Para pekerja sedang sibuk mempersiapkan bahan untuk melakukan renovasi bangunan Museum Radya Pustaka, Kamis (5/9/2013) | Foto: Maksum Nur Fauzan
Komite Museum Radya Pustaka akan gencarkan digitalisasi naskah kuno koleksi museum. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan naskah kuno tersebut dari kerusakan.
“Di Radya Pustaka banyak naskah kuno yang sudah lapuk karena terlalu sering dibuka. Setela didigitalisasi, naskah-naskah itu akan disimpan dan tidak boleh dibuka kecuali bila ada keperluan mendesak,” ujar ST Wiyono, Sekretaris Komite Radya Pustaka.
Program digitalisasi ini merupakan program yang diprioritaskan Komite Museum mengingat kondisi naskah kuno saat ini sudah sangat memprihatinkan. Komite Museum Radya Pustaka akan merangkul Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret Jurusan Sastra Jawa dan Desain Komunikasi Visual untuk melaksanakan digitalisasi ini.
“Sastra Jawa akan kami minta untuk mengklasifikasi naskah. Proses digitalisasinya akan dilaksanakan oleh Deskomvis,” jelas ST Wiyono.
Wiyono menjelaskan digitalisasi akan dilakukan dengan memfoto naskah. Pasalnya, kondisi naskah tidak memungkinkan untuk dilakukan pemindaian (scanning).
Selain untuk penyelamatan naskah, digitalisasi dilakukan agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah. Menurut rencana, setelah didigitalisasi, naskah akan dipublikasikan melalui website museum Radya Pustaka yang akan diluncurkan 2014 mendatang.
“Jadi selain fungsi penyelamatan, digitalisasi ini juga untuk memperluas fungsi pemanfaatan Museum Radya Pustaka,” jelas Wiyono.
Tidak hanya digitalisasi, Komite Radya Pustaka juga akan mentranskrip naskah beraksara Jawa ke dalam tulisan latin dan menerjemahkannya ke Bahasa Indonesia. Meski begitu, hanya naskah berkategori mahakarya saja yang akan diterjemahkan.
Komentar
Tulis komentar baru