Usai Subuh
kuhentikan renung malam
kini bulan mengusirku dari kesedihan, membangunkan aku dari tangis yang khusyuk di atas sajadah
saat ku usap air mata ada yang berdetak dalam diri
menembus suara-suara angin yang menggesek dedaunan
memoar kelam yang dibungkam kasih sayang
dan ketenangan
tak bisa kutolak
kasihNya menjalar ke seluruh tubuh, memaksa kaki kembali melangkah
29 Maret 2020
Tahajud
ia solat dalam tutur kata yang ikrar. dalam hati dalam sungguh
dengan sebenar-benarnya adalah bergerak adalah takbir adalah sujud adalah doa adalah damba adalah bakti tiap-tiap hamba adalah perjuangan membangun masa depan
mimpi adalah penanda maka bangun dari tidur berucap alhamdulillah
sebab sepertiga malam adalah doa
bagai cangkir terisi tak akan mampu diisi kembali
kosongkanlah dengan istighfar
terjagalah dalam percumbuan dua rakaat. di saat yang lain terlelap menari dalam mimpi. isilah jiwamu dengan api panas suci.
syahid adalah anak purnama
setiap malam bergerilya berlomba-lomba menghapus dosa
melawan kantuk
Alhamdulillah ucapnya dalam duduk sadar
membasuh mimpi tiga kali, mulai tangan sampai kaki
melepas rindu pada tanah berselimut sajadah
Maret 2021
Cermin Takwa
aku melihat rambutku,
cermin memburam
teringat masa kecil.
sekain sarung siap digulung dan diikat, hatiku siap tekad
menghindari barisan rapat serentak
kubasuh rambut dengan air keran
melihat wajah tertampan di bulan ramadhan
aku siap berjalan
aku pandangi mataku,
cermin mengembun
teringat masa remaja
sepasang mata ber api menatap mataku
digenggamnya sebutir batu
dilemparinya hatiku yang kalut takut
menghujam pejam mataku mengantar kerlap kerlip bintang kejora kala itu
di belakang imam besar, sangat besar
sebesar gusarku pada barisan
sebab tahiyatku berbeda dengan lainnya
aku terpejam dan terkecam
kutinggalkan diriku
menjauh dari hadapanku
cermin memanggilku
meminta pertanggungjawaban
aku siap berjalan
aku tak bertujuan
cermin berteriak memanggilku
ia pecahkan tubuhnya
aku kembali
merapikan serpihan beling
ku buang cermin itu
bekas kaca menusuk telunjuk
tahiyatku gentar
mataku berkaca-kaca
aku kembali ke hadapan diriku setengah badan
kupandangi sisa-sisa tubuh dengan kedipan
kulanjutkan sampai salam
Mei 2020
Senda Gurau
aku hadir
dari sunyi sepi alam rahim
aku menangis
di buaian alam dunia yang penuh senda gurau
aku merangkak
di putaran waktu bumimu yang semakin cepat
aku marah
padahal cinta dan kasih telah kau dasari
aku mencari-cari
meski sungguh sudah kau beri
lalu aku menyesal
padahal telah mati
Agustus 2020
Aku Menjadi Sejuk
aku menjadi sejuk
sebab
Kau telah mengangin lembut di tubir ubudku
kau mengusir gusarku di tengah kota
kau meniup-niup gerahku di bawah pepohonan
dan aku menjadi sejuk
sebab ikhlasmu
adalah buah
ketulusanNya pada semesta
Depok, Agustus 2020
wahai Kasih
dalam kubangan yang kotor aku berasal dari air yang suci dari langitmu
lalu aku masuk dalam lubang terinjak oleh kaki-kaki yang mencari jalan
aku tebawa dan sebagianku tertinggal
aku menempel di kulit berdaki
sebagianku menunggu mentari
dengan handuk aku dihilangkan
sebagianku tetap diam
kemudian terinjak dan menempel lagi
lalu aku menyatu dalam terik lagi
terik menarik hari berganti aku kau sucikan lagi
bergumul dalam awan abu-abu
aku tak jua mengenal diriMu
2020
Tulis komentar baru