Sejak zaman kerajaan hingga era modern, bangsa ini seolah memiliki kecenderungan alami untuk menikmati feodalisme dan oligarki. Dua sistem yang semestinya dikritisi justru terus dipelihara dengan kesadaran penuh, seakan menjadi warisan yang tak boleh sirna. Budaya ini tidak hanya bertahan dalam sistem pemerintahan, tetapi juga merasuk hingga ke dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Feodalisme, dalam berbagai bentuknya, masih berakar kuat. Rasa segan terhadap mereka yang "berdarah biru", penghormatan berlebihan kepada pemimpin tanpa mempertanyakan kebijakan, serta ketimpangan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang wajar. Dari cara berbicara hingga sistem birokrasi, kita bisa melihat betapa feodalisme masih bernafas lega di negeri ini.
Sementara itu, oligarki semakin mengokohkan cengkeramannya. Segelintir orang dengan kekuatan ekonomi luar biasa mengendalikan berbagai sektor, dari politik hingga bisnis. Pemilihan pemimpin sering kali hanya menjadi formalitas belaka karena pemenangnya sudah ditentukan oleh mereka yang memiliki modal besar. Hukum pun kerap kali tajam ke bawah dan tumpul ke atas, memperlihatkan bagaimana oligarki menanamkan akar-akarnya dalam sistem hukum negara.
Yang lebih ironis, rakyat sebagai korban justru sering kali menjadi pembela setia sistem ini. Mereka mengagumi sosok yang berada di puncak kekuasaan, meskipun kebijakan yang dibuat sering kali merugikan mereka sendiri. Kritik dianggap sebagai bentuk ketidakloyalan, sementara kepatuhan buta dirayakan sebagai kebajikan.
Mengapa kita begitu menikmati feodalisme dan oligarki? Apakah ini hasil dari warisan sejarah yang terus diajarkan tanpa filter kritis? Ataukah karena sistem ini menawarkan kenyamanan ilusi bahwa kita memiliki pemimpin yang akan "mengurus" semuanya, sehingga kita tidak perlu berpikir dan bertindak sendiri?
Satu hal yang pasti, bangsa yang terus mempertahankan pola pikir ini hanya akan terjebak dalam pusaran ketidakadilan yang berulang. Reformasi yang sejati bukan hanya tentang mengganti pemimpin, tetapi juga mengubah cara berpikir dan berperilaku kita sebagai rakyat. Tanpa kesadaran kritis, kita hanya akan menjadi bangsa yang terus menikmati feodalisme dan oligarki tanpa menyadari bahwa keduanya adalah belenggu yang harus diputuskan.
Komentar
Tulis komentar baru