Skip to Content

RESENSI NOVEL "WAKIL RAKYAT" KARYA ERIC TIWA

Foto SIHALOHOLISTICK
files/user/3199/wakil_rakyat.jpg
wakil_rakyat.jpg

RESENSI NOVEL

 

Judul                  :  Wakil Rakyat

Penulis                :  Eric Tiwa

Ide Cerita           :  Monty Tiwa

Editor                 :  Randu Ramadhan

Proofreader        :  Resita, Alit, Christian

Penata Letak      :  Wisya Mardiningrum

Desain Sampul   :  Michael Tju

Penerbit              :  Gagas Media

Cetakan              :  Pertama; April 2009

Harga Buku        :  Rp 25.000,-

Tebal                  :  vi+164 Hlm; 11,5x19 Cm

ISBN                  :  979-780-329-5

SINOPSIS

Bagyo tadinya cuma seorang petugas cleaning service. Namun, tiba-tiba hidupnya berubah. Gara-gara menghajar sekumpulan penjahat, Bagyo menjadi pahlawan. Sebuah partai politik papan atas pun langsung memanfaatkan ketenaran Bagyo dan menggaet Bagyo jadi anggotanya.

 

Sayang, di Desa Wadasrejo, daerah terpencil yang rakyatnya hidup serba kekurangan, Bagyo sama sekali tidak dikenal. Dia dan temannya pun menggunakan berbagai cara untuk menarik simpati warga.

 

Setelah semua upaya Bagyo untuk menjadi terkenal demi mendapatkan simpati, Bagyo menemukan sebuah kenyataan. Dan ternyata, kenyataan itu jauh lebih penting daripada nama besar dan popularitas.

 

 

 

UNSUR INTRINSIK

Tema

Dalam novel adaptasi yang berjudul Wakil Rakyat, Eric Tiwa mengangkat permasalahan kesejahteraan rakyat di tengah-tengah melandanya krisis multi dimensi yang terjadi di negeri ini. Munculnya berbagai partai politik ikut menghiasi kenyataan krisis multi dimensi tersebut. Para pemuka partai politik menebar janji dan bakti demi mendapatkan simpati rakyat kelas menengah ke bawah. Berbagai macam cara terkadang dilakukan hanya untuk mendapatkan simpati rakyat kecil tersebut, bahkan berani mengeluarkan uang yang jumlahnya tidak sedikit.

 

Hal yang demikian bukanlah hal yang asing dinegeri ini, karena di setiap menjelang pemilu, perhatian para pejabat memang selalu tercurah pada rakyat kecil yang tidak mampu dengan harapan mendapatkan dukungan pada saat pemilu dilaksanakan. Namun setelah memiliki kursi yang diimpikannya, malah janji yang selama ini tidak satupun yang menyentuh rakyat kecil. Begitulah perguliran politik dari pemilu ke pemilu berikutnya.

 

Penokohan

Dalam novel adaptasi yang berjudul Wakil Rakyat, terdapat penokohan sebagai berikut:

-          Bagyo              :  seorang pemuda; baik, suka menolong, dan mudah terpengaruh.

-          Ani                  :  seorang gadis, pacar Bagyo; tenang, baik, murah senyum.

-          Jereng              :  seorang pemuda, sahabat Bagyo, baik, setia kawan.

-          Atika               :  seorang artis; licik, mudah terpengaruh.

-          Wibowo          :  seorang ketua partai; kharismatik, ramah, dan licik.

-          Dani                :  penasehat Wibowo; tidak tegas.

-          Abimayu         :  anggota partai Wibowo; licik dan penipu.

-          Gatot               :  tangan kanan Abimayu; patuh.

-          Zainuddin       :  seorang ketua partai; kharismatik, licik.

-          Bang Jali         :  pedagang soto ayam; sinis.

-          Tarmuji            :  sopir; patuh dan bersahabat.

-          Pak Lurah        :  lurah Wadasrejo; baik, ramah.

-          Pak Jaja           :  Orangtua Ani; sinis.

-          Nanik              :  warga desa Wadasrejo; pengiba.

 

Alur

Dalam novel adaptasi yang berjudul Wakil Rakyat ini, Eric Tiwa menyampaikan kisah dalam novel ini dengan alur maju, namun alur maju itu tentunya tidak disajikan dalam bentuk kronologis yang detail, hanya saja pertalian suatu kisah dengan kisah selanjutnya memiliki hubungan yang sangat erat. Adanya pertalian ini membuat kisah semakin kokoh.

 

Secara ringkas alur novel adaptasi ini biasa kita uraikan sedikit:

Cerita bermula dari Bagyo yang seorang cleaning service di sebuah gedung pertemuan yang saat itu sedang dipakai oleh Partai Sosial Kerakyatan (PSK) yang mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rekernas). Seekor kucing menjadi kendala bagi Bagyo karena tanpa sengaja telah mencelakai Zainuddin saang Ketua Partai Sosial Kerakyatan. Karena kejadian itu, Bagyo yang bertugas sebagai supervisor untuk pertemuan yang diadakan oleh PSK itu dipecat dari jabatannya.

 

Peristiwa pemecatan ini menimbulkan masalah baru bagi Bagyo, karena tidak mungkin ia melamar Ani, kekasihnya, sementara ia tidak bekerja. Tentu saja Pak Jaja, ayah Ani, tidak akan menerima lamarannya, sedangkan waktu ia bekerja pun selalu dipandang sebelah mata oleh Pak Jaja, hanya saja Bagyo tak mau surut untuk memperjuangkan cintanya pada Ani, kekasihnya.

 

Satu per satu masalah menghampiri Bagyo, ketika ibunya menelpon ia mengatakan menunda karena ia telah bicara pada Pak Jaja yang mengatakan bahwa ayahnya sakit. Motor kesayangannya, terpaksa dijualnya untuk dikirim kepada orangtuanya agar bisa datang untuk melamarkan Ani untuknya. Satu masalah dating lagi menghampirinya, uang hasil penjualan motor kesayangannya malah dicuri. Ia malah digebuki pencuri uangnya itu. Karena dendamnya, bagyo menghampiri para penjahat yang telah mencuri uang dan memukulinya ketika para pencuri mengelilingi sebuah mobil dengan tindakan yang anarkis. Satu per satu penjahat itu dipukulinya, namun kekuatannya tidak sanggup melawan keempat penjahat itu hingga akhirnya ia tergeletak di jalan dengan guyuran hujan.

 

Ketika ia sadar, ia telah berada di rumah sakit yang akan dipindahkan ke ruang VIP, keluar dari lift, banyak wartawan yang menanti di sana dan langsung meyerbunya dengan berbagai pertanyaan. Dalam sekejap mata, nama Bagyo menjadi ngetrend karena orang yang berada dalam mobil itu adalah seorang artis. Berbagai pemberitaan memuat kejadian itu.

 

Keadaan itu segera dimanfaatkan Wibowo, ketua Partai Perjuangan Tanpa Henti (PPTH) merekrut Bagyo menjadi calon wakil rakyat untuk daerah pemilihan Jawa Tengah I. saat bersamaan, Abimayu, seorang kader PPTH dari Jawa Tengah memperalat Atikah, seorang artis yang ditolong Bagyo untuk menjaruhkan nama Bagyo di mata Dani, penasehat PPTH, sehingga Bagyo hanya dikirim ke Desa Waaesrejo untuk meraup dukungan tanpa sepengetahuan Wibowo sebagai ketua partai.

 

Di desa Wadasrejo, Bagyo mulai memperkenalkan partainya dengan nama baru GIOVANI BAGYO TARUNABANGSA, SE dengan slogan ANTI ZOLIMISASI, CONTRENG DULU BARU MIKIR. Namun di desa Wadasrejo Bagyo tidak begitu dikenal yang membuat Bagyo dan asistennya Jereng, terpaksa berfikir keras untuk meraup simpati rakyat di sana.

 

Di sana Bagyo menemukan suatu kenyataan, kenyataan yang lebih berharga dari sekedar nama besar dan popularitas. Hingga ia memutuskan mundur dari pencalonan wakil rakyat dari PPTH.

 

Alur cerita di atas boleh saja memukau dengan menghadirkan nilai humoris yang menyegarkan.

 

 

 

Latar

Novel adaptasi yang ditulis oleh Eric Tiwa berlatar di daerah Jakarta sebagai pusat pemerintahan, di sanalah pusat berkecimpungnya kegiatan politik dan di sanalah strategis partai disusun untuk meraih simpati rakyat kecil.

 

Latar lain dalam novel ini ada di pedalaman Jawa Timur, yakni desa Wadasrejo, pedalaman yang eksotik dengan latar belakang masyarakat yang hidup dengan kesederhanaan.

 

Latar waktu yang digunakan pengarang dalam novel ini dapat terungkap dalam sejumlah deskripsi bagaimana situasi politik menjelang pemilu. Dan latar waktu dalam novel ini adalah menjelang pemilu. Saat berbagai partai politik merancang program kerjanya lima tahun ke depan, dan berusaha mencari orang-orang yang tepat untuk mewakili partainya dengan berbagai pertimbangan, terutama kepopuleran agar dapat memperoleh dukungan penuh dari masyarakat kelas bawah.

 

Sudut Pandang

Novel adaptasi yang berjudul Wakil Rakyat ini, oleh Eric Tiwa disajikan dengan sudut pandang orang ketiga tunggal. Penggunaan sudut pandang ini memberikan pandangan yang luas bagi pembaca untuk lebih mengetahui lingkup deskripsi dari novel ini.

 

Penggunaan sudut pandang ini memberikan pandangan pula bagi pembaca tentang siapa pengarang terhadap novel ini. Sudut pandang yang dipilih pengarang dalam novel ini akan membuka cakrawala pemahaman yang luas bagi pembaca bahwa, novel ini, meskipun berstatus adaptasi, namun kisahnya sangat dekat dengan rakyat yang secara langsung terlibat dalam permasalahan yang dikemukakan pengarang. Dengan sudut pandang ini pula, pengarang mengajak pembaca untuk bersikap objektif mengingat permasalahan yang dikemukakan sangat bersentuhan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dan faham-faham politik yang harus disadari oleh masyarakat kecil, bahwa tidak semua yang dilihat itu harus kita percaya.

 

 

Amanat

Dalam novel adaptasi yang berjudul Wakil Rakyat ini, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca sekaligus mengajak pembaca untuk merenungi segala yang terjadi dalam kehisupan berbangsa dan bernegara ini. Sejumlah amanat yang terdapat dalam novel ini antara lain adalah sebagai berikut:

-          Kebusukan akan terungkap juga meskipun seperti apa seseorang itu menyembunyikannya.

-          Nama besar dan popularitas bukanlah sebuah tujuan yang hakiki, namun mengambil hikmah adalah jalan yang terbaik dari segala yang kita alami.

-          Hidup yang kita lalui ini adalah sederetan perjuangan yang kadangkala membuat kita larut dan terbuai, dan itulah sifat duniawi yang apabila kita terbuai maka kita akan binasa namun jika kita waspada dan awas maka kita akan sukses menjalaninya.

-          Cobaan hidup adalah pengukur sampai dimana kita bisa bertahan untuk hidup kita sendiri. Segala macam tetek bengek hidup adalah warna hidup yang harus kita kalahkan.

 

UNSUR EKSTRINSIK

Latar Belakang Pengarang

Eric Tiwa terlahir di Jakarta tanggal 17 Maret 1968. Pendidikan terakhirnya adalah S1 Hubungan Internasional FISIP Universitas Katolik Prahyangan, Bandung. Ia pernah menjadi editor majalah berbahasa Inggris Travel Journal (2004-2005), Anggota Tim Kreatif Bincang Bintang RCTI (2005), dan sekarang kesibukannya adalah menjadi editor dan penulis scenario lepas.

 

Beberapa karyanya, antara lain scenario-skenario FTV Malaikat di Tengah Kita, Film Layar Lebar Legenda Sundel Bolong produksi Rapi Films, FTV My Diary produksi Sano Entertainment, dan Wakil Rakyat produksi Starvision. Karyanya yang lain adalah novel adaptasi XL, terbitan Gagas Media.

 

 

 

Keadaan Sosial Daerah

Dalam novel adaptasi Wakil Rakyat karya Eric Tiwa ini tidak banyak mengungkap sisi keadaan sosial daerah di mana latar cerita berada, namun karena kota Jakarta tidak asing lagi di telinga banyak orang tentunya dengan deskripsi keadaan social daerah tentang kota Jakarta akan membuat novel ini terasa garing dan tidak sreg lagi. Daya imaji pembaca pasti telah mampu menembus bagaimana keadaan kota Jakarta, karena kota Jakarta sebagai ibukota negara hampir terpampang setiap hari di televisi.

 

Namun desa Wadasrejo yang berada di daerah Jawa Timur, agaknya perlu juga dideskripsikan pengarang, karena sebagian besar, mungkin, pembaca tidak mengetahui latar belakang tempat tersebut.

 

Sosial Politik Kemasyarakatan

Berbicara tentang sosial politik kemasyarakatan, agaknya novel ini banyak menyinggung ke sana, karena novel ini bertemakan politik yang juga secara otomatis bersentuhan dengan keadaan sosial masyarakat. Ketiga kata ini, sosial, politik, dan kemasyarakatan, setiap menjelang pemilu tidak akan bisa terpisahkan, sebab ketiga kata ini akan menjadi penentu berhasilnya suatu partai politik meraup dukungan dari masyarakat. Terlebih di negara demokrasi seperti Indonesia, sudah barang tentu, para pemuka politik akan menjadikan sosial kemasyarakatan sebagai ladang partainya. Berbagai macam cara dilakukan untuk mendapatkan dukungan penuh hingga meraih kursi-kursi empuk di kantor-kantor DPR.

 

Pandangan Hidup

Dalam novel adaptasi ini, Eric Tiwa mengemukakan pandangan hidupnya tentang dunia politik di negeri ini. Pandangan tersebut agaknya bernada sinis, namun pandangan hidup tersebut hanya disampaikan secara implisit, pandangan hidup tentang dunia politik tersebut dapat dilihat dari bagaimana tokoh Bagyo memandang politik itu pada akhirnya. “Ternyata bagi penulis, politik itu hanya sebuah alat permainan yang berisi kebusukan, sedikitpun tidak ada kesan yang indah dari sana, orang yang dalam satu partai pun bisa saling menjatuhkan.” Pandangan hidup yang lain masih terlihat dari sikap Bagyo ketika berada di desa Wadasrejo, bagaimana Bagyo mengabaikan partainya demi menolong seorang wanita yang ingin melahirkan. Drngan demikian, biasa kita ungkap, bagi penulis, “Masih banyak yang lebih diutamakan dalam hidup ini dari sekedar mengejar kepopuleran.”

 

Pandangan tersebut memberi cerminan bagi kita, bahwa demikianlah sikap para pemuka-pemuka politik memandang masyarakat kecil ketika masyarakat kecil itu membutuhkan mereka, tetapi jika mereka membutuhkan rakyat kecil apapun akan mereka lakukan.

 

KOMENTAR

Novel adaptasi yang berjudul Wakil Rakyat ini mengetengahkan suasana panasnya dunia politik beberapa saat menjelang pemilu. Ini menjadi pemandangan yang tidak asing bagi pembaca, karena setiap lima tahun sekali, pembaca akan dapat melihat bagaimana politik itu dimainkan oleh orang-orang yang memiliki suatu kepentingan dari sana.

 

Novel yang beralur maju ini akan memudahkan pemahaman pembaca dalam memaknai apa yang ingin disampaikan pengarang tanpa susah-susah mengadakan pendekatan terhadap masalah yang diungkapkan oleh pengarang.

 

Dari segi isi, jelas sekali kea rah mana cerita ini diperuntukkan, yakni kepada masyarakat luas yang ingin memahami bagaimana sebetulnya permainan politik itu dilakukan oleh politisi-politisi tersebut. Hal ini didukung pula dengan bahasa yang memasyarakat. Artinya, masalah dalam novel ini disampaikan pengarang kepada pembaca sangat didukung oleh bahasa yang sederhana, sehingga dengan mudah pula pembaca untuk memahami dan menerimanya.

 

Dengan demikian, buku ini bisa kita berikan kepada pembaca yang usianya mulai dari usia remaja sampai kepada mereka yang lanjut usia dengan catatan, mereka yang lanjut usia tersebut tidak mengalami gangguan pemikiran dalam memaknai cerita yang disajikan pengarang ini. Konsumen buku ini sangat luas. Bisa mencakup tua dan muda, kaya dan miskin dan seluruh lapisan masyarakat dengan rentang usia yang telah kita sebutkan tadi.

 

Meskipun demikian, novel ini masih kurang meyakinkan dengan tampilan isi yang rasanya kurang tertata rapi. Penampilan pada setiap judul Bab dan akhir setiap satu tack cerita untuk mengalihkan cerita pada persoalan lain agaknya sangat tidak perlu dengan menampilkan gasmbar kotak suara. Begitu juga  dengan tampilan gambar kutsi pada angka halaman, ini rasanya kurang sreg, hingga membuat pembaca menjadi kurang yakin untuk terus membaca sampai akhir.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler