Skip to Content

RESENSI PROSES KREATIF: MENGAPA DAN BAGAIMANA SAYA MENGARANG (JILID 1)

Foto SIHALOHOLISTICK

Judul : Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang (Jilid 1)

Editor : Pamusuk Eneste

Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta

Hal : xiv + 258 halaman

Cetakan : Pertama, Juni 2009

ISBN : 978-979-91-0185-3

 

Warisan Abadi Sastrawan Indonesia

Lebih dari seperempat abad yang lalu buah pikiran 12 penulis terkemuka Indonesia dituangkan dalam sebuah buku. Tepatnya 27 tahun yang lalu mereka semua berbagi pengalaman bagaimana mereka mengarang. Buku yang pertama kali diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 1984 ini, kembali dikeluarkan untuk menginspirasi dan memotivasi generasi muda saat ini, terutama bagi mereka yang tertarik ke dalam dunia kepenulisan.

Dari ke-12 penulis yang mengisahkan proses kreatif dalam buku ini, empat sastrawan diantaranya sudah mendahului kita, yaitu Pramoedya Ananta Toer (1925-2006), Umar Kayam (1932-2002), Satyagraha Hoerip (1934-1998), dan Nasjah Djamin (1924-1997). Beruntung sekali kita bisa mengikuti kisah mereka yang begitu menggugah melalui tulisan singkat yang ada dalam buku ini. Tulisan yang menurut editornya yaitu Pamusuk Eneste, adalah ‘pengakuan abadi’ dari seniman yang karya-karyanya menghiasi khasanah sastra Indonesia.

Dalam semua tulisan di buku ini, anda tidak akan menemukan saran-saran teknik yang berkaitan dengan teori sastra mengenai suatu karya tulis, melainkan cerita dibalik sebuah cerita. Sehingga ketika Nasjah Djamin menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana, beliau hanya mengingat masa kecilnya dengan mengisahkan Si Tambi dan Si Buyung Ketek. Kedua orang inilah yang menginspirasi Nasjah untuk menjadi seorang penulis sekaligus pelukis.

Adalah sebuah proses alami mengapa kita menjadi apa yang kita jalani saat ini. Menurutnya, kita semua tercampak ke bidang hidup atau jalan hidup tanpa dikehendaki yang kemudian harus bergelut dengannya selama hidup kita. Sebuah kekuatan diluar kuasa kita telah menyiapkan seseorang menjadi apa yang dia jalani. Masa kecil dan masa remaja adalah proses pematangan, dengan mengalami pengembaraan ke sudut-sudut kehidupan, baik lahir dan batin.

Senada dengan Gerson Poyk yang mengatakan proses kreatif adalah suatu proses yang mulai kelihatan sejak kecil, sejak kesadaran pertama. Pengalaman dan bakat menjadi kunci yang memegang peranan penting dalam proses tadi. Pengalaman akan bertambah sebanding dengan usia, dan bakat pun akan terus berkembang jika kita berada di lingkungan yang ikut mendukung pertumbuhan kreativitas.

Pengalaman lahir dan batin Pramoedya Ananta Toer dimasa peperangan telah mengarahkan beliau pada penulisan novel Perburuan dan Keluarga Gerilya. Masa kecil yang dipenuhi teror penjajahan Jepang, dan ketika beliau berada dibalik jeruji penjara, begitu mempengaruhi karya tulisnya. Pramoedya mengatakan manusia itu kaya akan data dan informasi yang dihimpun melalui pengalaman indrawi, nalar dan perasaan. Oleh karena itu, setiap pribadi mempunyai peluang untuk berkreasi. Tidak salah jika proses kreatif bagi seorang Pramoedya adalah pengalaman pribadi yang sangat pribadi sifatnya.

Seorang penulis bergerak menurut kata hati, ujar Umar Kayam. Proses terjadinya sebuah penulisan tidak bisa dijelaskan lewat satu penalaran rasional. Jika seorang penulis mengahadapi sebuah kemacetan maka itu sama lumrahnya ketika dia dalam kondisi subur. Masih menurut Umar, ternyata menulis adalah masalah kemauan yang pribadi sekali dan masalah determinasi. Pramoedya pun menambahkan beberapa faktor pribadi yang harus dimiliki setiap penulis, yaitu mental keberanian, kemauan, disiplin, keyakinan, tanggung jawab, dan kesadaran atau membuat sesuatu tanpa diperintah.

Penulis harus mampu berdiri sendiri, ketika data informasi menenggelamkan dirinya bagai lautan. Saat itulah dua makhluk saling mencari titik temu. Sitor Situmorang menggambarkannya dengan sangat indah, ketika si penyair bekerja dalam keadaan yang hampir mendekati trance, ilham pun akan mencari, meminta bentuk dan ia menemukannya lewat penulisan. Satyagraha Hoerip menyebutnya sebagai saat-saat khusus, yaitu saat-saat yang tidak berketentuan rentang waktunya, saat-saat ketika penulis berada dalam keadaan melayang-layang antara sadar dan tidak, meramu unsur realitas dan khayalan.

Sementara Danarto menggambarkannya sebagai jelmaan ruang dan waktu, yaitu ketika seorang penulis menjelma dalam ruang dan waktu yang hanya ada dalam pikirannya sendiri. Saat itulah ketika penulis baru bisa menuliskan segala sesuatu yang berkaitan dengan jelmaan ruang-waktu itu. Penulis akan berinteraksi dengan kata- kata dan menyusun kalimat-kalimat. Biarkanlah rangkaian kalimat itu mengalir dengan deras.

Mungkin inilah yang disebut sebagai ilham sejati. Abdul Hadi W.M. menjelaskan ilham sejati yaitu ilham yang mampu menggerakkan tubuh, jiwa, pikiran, perasaan dan intuisi sekaligus. Karya tulis seseorang menggabungkan pengalaman sosial dan pengalaman batin yang menuntut kita untuk berpikir dan menghayati hidup secara aktif sehingga dapat berfungsi untuk menemukan dan memahami kebenaran.

Berbeda dengan Hamsad Rangkuti yang secara gamblang mengaku sebagai pelamun yang parah. Melamun adalah kebiasaan seorang Hamsad yang kemudian ia curahkan menjadi sebuah karya tulis. Tapi ide, ilham atau lamunan saja tidak cukup bagi Ramsad. Bahkan seorang pemimpi membutuhkan teknik untuk merasionalkan khayalannya. Meskipun banyak orang yang mengatakan teknik hanya untuk para pemula, dan teknik dipelajari untuk dilupakan. Tapi teknik adalah juru selamat Ramsad. Teknik membuat Ramsad menjadi produktif. Teknik akan berguna dan bermanfaat bagi setiap penulis yang belum bisa mencapai keadaan trance.

Sementara seorang Sori Siregar merasa dia hanya ingin berdialog. Menulis bagi Sori adalah sebuah alat untuk berdialog tentang pengalaman, perasaan duka cita kegembiraan. Juga untuk berkomunikasi, mengutarakan pikiran, pendapat, protes atau kebencian. Sori tidak mempercayai pada yang disebut ilham, beliau lebih menyebutnya pada sentuhan pengamatan. Sama halnya dengan M. Poppy Donggo Huta Galung, penulis sajak dan cerita anak ini tidak membutuhkan sebuah perencanaan yang matang untuk menulis.

Fokuskan saja pada apa yang akan anda tulis. Teori mengarang hanya akan membuat bingung dan akhirnya malah tidak bisa menulis. Sehingga Poppy memutuskan untuk menjadi seorang ‘pengarang liar’, yang menulis sesuai dengan kemauannya sendiri. Poppy yakin jika seorang penerbit mau menerbitkan tulisannya, itu berarti karya tersebut memang layak dan dapat dipertangungjawabkan.

Proses kreatif setiap penulis yang ada dalam buku ini merupakan kisah yang menarik untuk diikuti. Kita akan melihat bagaimana situasi dan kondisi budaya, politik, sosial akan melatarbelakangi setiap penciptaan. Anda akan mendapatkan lebih dari sekadar cerita dibalik pembuatan sebuah karya tulis. Bagai memperoleh sebuah pencerahan, selain mendapat pengetahuan kita akan lebih termotivasi tidak hanya untuk menulis tapi juga untuk hidup lebih berarti lagi.

Anda akan menikmati setiap halaman demi halaman yang tertata apik. Hanya saja untuk pembaca generasi muda yang tidak terlalu hapal dengan ke-12 sastrawan, akan bertanya-tanya seperti apakah mereka semua. Biografi singkat saja tidak cukup apalagi tidak dibarengi dengan foto. Mereka semua adalah nama-nama besar dalam dunia sastra Indonesia, sebagai generasi muda penerus kita wajib mengenal mereka lebih dalam lagi.

Buku klasik ini memang khusus ditujukan untuk masa sekarang. Lihat saja sampul buku yang menggunakan mouse komputer sebagai pengganti huruf ‘o’ dalam kata ‘proses’. Kabelnya yang panjang meliuk-liuk melingkari ke-12 nama sastrawan, yang sebagian dicetak tebal dan sebagian lainnya dicetak biasa. Kekiniiannya ditunjukan dengan ujung kabel mouse yang memakai colokan usb.

Pemakaian warna merah yang berarti berani senada dengan penempatan nama Pramoedya dan Sitor yang ada di paling atas dan dicetak tebal. Nama yang dulu sering mengundang kontroversi, namun jika kita simak kisah mereka lebih dalam justru memberikan sebuah pelajaran yang bermakna. Seperti yang dikatakan Sapardi Djoko Damono, semuanya hanyalah permainan kata-kata, ya hanyalah sebuah permainan makna.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler