Skip to Content

HOPLA (Mengenang Chairil Anwar: Meretas jalan kehidupan dengan kata dan perbuatan)

 

SIAP-SEDIA
Kepada angkatanku
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras batu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu,
........

Dasar-dasar Teater (3/6): Dasar Seni Penyutradaraan dalam Teater

Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain.

SASTRA INOVASI DAN OTENTISITAS

Masalah-masalah hidup yang ditulis para sastrawan sungguh berbeda dengan para wartawan. Media sastra yang dimiliki sastrawan, mampu mengabadikan kisah-kisah kehiduan, tetap aktual sepanjang zaman. Bila media elektronik dapat menyampaikan berita yang sedang terjadi secara langsung, media cetak hanya akan dapat menyajikan setelah berlangsung atau akan berlangsung.

Teungku FachroeHOPLA (Mengenang ...ombiDASAR-DASAR BERMAIN DRAMA
rahadianDasar-dasar Teater ...ombiSASTRA INOVASI DAN ...

Essay

SASTRA “VERSI IKLAN KECAP” INDONESIA *

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

“Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tuliskan.” [QS. al Qalam (68) ayat 1].

Judul makalah ini mengambil olok-olokkannya kritikus Dami N. Toda kepada A. Teeuw dalam esainya “Mempertanyakan Sastra Itu Kembali” di bukunya “Apakah Sastra?” Cetakan Pertama, IndonesiaTera 2005. Yang juga ‘versi iklan kecap’ menurut saya!

FREDY S, POLITIK, DAN KITA

Oleh: F. Daus AR

 

LEBARAN DAN TUHAN DALAM KERAMAIAN

Oleh: ACEP IWAN SAIDI *

Kompas 27/08/2011

 

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/6)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(VI)

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/5)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(V)

Nurel: “Pak Yamin, ini Bapak Ki Hadjar Dewantara pengen nimbrung juga, boleh kan?”

M. Yamin: “O… Mas Dewantara, persilahkan masuk Nurel. Di sini kita mengalir saja.”

Nurel: “Ya Bapak.”

(Lalu mereka ngobrol berdua).

Dewantara: “Assalamualaikum”

M. Yamin: “Waalaikumsalam”

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/4)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(IV)

M. Yamin: “Ambilkan pengertian Sumpah Palapa lebih dulu di Wikipedia, sebelum larut berkelana.”

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/3)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(III)

M. Yamin: “Nurel, kenapa kau tak ambil kalimat dari buku-bukuku, biar agak gimana gitu? Hehe…”

Nurel: “Pengennya, tetapi buku-buku Bapak berada di Lamongan, sementara saya masih di Ponorogo. Ya semoga sebelum rampung catatan ini, bisa pulang terlebih dulu ke kampung halaman.”

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/2)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(II)

Di bawah ini saya gunakan beberapa pendekatan, ada dongeng bagi yang suka cerita, dan jalur selanjutnya lihat saja nanti. Setidaknya tidak terlepas daripada harapan M. Yamin, atau lima faktor memperteguh persatuan: sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

***

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/1)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(I)

Dialog Imajiner Mohammad Yamin tentang “Deklarasi Hari Puisi Indonesia.”

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler