Skip to Content

Taman Rindu Tak Sampai

Dalam rintik hujan berangin pagi itu, Said yang lelah, lusuh dan tua terperangah di sudut utara taman itu. Jengah, pangling, miris, haru, pilu, ngilu, kecewa, rasa-rasa tak mungkin, rasa-rasa tak percaya bergolak-golak dalam dada, lalu melesat dan mendesing-desing di batok kepala Said.

Angin Mati

Konon pada suatu masa tergurat sebuah kisah tentang negeri tanpa angin. Begitu lengang dan kaku negeri itu; tak ada riak air di danau, tak ada lambai nyiur di pantai, tak ada tarian rumput dan kibasan pucuk cemara di bukit, tak ada terbangan debu di jalanan, juga tak ada desau angin dari desah dan dengus nafas. Celakanya lagi AC dan kipas angin semuanya mengulah kehilangan fungsi. Mereka jadi rongsokan yang sangat bohong. Angin mati sempurna dalam kematiannya!

Saksi Bisu

Akulah Saksi Bisu!
Di segala terang, di segala gelap, di segala gerak, di segala diam, di segala zuhud, di segala buruk dan caci-maki, hadir adaku hanyalah saksi bisu. Maka, kusaksikanlah berlaksa-laksa dengki dan tipu-tipu yang ditebar dari pesona yang dikemas dengan sungguh sangat mempesona.

Keranda Raya

Sudah 7 purnama Keranda Raya itu menganga di pelataran serambi istana. Sore hari nanti Keranda Raya akan ditutup, setelah sesak disumpal berjejal-jejal sampah daki dunia seluruh penghuni negeri itu. Sungguh buruk dan busuk isi itu keranda, ketika kucoba urug dan aduk-aduk adanya.

Beduk Itu Tak Lagi Penanda Waktu

Cerpen : Saiful Bahri
Beduk Itu Tak Lagi Penanda Waktu

Merah malu mukaku ketika kukisahkan lagi dongeng tentang beduk yang dulu ditabuh bertalu-talu disini, di kampung-kampung tua yang kini sudah bersalin rupa. Kuracuni imaji cucu-cucuku menjelang terkatupnya mata-mata polos yang tubuh-tubuh mungil itu berdesakan meringkuk dipangkuanku. Sungguh-sungguh mereka menatapku dan merekam kata-kata yang kucapkan, sambil berkedip-kedip mata membayang-bayangkan bagaimana indah merdunya suara beduk yang ditabuh bertalu-talu pada masa dongeng ini belum menjadi dongeng.

Hujan Emas

Cerpen : Saiful Bahri

Hujan Emas

Ahuuuiii….pada akhirnya hujan emas ketiban jua menyiram kampung kami, setelah lelah melapuk diganyang hujan badai, hujan pelor, hujan darah, hujan mayat, yang menderaikan linang pedih air mata bermasa-masa. Namun, pada ujung-ujungnya nikmat jua yang terdekap, hujan emas pula yang menyekap.

Juru Sanggah

Apa peliknya sanggah? Sekedar menyanggah untuk membaik-baikkan buruk, memburuk-burukkan baik, membalik-balikkan timpang, mentimpang-timpangkan niat, tangkal-menangkal segala ingkar, ingkar-melingkar segala tohok, tohok kapok segala cecar, lalu cecarlah cerca dan caci habis segala usik, segala usut. Itu dan begitu-begitu saja selamanya. Maka, apa peliknya?

Sang Tak Beralamat

“Sempurnalah hidup mati orang-orang yang beralamat. Celakalah hidup mati orang-orang tanpa alamat!” Demikianlah bunyi prasasti batu kubur berhuruf Jawi Kuno. Prasasti batu kubur itu telah patah terbengkalai di sebuah komplek pekuburan kumuh tengah kampung.

saiful bahri

Nama: 
saiful bahri
Lokasi: 
banda aceh
Tentang Saya: 

 

SAIFUL BAHRI, lahir di Banda Aceh, 29 Juli 1969. Alumnus Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta, Jurusan Politik Pemerintahan (1998).Menulis sejak masih di bangku SMU. Aktif dalam berkesenian sehingga dipercaya menjadi Pengurus Dewan Kesenian Banda Aceh (DKB) sudah dua periode (1999 – 2003 dan 2004 – 2007), Tergabung dalam sebuah lembaga kebudayaan Lapena (Institute for Culture and Society) serta menye-mangati kaum muda untuk kreatif melalui lembaga AMuK Community (Komunitas Aceh Muda Kreatif). Menulis cerpen dan novel, esai, artikel serta tulisan budaya lainnya di media lokal dan nasional sejak tahun 1989. Sebuah novelnya Terbuai Mimpi  diterbitkan Balai Pustaka Jakarta  tahun 1991. Cerpen-cerpennya termuat dalam Titian Laut III (Dewan Bahasa dan Pustaka – Malaysia, 1991)  Antologi Sastra Seulawah (Yayasan Nusantara Jakarta, 1995), Antologi Cerpen HAM Remuk (Dewan Kesenian Banda Aceh, 2000) dan Antologi Sastra Putroe Phang (Dewan Kesenian Aceh, 2002). Hikayat Sang Gila (Fima Rodheta Jakarta, 2005) adalah novelnya yang berbau surealis. Terakhir mengagas dan menekuni penulisan serta menulis cerpen mini di Aceh. Alamat terakhir di Jalan Pintu Air No. 15 Desa Gue Gajah  Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar 23352 Nanggroe Aceh Darussalam – Indonesia , E-mail  : saifulbahri@rome.com, www.sastradipancu.blogspot.com

 

Minat: 

Menulis dan Membaca Karya Sastra

Api Benci

Ku sangat membencimu

bahkan lebih dari apapun

Ku selalu menginginkan kematianmu

Lebih dari apapun

 

Ku memberikan sebuah pilihan kepadamu

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler