Aku adalah kertas
Yang tidak bisa menulisi diriku sendiri
Bermain dengan tinta hitam sebelum menjadi usang
Atau menjadi saksi nyata yang dipertaruhkan
Itu kemarin-kemarin aku temui Di batas-batas atap selimut angkasa Perlahan sinar-sinar menyapa semesta Semburan pesona-pesona saling mengisi
Kumandang surau-surau menyeru
Tinggi menjulang itulah mereka
Berjajar rapi menutupi bumi
Lalu lalang tak terhina, sungguh
Kau tembus bagaikan senapan angin
Hilang sudah permata bumi ini
Aku pohon, pohon beringinAku lebat, aku syahdu dengan serabutkuAku rindang, penuh dengan misteri di setiap helainyaAku tumbuh, di tempat yang aku ingin makami
Rembulan....Mengapa Engkau berhenti bersinar?Adakah cahya Mentari tak sampai dalam pelukmuKemudian apa arti malamku tanpa purnamamu
gemericik air yang jatuh dari tangkai nya
gesekan penuh arti antara dedaunan dan semilir angin sore yang syahdu
Sebelum menjamah hari bersama nada camar nyaring bersiul Sang fajar masih menyimpan sejuta senyuman simpul Biasan sayunya merayu di dinding langit kota Pancasila
Serumpun bambu silir mendesir
mengalun nada digerisik dedaunan
merimpang akar-akar tanah-tanah retak
benihnya tumbuh dari debu-debu rahim
Komentar Terbaru