Skip to Content

# puisi

Senja Entah Kapan

Senja Entah kapan

Oleh: Gungun Mulyawan Nawari

 

 

Sekarang senja benar-benar tenggelam

Sia-sia aku menggali

"Realitas bernegara mengajakku berpuasa"

Manusia kecil yang menggebu mimpi

Suatu saat menjadi orang besar yang membawa revolusi kearifan

Atau barangkali menjadi orang besar yang penuh sorak kekaguman

Fufufafa

Bermanuver di kanal Kaskus

Jawablah!

Jawablah!

Kau siapa sesungguhnya?

Bertahta duduk di istana

Tanpa malu kau berkata

Membungkus dusta 

dengan senyum licik

 

KECEWA

Dari balik kecewa itu terucap serapah

Dengki yang memuncak lagi gundah

 

Goresan luka seperti belati

Menyayatnyayat namun tak mati

 

Apalah Aku

Disaat datang dan kembali

Tak sempat kusapa bunga melatiku

Terlintas tak terbesit sedikitpun

Acuh tak acuh 

Apalah daya diriku 

Awal Mula

Perlukah kutunjukkan rasaku

Padamu, Kata-kataku 

Dia mengusikku, diawal bertemu

Bertemu diawal , dia mengusikku

Qin

November tgl 3 2023

 

Qin,, pukul 02.33 kutulis ungkapan jiwa

dari seorang wanita yang lelah akan penantian

untuk seorang wanita yang kenyang akan harapan

Qin Usai lah

mundur dg segala kesedihan

hari ini tidak akan takut dengan kesepian

karena melepaskan dg iklas puncak dari cinta sebenarnya

Puisi ke 59 dalam MENGHITUNG RINDU (1)

 

PANGGUNGNYA JALAN SETAPAK  

 

Seperti ombak bergulung berkejaran lalu berderai

Dan Hujan

Dan Hujan 
Oleh: Asep Saeful Azhar

hujan turun perlahan

membasahi pohon-pohon dan rerumputan

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler