Skip to Content

Puisi-puisi Novi Rovika

Foto Novi Rovika

Kidung Hati

Tak ayal lagi perasaan ini,

Saat ku putar rekaman memoriku yang lalu

Ada sekelumit perasaan ironi

Dalam kagalauan dan kecemasan.

Kadang ku tak percaya  dengan tabularasa

Tapi sesungguhnya kidung itu memilikinya

Dalam dekapan angin

Hanya bisa berpangku tangan dengan keadaan

Seberapa besar pun usahaku

Dimana saat kita tak bisa mewujudkannya

 Dimana tak ada lagi kekuatan untuk meraihnya

Tak pelak hanya kesunyian,

yang selalu, tak pernah absen menjagaku. 

Lewat harapan-harapan itu

Ku dekap hati lirih

Dan ku alunkan kidung hati

 

 

 

Lingkar Harapan

Orang berbondong-bondong mencari kesemuan,

Diantara semua kefanaan.

Apakah ini hal yang salah?

Hidup itu diantara dua titik

Akan kau pilih yang hitam atau yang putih

Dua-duanya sama merugikan.

Mungkin tak pernah terpikir segala resikonya.

Lihatlah gerbang itu,

Di balik pintunya yang tebal, kasar dan

Terlihat seram. Disanalah

Orang-orang berkumpul

Bukan sekedar untuk mencari sositet

Atau kefanaan itu.

Bukan harapan, sekedar harapan.

Tapi rasakanlah di kedalaman hatimu

Akan kau temukan,

Jawaban segala keputusasaan.

 

 

Lelah Aku Pedih

 

Lelah. Aku pedih

Lelah meronta,

Butir mutiara merembes menyeruak

Dinding hati bergetar hebat

Menyentak! Serentak. Goyah,

Tiba-tiba luka menganga

Tersapu kenangan luka.

Terjerembab kepedihan,

Emosi seolah meminta,

Meminta kepastian luka

Bertarung dan lerai. Selesai

 

 

 

 

Pilihan

 

Jika ada satu hari yang paling indah

Aku kan datang padanya,

Ada galau dan damai

Aku pilih yang kedua,

Ke barat atau ke timur

Aku akan ke barat.

 

Temaram dalam hati,

Mengetik keyakinan. ketidakmampuan

Atau kepasrahan

 

 

 

Langkah untuk Kematian


 

Takut itu penyesalan,

Terkungkung kabut dan arang

Lumat saja keduanya.

Emosi berteriak dalam gejolak

Muntahkan saja!

Sudut hati bergumam rendah

“tenang, sabar…”

Teriakkan gejolak emosi

“mati. Mati saja.

Tenang, sabar, tiada guna!

Hanya menambah luka sukma.

Ahiri, ku temu jalan mati!”

 

 

 

Segenggam Cinta untuk Ibu dan Ayah


Di tengah temaram siluet malam

Terlintas sebuah penyesalan diri

Dari sekian waktu yang terlewat

Belum ada sesuatu yang ku pikir telah,

Sejumput harapan dan do’a darimu

Ayah.. Ibu..

 

Tak terpikir tanpa dinyana

Setiap untaian do’a dan pengharapan

Pengorbanan dan kerja keras

Tanpa harap pamrih.

 

Cucuran air mata dan keringat

Tubuh tua renta itu,

Masih sanggup memikul beban hidup

Menaungi dengan segenap kasih sayang

Dengan sejuta kepedulian dan perhatian

 

Tak sempat berpaling pada duniawi,

Hanya ucap syukur, atas berkah itu

Anugerah terbesar adalah kalian (ayah-ibu)

Segenggam cinta sepenuh hati

Sebagai ungkapan terimakasihku

Atas limpahan kasih sayang

Insan tercinta..

Ayah.. Ibu…

 

 

 

Sadarilah 

 

Pernahkah kita berpikir tentang arti hidup,

Sulitnya menerima, memberi, dan menghargai cinta

Dan pengorbanan.

Menilai sesuatu dari hal-hal terkecil

Melihat ke bawah, atas kekurangan

Dibalik kelebihan dan keberuntungan kita,

Atas keterbatasan dan kekurangan orang lain.

Memaknai kesedihan dan kebahagiaan,

Dan mengambilhikmah atasnya.

Belajar memberi dan menghargai

Bukan meminta dan mengharap

Melawan keangkuhan dengan kerendahan hati

Menyikapi kegagalan dengan kelapangan.

Salami segala bentuk keadaan

Rengkuhlah sahabat dengan kepercayaan

Kesadaran, refleksikan, dan tindakan.

Usaha_hasil.

Kebimbangan hati hanya menggoyahkan kesadaran.

 

 

 

 

 

 

 

Pilihan tampilan komentar

Pilih cara kesukaan Anda untuk menampilkan komentar dan klik "Simpan pengaturan" untuk mengaktifkan perubahan.
Foto Moh_Shobri

Novi Rovika

Puisi-puisimu ok juga,salam kenal yaa......

Foto One rora

ok deh

ok deh

Foto SaNG PeNCiNTa

Dan ku alunkan kidung hati

SeNaNDuNGKaNLaH PeNCiNTa....BiaR Kau LuPa PaDa LuKa LuKa

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler