Skip to Content

PUISI-PUISI HAFNEY MAULANA

Foto Hafney M

DESA YANG HILANG

 

 

“Jerambah nibung yang bisu ini akan jadi saksi masa kecil kita,”  Selalu aku dengar ucapan ini disela telaah malam sepulang mengaji. Hanya ribuan kunang-kunang menerangi jalan kita yang penuh lubang

 

Aku terkenang mimpi-mimpi tentang istana kecil puteri duyung di sudut tanjung dengan atap daun-daun nipah,  bulan penuh warna sebagai lampunya. “Inilah rumah masa depan kita,” katamu. Tempat melahirkan anak-anak yang akan bermain kejar-kejaran dari tiang ke tiang

 

Alangkah mahalnya sebuah mimpi, bermusim-musim penantian tak cukup dengan harap dapat menjemput. Kita tak mampu lagi mencatat kehilangan karena kita sendiri pun hanya membisu menghitung butir-butir  kehancuran dengan tawa yang pedih. Istana yang kita impikan hancur berkecai ditelan gelombang pasang. Dan jerambah nibung itu pun tinggal tiang-tiang kedinginan

 

“Inilah desa kita yang tergeletak di bibir pantai,”  kukenang lagi ucapanmu. Diam-diam kususuri lagi desa  ini. Tak ada suara tangis atau mata yang terjaga menanti sanak keluarga pulang mengail atau menongkah di lumpur pantai

 

“Desa kita telah bisu tinggal kenangan,” suara itu melengking menusuk langit, mengulum lidah kita yang terkulai terbata-bata mengeja huruf nama desa ini. Di telingaku terdengar bisikanmu: “Aku pergi sebagai kata-kata !,”

 

 

Tembilahan, 25 Oktober 2018

 

 

 

 

 

 

KEMARAU

 

 

Hutan meranggas di tanah yang retak, mendedah segala pilu kehancuran dan kepedihan batin. Sebatang pohon yang kau tanam di halaman, kini kuntumnya mulai gugur berjatuhan bagai mengisyaratkan kekalahan pada tandusnya padang

Mestikah kita berdusta pada musim tempat kita berdiam, walau ribuan simpang telah mengoyak dinding sunyi dengan kaki yang berdarah, terjinjit-jinjit menahan sakit agar kalender sampai ke rumah

“Kemarau telah menghanguskan ladang-ladang kita,” katamu, berlari membelah malam sepi yang bimbang. Aroma ilalang terbakar menagih janji pada sumur paling dalam

Musim kemarau telah melemparkan kita ke langit malam yang hampa tanpa mimpi, sebab waktu tak mungkin terkoyak dengan airmata. Orang-orang menyulam duka dengan cinta agar matahari yang kau nanti tersadai di langit pagi

 

Tembilahan, 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SANG DIA

 

 

 

“Jangan! Jangan pandang aku seperti itu,” katamu. Menyerahkan senyum ikhlas pada orang-orang yang melintas. Wajah cahayanya mencairkan segenap ruang bagi segala kemungkinan, bagi segala harapan

 

Lalu siapakah yang masih setia mengenal segala warna, sekedar mengharap cahaya dari mata yang buta di musim yang tak pernah jujur dan berusaha singgah di pojok-pojok sunyi untuk mencari cintamu

 

Sekali waktu kau ingin mencair dalam kehangatan sang surya antara doa dan usaha membentuk guratan di telapak tangan, tanpa harus membakar hunian serangga

 

“Jangan! Jangan pandang aku seperti itu,” katamu lagi suatu hari. Wajahnya bermantelkan hujan, lalu  seperti kelebat waktu yang datang  hanya sekilas pintas singgah di lorong tanpa pintu dan jendela.

 

Lalu satu lagi, kau berkata entah kepada siapa:

“Pasir waktu tersadai di lambung ibu,”

 

Tembilahan, 24 Oktober 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIODATA:

Hafney Maulana  lahir tahun 1965 , di Sungai Luar, Kab. Indragiri Hilir, Riau. Karya puisinya  telah dimuat diberbagai media massa daerah maupun nasional dan berbagai antologi bersama.

Kumpulan Puisi tunggalnya terkumpul dalam: Usia Yang Tertinggal (Batam Grafiti, 1996), Mengutip Makna Tamasya Purba (KBP, 2005), Ijab Kabul Pengantin ( FAM Publishing, 2012), 100 Sonian “Hujan Dini Hari” ( FAM Publishing 2016), Nikah Hari (Probi, 2016), “Memetik Cahaya” (FAM Publishing, 2017)

 

Menerima Anugerah Pemangku Seni Tradisional bidang Sastra dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, tahun 2014.

Pemenang Puisi Terbaik dalam Antologi 1000 Puisi Guru Asean, Perkumpulan Rumah Seni Asnur, tahun 2018.

 

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler