Skip to Content

puisi kritik sosial

Bendera Konspirasi

Bendera Konspirasi

 

Seketika lunglai kemauan mu

Yang kau berjanji ,

Menunjuk kekuatan tangan

Dan ia hanya bisa mengangguk

Mencintai Puisi

Kedatangan

 

Tak pernah kutanyakan siapakah dirimu

Tak pernah kusangsikan adamu

Tak pernah aku pernah

Dia Seorang Pemain Bola

Selepas Latihan Dari Lapangan Hijau

Singgah Membeli Semangka Merah

Pada Pedagang Kaki Lima

Tuk Jadi Santapan Jelang Ajang Bergengsi

aksi

suasana panas tak menggoyahkan tekad mereka

untuk dapat keadilan yang nyata

bukan kepalsuan seperti yang disuarakan

para politisi di pekan-pekan sebelum 

“kami t’lah tampik nurani kami”

 

Mendesis pelan,

“lagak klinis”

Tahukah mereka kita serba salah?

 

Tak pedulikah dengan waktu?

kami telah tampik nurani

Gempar

Gempar

 

 

Kau berbisik

Hembuskan angin panas

Ke tengah lautan pendengar setia

Yang khusuk ,

Rumah Plastik

Rumah plastik

 

 

Rumah plastik di tepian sungai….

Hancur berantakan di cakar kucing

Pejalan Kaki

Pejalan  kaki

 

Biarlah aku berdiri….

Di antara sekian juta manusia

Memunguti serpihan asa

Yang berserak di jalanan kota

Kembang Bakung

Kembang Bakung

 

 

Jembatan merah meriah

Berderet becak becak aneka warna 

 

Di Stasiun Kota Tua Jakarta

Di stasiun kota tua jakarta

 

Ia Bromocorah

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler