Sejak mataku hanya mencuri cantikmu,
bibirku beku terkunci malu.
Meski di angan kujamahimu lekat,
Hati kumbangku terlalu takut untuk mendekat.
Sore beranjak menggapai malam,
tawa semerbak wangi harapan.
Sambil beradu kalimat suka,
candamu candu mengikat rasa.
Semakin gelap langit kotaku,
Duduk kita di sudut kedai kafein
Aku memesan minum dan memandang ke arah lain
Kau menungguku bicara, menyusun kata kata
Aku siapkan penjelasan, tersangkut semua
Pemilik Tatapan Teduh
Oleh: Yuyun Wulandari
Kedipan rasa ini berdesir
betapapun telah begitu lama engkau tak menyapa
betapapun telah begitu lama engkau membisu
yang seakan engkau tiada lagi hadir dalam angan
kembali kuruntut lintas perjalanan kita
kutuangkan menjadi sebuah novel
kukumpulkan tebaran puisi tentang kita
kurangkai dalam kumpulan puisi
tiba-tiba bayangmu berkelibat
menyapaku lembut melalui sudut-sudut taman
jemarimu menyibak dedaunan
menelusuri kembali bunga yang akan kau untai
sepasang sandal jepit hitam itu
tak akan bernilai bila bercampur sampah
bahkan tak akan bernilai bila dibiarkan
tapi akan lain bagiku dan bagi kita
entah kenapa tiba-tiba kumelintas di jalan ini
melintas di sekitaran jalan depan rumahmu
dan kemudian tiba-tiba kurindu padamu
padahal telah begitu lama
begitu lama episode jalanan ini tak kita lalui
begitu lama tak kusebut namamu dalam doa
begitu lama kita terpisah dalam kegersangan
Komentar Terbaru