Dalam Cerobong Asap
Pagi ini tidak ada tarian matahari
Terkecoh mendung di belahan timur bumi
melanglang angka sebelas setiap hari
Tiga jemarinya pecah melebar hingga betisnya
Gepakan sayap kekar menghantam leher
Sekali tebas tewas
Di luar pertarungan lembaran rupiah berhamburan
Buntung !
Sudah satu gelas aku injak berkecai-kecai Di depan punggungku bakul pecel menerobos lorong
DOA PELACUR
: wahyu
Kawanku berbagi kata denganku
Selorok dia berucap
demikian beku bentala ramal yang sepi
tertidur sejenak di dekap gedung yang tak rapuh
seribu embun tak berpesta karena hujan telah mendahuluinya
melenggang tenang menumpang hidupmenempuh jarak di ujung senjayang laun meredupmati tak mengerti pada siapa kembalimengguris pusar bumi tak tertelan
Delapan penjuru arah mata angin
Ku belah, di celah bongkahan asa
Semua mantra para biksu
Semua do’a para pendeta
Semua lonceng para pastur
Jalanan didepan pabrik begitu riuh
Berduyun riuh berlalu lalang
Menopang hidup pada pilar dan tangki minyak,
Merenda jalan dipojok-pojok waktu
gunung kapur tergerus pangkur raksasa, menindih harapan penghuni lembah
berduyun-duyun burung gagak menyelisik bangkai
Komentar Terbaru