DUA HATI YANG MENGHITUNG RINDU
Keluasan pikiran dan ketajaman rasa seseorang ketika membaca sebuah puisi adalah hal utama penyebab munculnya empati yang muaranya adalah kesan terhadap puisi tersebut.
Selain itu suasana kejiwaan yang sedang dialami juga sangat menentukan sehingga -meskipun tidak pasti- ketinggian pikiran dan kedalaman rasa dan itu tampak pada komentar yang muncul atas puisi tersebut.
Berikut ini adalah 3 puisi dalam Menghitung Rindu yang komentarnya mendorongku untuk mengunggah lagi puisi-puisi itu.
Puisi-puisi ini dikomentari oleh dua orang wanita. Yang seorang Siti Sundari, dan seorang lagi Sopeana Iry.
Tentang MASIH BUKAN BATAS Siti Sundari berkomentar :
“aku suka ini”. Komentar yang hanya terdiri atas 3 kata ini menggambarkan kekentalan rasa. Jika kekentalan ini dicairkan komentar ini mungkin bisa menjadi puisi lagi dan bukan hanya satu.
Puisi ini berisi kesan romantis. Kata romantis yang didalamnya ada kandungan cinta dengan rindunya tentu saja tidak bisa disempitkan hanya dalam kisaran asmara. Bisa jauh,jauh dari itu bahkan bisa saja romantis dalam puisi ini memiliki nilai religi yang dalam.
MASIH BUKAN BATAS
dengan bernafas tinggalkan cinta di belakang
dan karena kau hanya untukku
peluklah aku
Kotabaru_Karawang_151220160434
Dan tentang HANYA KAU DAN AKU Siti Sundari berkomentar : “Ini gila indahnya, sangat dalam.”
“Gila” kata yang dipilih oleh Siti Sundari. Adakah kata yang lebih gila daripada gila. Tidak ada. Ini adalah puncak rasa.
Kesan orang perorang terhadap sebuah puisi sangat tidak mungkin bisa sama. Namun pada puncak rasa akan sama.
Hebat
, luar biasa, indah, dll. Kata-kata yang muncul, meski didasari oleh puncak rasa yang sama, keluarnya berbeda, Yang menentukannya adalah lonjakan emosi.
Harap diingat bahwa kata emosi tidak boleh disempitkan menjadi kata yang berarti marah.
231 HANYA KAU DAN AKU
masih ada waktu untuk merenda luka-luka
meski lembayung di barat terlihat
selalu ada waktu untuk mengetuk pintu
selalu ada waktu untuk mendekap
karena waktu adalah milikmu
dan karena aku adalah bayanganmu
201609202015_Kotabaru_Karawang
Sopeana Iry… sosok wanita yang unik. Hari ini mungkin dia sedang bersampan di riak sungai, dan kesempatan lainnya dia sedang di puncak gunung atau di laut. Di laut bukan memancing, tapi menjadi nakhoda.
Dua wanita ini sama, menyukai puisi. Tapi apa yang mendasari kesamaannya kita tidak tahu. Kita tinggalkan itu. Itu bukan wilayah kita.
Sopeana Iry sebenarnya tidak berkomentar atas puisi ini tapi ia menyalin sebagian dari puisi itu dan ditampilkan pada foto-foto lembaran pengembaraannya
JIKA WAKTUNYA TELAH TIBA
…………………………………………..
sungai akan tetap mengalir
sampai ke muara di hilir
akan gugur sendiri kelopak bunga
jika waktunya telah tiba
……………………………………………..
1981
201805111950_Kotabaru_Karawang
Hakimi Sarlan Rasyid
Puisi Aby adalah
Puisi Aby adalah gaung
Inspirasi untuk berimaji
Padat berisi penuh makna
Tulis komentar baru