Skip to Content

puisi kritik sosial

Dalam Cerobong Asap

Dalam Cerobong Asap

 

Pagi ini tidak ada tarian matahari

Terkecoh mendung di belahan timur bumi

melanglang angka sebelas setiap hari

AYAM

Tiga jemarinya pecah melebar hingga betisnya

Gepakan sayap kekar menghantam leher

Sekali tebas tewas

Di luar pertarungan lembaran rupiah berhamburan

Jumat Pagi

 

Buntung !

Sudah satu gelas aku injak berkecai-kecai
Di depan punggungku bakul pecel menerobos lorong

DOA PELACUR : wahyu

DOA PELACUR

: wahyu

 

 

Kawanku berbagi kata denganku

Selorok dia berucap

Parfummu Asap Pabrikmu

 

demikian beku bentala ramal yang sepi

tertidur sejenak di dekap gedung yang tak rapuh

seribu embun tak berpesta karena hujan telah mendahuluinya

Menumpang Hidup Melumat Nikmat


melenggang tenang menumpang hidup
menempuh jarak  di ujung senja
yang laun meredup
mati tak mengerti pada siapa kembali

mengguris pusar bumi tak tertelan

DUANOLSATUSATU : menjauhlah dengan yang kau suka

Delapan penjuru arah mata angin

Ku belah, di celah bongkahan asa

Semua mantra para biksu

Semua do’a para pendeta

Semua lonceng para pastur

ANGKA DELAPAN PAGI : eks Nusantara plywood

Jalanan didepan pabrik begitu riuh

Berduyun riuh berlalu lalang

Menopang hidup pada pilar dan tangki minyak,

Merenda jalan dipojok-pojok waktu

Kontaminasi Otak Comberan

gunung kapur tergerus pangkur raksasa, menindih harapan penghuni lembah

berduyun-duyun burung gagak menyelisik bangkai

Bangsa Sendiri Engkau Ludahi

BANGSA SENDIRI ENGKAU LUDAHI
Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler