Skip to Content

puisi renungan

yang berjanji dan penagih janji

baru saja terdengar para menebar janji

berkoar dan menyelinap di sudut-sudut negeri

banyak orang bilang mereka adalah para politisi

karena meraka berdiam di ruang partai

imajinasi

imajinasi

seringkali hadir dan seringkali menghilang

ketika hadir, saat itu pula harus disambut

sebab bila dibiarkan akan segera pamitan

kini aku mau ke mana lagi

kini aku mau berkata apa lagi

kata-kataku telah habis ditelan suasana

kata-kataku telah kering

dan tak lagi bisa memberi makna

bahkan yang ada adalah kehampaan

kejenuhan

ketika kejenuhan memenuhi seluruh jiwa

tak ada nikmat yang akan kau rasa

tutur kata manispun dapat menjadi siksa

apalagi ketidaknyamanan

akan segera menjadi bara

cinta dan bahagia

entah kapan kita sepakat untuk melangkah bersama

entah kapan kita sepakat untuk menabur benih cinta

sebab yang kita tahu kita telah bersama-sama

merajut sepi

jika engkau tak lagi mampu merajut sepi

dan hanya larut dalam kesibukan

maka pada saatnya engkau akan kesepian

karena kesibukan akan membuat hati kering

sebutir embun

setetes air dari ujung jemari ini cukup berharga

ketika anak ayam kehausan di bawah terik matahari

sebutir embun ini cukup berharga

gerimis

kemarau ini telah begitu lama menerpa

tanah sebagai pijakan kehidupan telah begitu kering

sampai air yang diguyurkanpun segera menghilang

rasa, asa, dan angan

jika desiran rasa telah merasuk jiwa

jika asa telah menguasai dada

jika angan telah memenuhi fikiran 

jangan biarkan ia terlepas

tepis kebencianmu

tepis kebencianmu pada orang-orang yang kau benci

tepis kejengkelanmu pada orang-orang yang menjengkelkan

hirup nafas sejenak

temukan kebaikan dalam dirinya

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler