Skip to Content

SUNYI WANITA DALAM PUISI

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

SUNYI WANITA DALAM PUISI

 

Tak terhitung banyaknya tulisan, apakah itu novel, cerpen, puisi yang mendampingkan wanita dengan rasa kesunyian. Meski ada juga lelaki disandingkan dengan kesunyin tampaknya wanita lebih banyak. Susah mengukur mana rasa sunyi yang lebih tajam, yang muncul dalam karya sastra, antara kesunyian lelaki dengan kesunyian wanita.

 

Pilihan kata para penulis wanita dan penulis lelaki relatif sama namun ketajaman rasa sunyi itu pada penulis wanita lebih kentara.

 

Ifa Arifin Faqih, Lilik Puji Astutik, dan Suyatmi, mereka bertiga adalah sedikit dari sekian banyak wanita yang puisi-puisi gubahan mereka dapat dilihat dan dibaca di Jendela Sastra.

 

Kehadiran mereka masih baru namun kualitas mereka berbeda dengan kebanyakan penulis lainnya.

 

Salahsatu hal yang paling terlihat bedanya adalah mereka bertiga mau tampil dalam tulisan dengan bentuk terikat. Berbeda dengan kebanyakan wanita bahkan lelaki yang lebih memilih bentuk bebas.

 

Meski terikat dalam aturan bait dan baris, mereka tidak kehilangan momen untuk mengungkap rasa kesunyian.

 

Berikut adalah puisi gubahan mereka. Ifa Arifin Faqih dengan KEPADA MALAM AKU BERBICARA, Lilik Puji Astutik dengan PUCUK-PUCUK RINDU YANG BERGUGURAN, dan Suyatmi dengan RINTIK HUJAN.

 

Kotabaru Karawang 22 Sep. 2020_1212

 

 

 

 

KEPADA MALAM AKU BICARA/Ifa Arifin Faqih

 

 

Pada malam yang membentangkan kenangan

Kusunting sunyi menikahkannya dengan pilu pelukan

Dan esok akan lahir sajak-sajak puisi bertajuk elegi

Memapahnya dalam dekapan tangis memecah sepi

 

 

Pada malam yang tenggelamkan lelah jiwa

Ingin kurasa takjub dayamu melupakan luka

Menyembunyikan resah di ranting bahagia

 

 

Pada malam yang turunkan peri kebaikan

Di langitmu kugantungkan segala harapan

Saat embun mulai menebar menghapus kegundahan

 

 

Pada malam ketika rindu mengoyak dada

Menggelitik rasa, jiwa terjerat mengurai kecewa

Bergerilya mencari jawaban atas sebuah tanya

Hanya hening malam mengemas sujud nyata pada-Nya

 

 

Probolonggo, 21 September 2020

 

 

PUCUK PUCUK RINDU YANG BERGUGURAN/Lilik Puji Astuti

 

Pucuk pucuk rindu mulai berguguran

Saat rasa hanya tinggal dalam angan

Sepi menepi hanya bersama kenangan

Kemudian hadirkan sebuah bayangan

 

Angin lirih menyapa

Senyuman indah entah kemana

Terganti rejam prahara dalam duka

 

Tangis sedu sedan untuk siapa

Wajah kuyup tak mampu merona di kaca

Rindu patah pada keringnya senja

 

Pucuk pucuk rindu mulai berguguran

Saat sapa terhenti pada senyum keangkuhan

Rasa jangan lagi hadirkan keresahan

Diam nikmati saja ketidakberdayaan

 

 

Krian 21 September 2020

 

 

RINTIK HUJAN/Suyatmi

 

 

Hujan rintik menitik hati

Tetesannya menggugah rasa sepi

Siuman akan penantian yang tak pasti

Mengeliat terbangun dari mimpi

 

Menanti dalam kerinduan yang menggigit

Sungguh perih melilit menjerit

Sulit meronta dari kenangan yang menghimpit

 

Rintik hujan tak kunjung berhenti

Titik demi titik membasahi hati

Sejuk dingin bercampur cinta sejati

 

Titik-titik hujan menyuburkan rindu

Tumbuh lebat dalam kalbu

Jiwa tak lagi kering dan sendu

Sadar akan mengikis kenangan kelabu

 

 

Yogya, 12092020 12.21 127

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler