Skip to Content

MERABA RASA “SAJAK HUJAN” Ifa Arifin Faqih

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

MERABA RASA “SAJAK HUJAN” Ifa Arifin Faqih

 

Bagaimanapun, sebuah puisi harus mempunyai bentuk. Tampaknya Ifa Arifin Faqih memegang prinsip ini. Beberapa bulan terakhir ia sangat kental dan kekentalan ini melekat pada bentuk “puisi 4334” gagasan Hakimi Sarlan Rasyid.

 

Sebelum erat dengan bentuk 4334 ia telah banyak menulis puisi. Karya-karyanya bisa kita lihat dan baca di grup Goresan Pena Qalbu di mana ia sendiri yang menjadi adminnya.

 

Ada beberapa nama lain yang juga erat dan lekat dengan bentuk 4334. Dilihat dari kesungguhan mereka maka nama Lilik Puji Astutik dan Suyatmi adalah yang paling produktif. Lilik Puji Astutik dan Suyatmi dalam hal produktifitas penulisan bisa disejajarkan dengan Ifa Arifin Faqih.

 

Meski seimbang dalam hal banyaknya karya tulis mereka bertiga, dalam hal ketajaman rasa Ifa Arifin Faqih agak berbeda.

 

Melihat karya mereka bertiga, perbedaan itu tampak dalam hal “suasana hati”. Tidak bisa dipungkiri bahwa suasana hati atau suasana kejiwaan sangat besar pengaruhnya atas lahirnya sebuah gubahan puisi.

 

Ifa Arifin Faqih adalah penyair yang tidak memaksakan diri untuk menulis ketika suasana hati tidak dalam keadaan “mendorong”. Bukan tidak ada karyanya yang sedikit dipaksakan. Ada tapi hanya satu atau dua.

 

Pengalaman menulis dipaksakan yang satu dua inilah yang mungkin memutuskan Ifa Arifin Faqih untuk tidak menggubah puisi jika tidak sedang ada dorongan hatinya.

Dan karenanya maka muncullah karya-karyanya yang halus, lembut, dan anggun namun tetap tajam. Karyanya yang baru saja masuk ke grup 4334 adalah SAJAK HUJAN.

 

 

 

SAJAK HUJAN Ifa Arifin Faqih

 

Di mana aku yang kemarin basah

Bukankah sudah kutitipkan segala resah

Pada bulir yang menggenang di pelataran hati

Pada cakrawala di larik-larik lengkung pelangi

 

Aku harus pergi tinggalkan rintik gerimis

Pada Desember yang mulai tersenyum manis

Dan sejuta raut wajah yang mulai berhenti menangis

 

Jangan ada kenang yang tersemat luka

Mari sejenak melupa tentang pinta yang tertunda

Berdansa, berdendang ikuti tarian musim berirama

 

Aku akan pergi, menunggu musim berganti

Entah bertemu atau hanya warta aku kembali

Maka tunggulah dengan harapan pasti

Saat nanti aku kembali, ikrar janji telah kutepati

 

Probolinggo, 01122020

 

 

Bahwa awal-awal Ifa Arifin Faqih menulis puisi dalam bentuk 4334 ia agak kaku sangat tampak pada gubahannya. Ia tampak gagap memilah kata. Ia banyak menggubah puisi dengan kalimat-kalimat pendek. Tampak terlalu hati-hati jika tidak bisa disebut gagap.

 

SAJAK HUJAN yang baru saja diunggah ke Jendela Sastra – Media Sastra Indonesia- sudah sangat berbeda dengan gubahan-gubahannya saat ia baru mengenal bentuk 4334.

Dari bait ke bait dan dari baris ke baris tampak utuh. Tidak ada jeda rasa. Alurnya seperti gemericik hujan yang jatuh di sungai dengan bebatuan dibasuh riak air yang lembut menghilir.

 

Terselip sedikit pertanyaan “apakah bentuk 4334 mempengaruhi kelembutan SAJAK HUJAN?

 

202012040849 Kotabaru Karawang

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler