anak-anak pembangunan
hampir menuju dewasa
seperti altar candi
relief penyaksian rakyat yang derita
kekuasaan bertahta tetesan darah
airsusu ibu diperas jabangbayi revolusi
terus melaju jangan henti melangkah
perjuangan melawan ketidak-adilan amanah
siapa yang akan berkuasa
maka layaknya penerus arah langkah revolusi
kota-kota sengaja dibangun kapitalisme
untuk membunuh seluruh desantara
catatan manuskrip hilang entah kemana
kolonial membawa semua duga isi sastra
dwipantara mengecil kembali dari nusantara
republik bukan satu langkah keabadian
bawah tanah masih terus bekerja untuk budaya
jika kota menjadi sarang para bedebah
menjajah segala isi semesta
yang bukan untuk azas bersama
mari, kita mati sebagai mulia
bukan, ini bukan sajak biru pujangga
juga bukan larik syair pemuisi
atau catatan dari para purba prosai
aku hanyalah suara penderitaan
serak kecil nurani sang jelata
rakyat! ya akulah rakyat
yang kerap sepakat akan pancasila
tapi kerap kau matikan sebagai isi
kau bunuh aku dari jalan-jalan raya
dibuang ke pinggiran sungai bengawan
melayat sampai lereng awan merapi
namun, aku berdiri tegak sebuah ingatan
patutkah, zaman kerap melupa
umur penguasa bertahan sementara
tetapi suara-suara anak sungai
bukit para nenek moyang
lautan para dewa
kesenian, kebudayaan sampai susastra
o! ia akan terus berusia sepanjang bumi
berteriak untuk sebuah keadilan
panjanglah umur bagi sang revolusi
jangan sampai kau terkhianati kembali
(sang-jalang)
Cinta Cinta Cinta
BUMI CINTA
Yogyakarta, Indonesia
Juni 2025
Komentar
Salam REVOLUSI CINTA, dariku.
Salam REVOLUSI CINTA,
dariku.
BUMI CINTA
BUMI CINTA
Tulis komentar baru