Skip to Content

RESENSI NOVEL "GALANIZA" KARYA MARIA BEE

Foto SIHALOHOLISTICK
files/user/3199/GALANIZA_0.jpg
GALANIZA.jpg

RESENSI NOVEL

 

Judul                     :        GALANIZA

Penulis                   :        Marie Bee

Editor                    :        Oktaviani Hastu Sudiyarto

Setting                   :        Rendrasta Duta

Desain Cover        :        Ery Hermawan Sutanto

Korektor                :        Suci Nurasih

Penerbit                 :        CV. ANDI OFFSET

Cetakan                 :        Pertama, 2007

Harga Buku           :        Rp  35.000,-

Tebal                     :        viii + 240 hlm; 11x18 cm

ISBN                     :        979-763-810-3

 

 

SINOPSIS

Apa jadinya kalau mencintai cowok berandalan, suka brantem, dan punya musuh di mana-mana? Padahal cowok itu menaruh hati pun tidak. Pada saat yang sama, seorang cowok keren, idola kampus, begitu cinta…

 

Inilah yang dialami Iza, memendam rasa cinta pada orang yang sangat dibenci Risti, sahabatnya, sekaligus dibenci banyak orang. Apalagi setelah Galan hampir menewaskan Randy, sepupu Risti. Lengkap sudah predikat anak bengal bagi Galan.

 

Di mata Iza, Galan adalah pahlawan. Inilah mengapa ia bersikaap dingin pada Dewa, cowok yang cinta mati padanya. Bagi Iza, menerima cinta Dewa berarti ia menghianati perasaannya pada Galan. Tapi apakah pilihan itu tepat? Haruskah ia berbalik mencintai Dewa deni menjaga persahabatannya?

 

Sementara Iza yakin Galan tidak bersalah. Tapi, bagaimana membuktikannya? Dan bagaimana membuat orang percaya?

…..

Rasa tertarik Iza pada Galan bukan tanpa alasan, baginya Galan adalah hero, semua bermula ketika laki-laki yang dikenal brandal itu menolongnya saat dia berusaha ditelanjangi seniornya di belakang sekolah saat peloncoan. Tapi perasaannya tidak seorang pun yang tahu, termasuk Risti sahabatnya. Iza tahu, kalau Risti tau perasaannya yang menaruh hati pada Galan, orang yang paling dibenci Risti, persahabatannya akan berantakan.

 

Kebencian Risti pada Galan tumbuh ketika diketahuinya bahwa penyebab kejadian tragis yang menimpa Randy, sepupu Risti, adalah Galan. Hubungan Risti dan Randy sudah seperti saudara kandung.

 

Hubungan persahabatan Iza dan Risti akhirnya berantakan setelah Iza menceritakan tentang permintaan Mama Galan padanya untuk membantu mengawasi Galan kalau berbuat yang tidak-tidak. Dengan terpaksa Iza menerima permintaan itu karena melihat harapan yang begitu besar dari Mama Galan.

 

Di saat Iza menikmati perasaannya sendiri pad Galan yang terus saja cuek bahkan terkesan kasar padanya, Dewa, laki-laki yang memiliki imej positif di sekolah, berusaha mendapatkan cintanya. Sementara Galan yang disukainya malah memiliki segudang prestasi kriminal. Pada awalnya Galan tidak begitu, perubahan sikapnya terjadi ketika ia memergoki papanya selingkuh hingga hubungannya dengan papanya menjadi tidak baik.

 

Keadaan Randy semakin kritis, namun tanpa di sadari mereka, Galan selalu datang menjenguk Randy ketika keluarga Randy tidak ada, tentu saja dengan izin dokter. Galan juga selalu memberikan biaya untuk pengobatan Randy seama di rumah sakit.

Iza diundang Mama Galan ke rumahnya dan di sana ia bertemu dengan Galan yang bersama Agni. Hati Iza merasa iri melihat kedekatan Galan dengan Agni.

 

Sedikit demi sedikit misteri itu mulai tersingkap di mata Iza yang semakin menguatkan feelingnya bahwa bukan Galan orang yang paling bertanggung jawab dengan keadaan Randy. Akhirnya sebuah kejadian telah membuktikan feeling Iza. Berbagai rentetan peristiwa berujung pada kejadian yang disaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Agni adik Dewa, laki-laki yang selama ini mengejar-ngejarnya. Sementara Galan dan Agni berhubungan. Yang paling membuat Iza tidak yakin, ternyata Dewa lah orang yang menjadi dalang semuanya. Setelah kejadian itu, kehadiran Galan mulai diterima  Risti dan mengajak Galan ke rumah sakit menjenguk Randy.

 

Akhirnya perasaan Iza terjawab, ketika Galan mengungkapkan perasaan cinta pada Iza dan misteri kepercayaan Mama Galan memilih Iza untuk membantunya mengawasi Galan terungkap pula.

 

 

UNSUR INTRINSIK

Tema

Marie Bee, dalam novelnya Galaniza dengan apik dan sederhana mengetengahkan persoalan cinta. Persoalan cinta yang terjadi di kalangan remaja usia SMA. Penyajian yang luwes membuat pokok permasalahan menjadi menarik dan hidup dengan menyisipkan sejumlah misteri kedua tokoh utama, yakni Galan dan Iza. Kedua tokoh ini sangat memberi peran dan saling mendukung. Tidak salah, kalau Marie Bee memberi novel ini judul Galaniza.

 

Kemapanan tema yang diungkapkan Marie Bee dalam novelnya ini memberi nuansa yang sangat serius bagi pembaca, dengan misteri cinta yang harus diungkap oleh kedua tokoh tersebut mengantar/memaksa pembaca untuk terus menikmati hingga akhir kisah ini.

 

Penokohan

Dalam novel Galaniza ini terdapat penokohan sebagai berikut:

-          Galan                     :  Seorang laki-laki remaja SMA berjulukan Ice Man, berpenampilan sengak, memiliki segudang prestasi kriminal, cuek tapi perhatian, dan suka menolong sesama.

-          Iza                         :  Seorang gadis remaja SMA berwajah cantik, berhati lembut, perhatian, baik, dan suka menolong sesama

-          Risti                       :  Seorang gadis remaja SMA bertubuh gempal, sahabat Iza, baik, perhatian, mudah terpengaruh dan suka menolong.

-          Dewa                     :  Seorang laki-laki remaja SMA berpenampilan menarik, punya imej positif dan menjadi idola semua wanita, licik.

-          Agni                      :  Seorang gadis remaja SMA, adik Dewa, menyukai Galan, cemburuan, baik, seka menolong, dan berpendirian teguh.

-          Randy                   :  Seorang laki-laki remaja SMA, pasrah

-          Eyang                    :  Eyang Iza, cerewet, terlalu banyak aturan, suka mengomel, sayang pada Iza.

-          Hera                      :  Seorang gadis remaja SMA, sok berkuasa, licik, dan jahat.

-          Bu Hadi Prawiro   :  Mama Galan, lembut, penyayang, baik dan penyabar.

 

Alur

Dalam novel Galaniza karangan Marie Bee ini, pengarang menyajikan alur maju mundur. Namun novel ini sangat didominasi oleh alur maju, penggunaan alur mundur hanya digunakan oleh pengarang dalam memberi penegasan tentang kondisi yang saat itu terjadi, misalnya penguatan perasaan, penentuan sikap tokoh terhadap suatu masalah, dan sebagainya.

 

Meskipun novel ini boleh dikatakan 95% beralur maju dan 5% beralur mundur, tapi keberadaan alur mundur tersebut cukup memberi perannya dalam membangun suasana cerita. Artinya di sini, jika pengarang meniadakan alur mundur tersebut, maka proporsi penceritaan akan melenceng dari tujuan yang telah dirancang oleh penulis dan cerita menjadi gersang dan terasa pembohongannya meskipun posisi alur mundur tersebut terabaikan dari perhatian pembaca, karena begitu lihainya pengarang menyisipkan dan dengan lihai pula beralih pada cerita semula. Masuk dan keluarnya dari alur mundur ini cukup terkesan lembut dan ringan tidak ada kesan yang dipaksakan.

 

Di bawah ini akan kita uraikan sedikit tentang perjalanan alur maju mundur tersebut:

 

Cerita bermula dari situasi siang ketika pulang sekolah di tengah terik matahari yang memanggang bumi, seorang gadis yang bernama Iza berjalan sendiri, secara tiba-tiba sebuah sepeda motor merapatnya dan menggodanya dengan mengajaknya pulang bersama, tiba-tiba suara desing sepeda motor lain hampir menyerempet pengendara motor yang menggoda Iza, Iza menatap sepeda motor yang melaju itu yang membuatnya terbebas dari pengenadara motor yang menggodanya itu, ia tahu itu Galan yang telah menolongnya ketika OSPEK yang waktu itu hampir ditelanjangi oleh para seniornya. Galanlah yang ada saat itu dan menolongnya dari Hera dan kawan-kawannya.

 

Pertolongan Galan pada Iza berlanjut ketika pulang dari bimbel yang pada saat itu hujan turun dengan lebatnya dan Galan lagi jadi ‘hero’ baginya dan mengantarnya pulang.

 

Cerita berlanjut pada perintah Pak Seno, wali kelas Iza, untuk menanyakan Galan ke rumahnya yang sudah seminggu tidak hadir, Iza hanya bertemu dangan Bu Hadi Prawiro, mama Galan. Di situ mama Galan meminta bantuan pada Iza untuk selalu mengawasi Galan kalau berbuat sesuatu yang tidak baik di luar.

 

Sejenak pengarang melupakan masalah Galan dan beralih pada Dewa, laki-laki idola seantero sekolah, yang mati-matian mendapatkan cinta Iza yang sangat didukung oleh Risti, sahabat Iza, namun Iza yang telah terpaut pada sosok Galan menganggap kehadiran Dewa hanya sebatas angin lalu saja dan tidak terlalu menghiraukan Dewa yang mati-matian mendapatkan cintanya. Bagi Iza, menerima cinta Dewa sama artinya mengkhianati perasaannya pada Galan meskipun Galan selalu cuek, bahkan menolehpun tidak pernah.

 

Persahabatan Iza dan Risti berantakan ketika Iza menceritakan tentang permintaan mama Galan. Risti memang begitu bencinya pada Galan setelah tau bahwa Galan lah yang telah membuat Randy, sepupunya, harus terbaring di rumah sakit tak berdaya.

 

Berbagai peristiwa dan kejadian membawa Iza pada keyakinan feelingnya tentang galan yang telah mencelakai Randy. Feeling Iza yang mengatakan bukan Galan pelakunya, Galan hanya diperalat. Satu persatu kejadian itu membuat Iza semakin yakin kalau ada orang yang berada di balik ini semua, hingga pada akhirnya Iza menyimpulkan bahwa Dewa lah yang telah menjadi dalang semua tentang Randy. Kejadian di sekolah itu telah membuka mata Iza dan apa yang selama ini tidak diyakininya tentang Galan terbukti. Kajadian itu membuat Risti kembali akrab dengan Galan.

 

Begitu lihainya pengarang dalam memainkan alur cerita hingga banyak pembaca yang tidak mampu mengungkapkan seperti apa kira-kira perjalanan cerita. Hanya pembaca kritislah yang mampu menyingkap segala wujud misteri yang tersimpan dalam novel ini.

 

Latar

Novel Galaniza karangan Marie Bee ini berlatar di daerah Yogyakarta. Hal ini telah terungkap pada bagian awal cerita yakni di bagian satu kalimat pertama. Sementara latar waktu yang dipergunakan pengarang dalam novel ini relatif singkat dan sederhana. Kesederhanaan inilah yang menjadi nilai tambah bagi mutu novel ini.

 

Selain latar di daerah Yogyakarta, pengarang tidak lagi membawakan latar yang lain. Hal ini membuat cerita semakin spesifik, sebab pembaca hanya memfokuskan diri pada cerita. Latar yang beragam akan mengantar pembaca ke suasana yang membosankan. Belum selesai suatu latar dipahami sepenuhnya, telah beralih pula pada latar lain yang mau tak mau harus dipahami pula. Agaknya pengarang sangat menyadari selera pembaca yang hanya ingin menyingkap pesan dan pelajaran, serta pengalaman yang ada dalam cerita. Maka dengan latar yang tidak beragam ini, pembaca tidak perlu berkelana dari suatu tempat ke tempat lain. Ini sangat meyiksa pikiran pembaca.

 

Sudut Pandang

Marie Bee dalam novelnya Galaniza menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal. Sudut pandang ini sangatlah efesien untuk menjadikan cerita menarik dan yang lebih penting adalah memuaskan pembaca. Karena dengan sudut pandangan ini, pembaca terasa terpuaskan karena mengetahui segala latar belakang tokoh baik secara sosiologis maupun psikologis, sehingga ketika membaca novel ini tidak ada berbagai pertanyaan yang muncul di benak pembaca. Sudut pandang ini juga mendukung kelogisan alur cerita karena pembaca tidak dibebani oleh rahasia yang harus dipecahkannya sendiri.

Sudut pandang ini memberikan keterusterangan pengarang kepada pembaca, artinya, pembaca harus fokus pada tokoh utama, dan tokoh sampingan tak perlu terlalu diperhatikan karena akan memiliki deskripsi meski dengan sangat terbatas tapi cukup untuk mengimbangi emosional pembaca tenatang kenapa begini dan kenapa begitu-nya jalan cerita. Sudut pandang ini telah memberikan demokratisasi pemahaman kepada pembaca dengan mengetahui keberadaan tokoh sampingan yang tak bisa dilepaskan dari tokoh sampingan tersebut. Pemilihan sudut pandang ini karena sangat disadari oleh pembaca bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.

 

Gaya Bahasa

Dalam novel Galaniza ini, Marie Bee sangat banyak menggunakan gaya bahasa, di antara gaya bahasa yang digunakan pengarang antara lain, gaya bahasa:

-          hiperbola, “….” Dengan muka merah padam karena amarah, Dewa mendamprat Agni. (hal. 207); ‘Keduanya segera ambil langkah seribu dan menggelinding…’ (hal. 153)

-          personifikasi, …. Satu per satu masalah yang datang menghampirinya hampir saja membuatnya kewalahan. (hal. 206); ‘…. Matanya menggelepar seakan mencari perlindungan.’ (hal. 173-174); ‘Hening kembali melingkupi mereka.’ (hal. 159-160)

-          metonimi, ‘Sesekali mama Galan menghapus air mata yang tiba-tiba saja mengalir dan tidak mampu dibendungnya.’ (hal. 102); ‘Sisa perjalanan mereka lalui dalam kebisuan.’ (hal. 160)

-          perifrasis, ‘Cara itu cukup manjur untuk membungkam Iza….’ (hal. 159)

-          epizeukis, ‘Pengkhianat tetap pengkhianat.’ (hal. 166)

-          tautotes, “Nggak ada yang mencap kamu, kamu sendiri yang bikin cap ‘pengkhianat’.” (hal. 167)

 

 

Amanat

Dalam novelnya Galaniza,  Marie Bee menyisipkan sejumlah amanat kepada pembaca, diantaranya:

-          Hidup punya seribu misteri yang pada kenyataannya harus kita perjuangkan. Karena hidup tidak mudah, memiliki banyak halangan dan rintangan. Hidup itu telah kita miliki, tinggal kita menyikapi segala permasalahannya itu.

-          Berbuat baik kepada sesama haruslah dilakukan dengan ikhlas tanpa memandang siapa yang kita bantu serta dilakukan tanpa pamrih. Karena semua itu akan terbayar dengan sendirinya. Mungkin dengan demikianlah kita bisa hidup dengan damai dan tentram.

-          Hukum alam harus kita sadari betul adanya, kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan.

-          Sepandai-pandainya kita menyembunyikan kejahatan dengan dalih apapun suatu saat akan terungkap juga.

-          Menilai orang tidak boleh melihat dari penampilannya saja.

 

UNSUR EKSTRINSIK

Latar Belakang Pengarang

Marie Bee, punya nama lengkap Maria Bekti Lestari, merupakan pengarang yang mengutamakan rasa religiusnya terhadap agama yang dianutnya, karena ia menganggap dari-Nya lah segalanya bermula hingga ia mampu memiliki mimpi dan mewujudkannya.

 

Marie Bee juga orang yang dekat dengan orangtua dan saudara-saudaranya, memiliki persahabatan yang luas. Seorang mahasiswa USD dan aktif di organisasi Sasindo 03 Crew, sebuah organisasi kampus di USD dan sangat menghormati dosen-dosennya.

 

Semuanya adalah sumber inspirasi dalam novelnya.

Keadaan Sosial, Seni Budaya dan Masyarakat Daerah

Dalam novelnya Galaniza, Marie Bee yang berlatar di daerah Yogyakarta tidak banyak mendeskripsikan situasi tata letak kota atau tepatnya tempat. Tapi, dengan kehadiran sejumlah dialeg yang kental telah membawa pembaca pada penguatan latar tersebut.

 

Kata-kata sapaan yang digunakan pengarang dalam lingkungan keluarga tokoh Iza benar-benar member penguatan kalau kisah ini meman berlatar di daerah yang sangat kental dengan kebudayaan.

 

Meskipun pendeskripsian tidak begitu ditonjolkan dalam novel ini, namun pembaca segera terbayang dengan Yogyakarta yang sampai saat ini masih sangat kuat memegang nilai-nilai kebudayaan, ditambah lagi daerah itu masih tetap sebagai daerah kraton.

 

Pandangan Hidup

Dalam novel Galaniza, ini Marie Bee menyampaikan pandangan hidupnya lewat tokoh-tokohnya terutama pada dua tokoh central dalam novel ini, Galan dan Iza. Pandangan hidup itu disampaikan secara implisit hingga hanya pembaca yang jeli mampu menemukan pandangan hidup itu. Dalam hal ini, pengarang sedikit memberikan tantangan kepada pembaca untuk mengungkapkan eksistensi dirinya sebagai pengarang.

 

Pandangan hidup ini akan menghiasi karya-karyanya selanjutnya dan di sinilah letak kreativitasnya sebagai pengarang yang siap menjajal kemampuan di dunia kepenulisan yang persaingan dan penyeleksian yang ketat. Penyeleksian yang ketat di sini, maksudnya, bukan karena adanya aturan-aturan yang berlaku seperti masa Angkatan 20-an, 30-an, 45, dan sebagainya, tapi penyeleksian yang ketat di sini maksudnya lebih mengutamakan nilai jual dari karya tersebut.

KOMENTAR

Novel Galaniza karangan Marie Bee ini mengetengahkan persoalan cinta di usia remaja dengan menggunakan alur maju mundur. Namun alur maju lebih mendominasi alur novel ini, membuat pembaca sangat mudah untuk memahaminya dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menguasai cerita.

 

Hal ini sangat sesuai dengan masyarakat konsumsi untuk tingkat pemahamannya yang rendah. Namun warna daerah yang disajikan cukup menganggu fokusnya kalangan tertentu, meskipun pengarang menganggap di sinilah yang disebut nyeni. Namun nyeni di sini telah mengantar masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda tidak segampang itu untuk menyesuaikan diri dangan warna daerah suatu daerah tertentu.

 

Selain hanya warna daerah tersebut, bahasa yang digunakan cukup santai dan ringan. Istilah-istilah ilmiah sangat dihindari pengarang dalam novel ini karena pengarang ingin menyajikan novel ini kepada semua kalangan. Warna daerah ini hanya ingin menyampaikan jati diri pengarang sebagai orang Jawa. Sebenarnya tidak ada yang salah di sini, namun pengarang tentunya harus mengingat pula siapa saja kira-kira yang akan membaca novel ini.

 

Totalitas pengarang dalam menyampaikan ide dan pemikirannya dalam novel ini boleh dikatakan berhasil dengan ending yang tidak disangka-sangka. Adakah nilai kebetulan pada ending cerita ini? Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan itu, karena dengan ringan dan santainya pengarang mengakhiri cerita dengan mempertemukan perasaan-perasaan yang berkecamuk milik Galan terhadap Iza terhadap perasaan-perasaan yang berkecamuk di balik hati Iza terhadap Galan pula.

 

Tampilan luar novel sangat sejalan dengan isi yang disajikan novel ini, bagaimana bertolakbelakangnya tabiat kedua tokoh dalam kehidupan sehari-hari, hal ini sangat didukung oleh cover novel.

 

Demikian pula dengan judul. Judul yang dipakai pengarang untuk novel ini telah memenuhi sejumlah kriteria pembuatan judul, salah satunya eye catching (menarik mata), karena judul ini, tanpa membaca dan menikmati isinya pembaca tidak tahu ke arah mana maksud dari judul tersebut, yang ternyata adalah nama tokoh utamanya Galan dan Iza, yakni Galaniza. Kriteria lain tentang judul ini adalah singkat. Judul yang singkat ini mengandung misteri yang siap untuk disingkap.

 

Tampilan isi, agaknya sedikit mengecewakan pembaca, meskipun tidak terlalu berpengaruh dengan tingkat kepopularitasan sebuah karya, namun jenis tulisan isi sedikit kurang menarik.

 

Novel ini, layak dibaca oleh anak usia SMP ke atas. Karena dari isinya, bukan rahasia lagi usia SMP saat ini sudah mulai mengenal cinta dan bagaimana memperjuangkan perasaan yang sedang bergelora itu. Di samping itu, kalangan orangtua juga sangat baik membaca novel ini, karena di dalamnya ada beberapa pelajaran bagi orangtua tentang perkembangan psikologi anak yang mulai beranjak dewasa. Anak usia ini sangat rentan, tanpa perhatian yang serius dari orangtua, bisa-bisa anak akan salah dalam menentukan masa depannya sendiri.

 

Layaknya Galan, pola pikir dan sikapnya yang berubah dikarenakan kesalahan orangtua (papanya) yang selama ini sangat dihormatinya, dikaguminya ternyata telah mengkhianatinya. Di sinilah peran orangtua tersebut. Banyak anak yang tidak terlalu menuntut materi, tapi kasih sayanglah yang sangat dibutuhkannya, apalagi usia remaja sangat rentan dan labil.

 

Novel ini sedikit memberikan ruang lingkup masyarakat bacanya dengan menyisipkan kehidupan keluarga Galan yang merupakan pemicu perubahan psikologinya.

 

 

 

Komentar

Foto Kazhara Agenta

lumayanlah...

Untuk tugas b.indo saya. Kalau saya lihat buku ini di toko buku, pasti akan kubeli. (Rasanya aneh harus pakai bahasa nasional :() :D

Jessica♢[Kazhara♡]

Foto SIHALOHOLISTICK

Maksudnya aneh kalau pakai

Maksudnya aneh kalau pakai bahasa nasional, bagaimana, saudari....

=@Sihaloholistick=

Foto Kazhara Agenta

Ya, saya terbiasa bahasa asing dan bahasa daerah :'(

Tapi kalau terpaksa saya tetap bisa.

Jessica♢[Kazhara♡]

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler