Skip to Content

Puisi Terakhir Soe Hok Gie

Foto Jabrik

...

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah..
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza..

Tapi aku ingin menghabiskan waktu ku di sisi mu, sayangku...

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu..
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandala Wangi..

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau..
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biapra..

Tapi aku ingin mati di sisi mu, Manis ku...

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya..
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu..

Mari sini sayang ku...

Kalian yang pernah mesra,
Yang pernah baik dan simpati pada ku..
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung...

Kita tak pernah menanamkan apa-apa..
Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa..

(Catatan 11 November 1969) [hal. 433-434]
Catatan Seorang Demonstran - Soe Hok Gie

 

..

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan..
Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda..
Dan yang tersial adalah berumur tua..
Berbahagialah mereka yang mati muda..

Carl Sanburg, The Hang Man at Home (filsuf Yunani)


Mahluk kecil..
Kembalilah dari tiada ke tiada..
Berbahagialah dalam ketiadaanmu..

(Catatan 22 Januari 1962) [hal. 125-126]
Catatan Seorang Demonstran - Soe Hok Gie

 

Berikut videonya di film Soe Hok Gie, yang dibacakan aktor Nicholas Saputra 

youtube


Biografi Soe Hok Gie:

Soe Hok Gie (lahir di Djakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.

Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Cina.

Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).

Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.

Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).

Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).

Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.

Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Soe_Hok_Gie

Komentar

Foto Wisata Pelabuhan ratu

ahhhh saya sangat mengagumi

ahhhh saya sangat mengagumi sekali sosok Soe Hok Gie!

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler