Skip to Content

Puisi Kehidupan

sampah

tak ada lagi gemercik air di sini

sungai ini telah kering 

dan berganti tumpukan sampah

rumputpun enggan untuk tumbuh

retak

bila perjanjian perekat kebersamaan 

tidak lagi dihormati dan dijunjung tinggi

bila keadilan tak lagi dianggap adil

maka lihatlah bahwa kebersamaan telah retak

aku harus berhenti di sini

aku harus berhenti di sini

karena memang aku harus sampai di sini

tapak-tapak perjalananku yang lalu

itulah yang mampu aku goreskan

aku munajat kepada-Mu

jika malam ini aku Engkau bangunkan

tentu Engkau yang lebih tahu

apa yang hendak Engkau tetapkan

karena aku biasanya aku terjaga tengah malam

aku tak akan mampu memahami

aku tak akan mampu memahami

meskipun aku bisa mengerti

betapa beban derita ibuku pada detik-detik kelahiranku

bukan hanya derita diri yang biasa ditanggung

bisik kasihmu

lembut suaramu dan busik kasihmu

kembali menyentak

membangunkan lelap tidurku

kita yang lama tak bersanding dan bercanda

lirih senandung kan rindu

tersenyumlah

keceriaan pagi tetap mengantar senyummu

meski kegetiran menerpa

bersamaan kerasnya kemarau ini

engkau lalui perjalanan dengan penuh kesetiaan

beri daku waktu

beri daku waktu untuk menimbang

agar tatapanku jernih

dan aku bisa menyampaikan apa adanya

beri daku waktu dan jangan terus bertanya

bukan aku akan berkelit

guncang

sepertihalnya bencana yang begitu dahsyat

mengguncang

memporakporandakan

membuat diri terpelanting

yang sekuat apapun tangan berpegang

tumbuk

tumbuk

petani jawa memberi sebuah istilah tumbuk

adalah saat matahari ada digaris tengah

dan puncaknya matahari di titik tengah

pada tengah hari

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler