajak dimuat dalam antologi Riak (1972), Kami Koma Kamu (1977), Kande (1982), Ranub (1982), Antologi Penyair Aceh (1986), Puisi Indonesia (1987), Sosok I (1993), Sosok II (1994), dan L.K. Ara dkk. (ed.) Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Kumpulan sajaknya Matahariku Matanya (1990).

45. MATU MONA (1910-1987)
Nama aslinya adalah Hasbullah Parinduri. Penulis ini lahir di Medan, tanggal 21 Juni 1910, meninggal di Jakarta, tanggal 8 Juli 1987. Berpendidikan St. Anthony’s Boys School Medan dan 1930 menjadi guru bantu sekolah tersebut. Ia pernah menjadi wartawan Pewarta Deli (1931-1938), pemimpian mingguan Penyebar (1941), pembantu Panji Pustaka (1943), pendiri koran Perjuangan Rakyat di Garut (1946), pemimpin harian Tegas di Banda Aceh (1950-1953), pemimpin mingguan Penyebar di Medan (1954-1959), dan Wakil Pemimpin Redaksi majalah Selcta di Jakarta (1960-1987). Ia pun pernah menjadi pemimpin sandiwara amatir Ratu Timur (1932-1938), kemudian aktif dalam rombongan sandiwara Cahaya Timur dan Dewi Mada (1943-1944). Di samping itu ia pernah masuk badan Penerangan Divisi XII Surakarta (1946) dan bergerilya di Jawa Timur (1948). Tahun 1941-1944 ia dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung.
Karyanya Harta Terpendam (1931), M. Yussyah Journalist (1932), Panggilan Tanah Air (1934), Rol Pacar Merah Indonesia (1934), Spionnage Dients (1935), Zaman Gemilang (1936), Dja Umenek Jadi-Jadian (1937), M.Husni Thamrin (b, 1940), Akibat Perang (1950), dan Putera Dja Umenek (1961).

46. MERARI SIREGAR (1896-1940)
Penulis ini lahir di Sipirok, Sumatera Utara, tanggal 13 Juni 1896, meninggal di Kalianger, Madura, tanggal 23 April 1940. Pendidikan terakhirnya adalah Handelscorrespondent Bond A di Jakarta (1923). Pernah bekerja di Medan (sebagai guru), RSU Jakarta, dan Opium & Zourregie Kalianget. Tahun terbit novelnya yang pertama Azab dan Sengsara, yakni tahun 1920, lazim dianggap sebagai tahun mulainya/lahirnya kesusastraan Indonesia Modern. Karyanya yang lain Cerita si Jamin dan si Johan (1918) saduran dari karya Justus van Maurik (Uit het Volk).

47. MH. AGAM FAWIRSA
Penulis ini lahir di Pangkalan Brandan , Sumatera Utara, tanggal 12 Juli 1962. Sajaknya dimuat dalam antologi L.K. Ara dkk.(ed.), Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995).

48. MOZASA (1914-1988)
Nama asli penulis ini adala Mohammad Zain Saidi, dilahirkan di Bogak, Asahan, Sumatera Utara, tanggal 10 Oktober 1914 dan meninggal di Medan tanggal 7 Pebruari 1988. Berpendidikan Sekolah Melayu Tanjung Balai (1928), Normaal School Pematangsiantar, dan Opleiding voor Landboutwonderwijzer, Pacasan (Bogor). Ia pernah menjadi guru sekolah rakyat di Kisaran (1934-1935), guru pertanian di Vervolgschool Arnhemia (1935-), dan Ketua dewan Kesenian Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam harian Sinar Deli (Medan) dan Majalah Pujangga Baru. Sejumlah sajaknya dimuat dalam S. Takdir Alisjahbana (ed.), Puisi Baru (Bunga rampai, 1946), dalam H.B.Jassin (ed.), Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (bunga rampai, 1963), dan dalam Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak I (bunga rampai, 1987).

49. MUHAMMAD KASIM
Penulis ini dikenal juga dengan nama M. Kasim, lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, tahun 1886. Berpendidikan sekolah guru dan sampai tahun 1935 menjadi guru SD. Bukunya Si Jamin mendapat Hadiah Sayembara Buku Anak-Anak Balai Pustaka tahun 1924; buku ini kemudian terbit tahun 1928 dengan judul Pemandangan dalam Dunia Kanak-Kanak. Kumpulan cerpennya, Teman Duduk (1936) adalah kumpulan cerpen yang pertama dalam sastra Indonesia. Karyanya yang lain Muda Teruna (novel, 1922), Bertengkar Berbisik (kumpulan cerita), Buah di Kedai Kopi (kumpulan cerpen), dan Dja Binuang Pergi Berburu. Terjemahannya Niki Bahtera (karya C.J Kieviet, 1920), dan Pangeran Hindi (karya Lewis Wallace, 1931). M. Kasim dianggap sebagai salah seorang pemula cerpen di Indonesia

50. N.A. HADIAN
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 21 September 1932. Setamat SMA melanjutkan ke Fakultas Hukum dan filsafat Panca Budi Medan. Ia pernah menjadi wakil penanggung jawab majalah Masa di Medan . Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Terminal (1971), Kuala (1975), dan Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977). Kumpulan sajaknya Hutan Kelam (1978), Badai (1981), dan Dialog Pisau (1982).

Komentar

Foto Bung Nasution

Admin.. Terima Kasih Sudah

Admin..

Terima Kasih Sudah Menyertakan Ayahanda Saya Yang Nomor 38

Foto SIHALOHOLISTICK

wah, setelah sekian lama

wah, setelah sekian lama tulisan ini di posting
ternyata masih ada yang membuat kita mengenang masa lalu

=@Sihaloholistick=

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler