Skip to Content

NAMA ITU PENTING

Foto usman hasan

NAMA ITU  ITU BERMAKNA

*Oleh : Usman Hasan

Nama itu penting sebab  memiliki makna sejarah, identitas, kebudayaan, politik, social, legalitas, hukum  dan sebagainya.

Kota Makasar yang diganti menjadi Ujung Pandang ketika era Walikota Daeng Patompo,  mendapat kritikan tajam dan menjadi perdebatan panjang warga Makasar. Semua instansi menggunakan nama Ujung Pandang, hanya Dewan Kesenian yang enggan mengganti,  tetap menggunakan "Makasar", jadi lengkapnya Dewan Kesenian Makasar.

“Entah kegilaan apa ataukah orang sudah kurang kerjaan sehingga nama yang sudah bagus dan memiliki nilai sejarah, diputuskan oleh DPRD Kodya Makasar untuk diganti,” demikian kritik tajam yang dilontarkan  warga Makasar  .

Waktu Tampomas terbakar dan tenggelam, ada beberapa kapal asing yang mendapat kontak dari Tampomas, tapi yang membuat bingung kapal asing karena dalam  peta ,  tidak ada nama Ujung Pandang. Peta  dunia sejak ratusan  tahun silam, tercantum  Makassar sebagai kota penting dunia. Pantas saja kapal asing tidak tahu dimana letak Ujung Pandang, dan akibatnya sangat tragis, banyak warga tewas secara mengenaskan, tenggelam dan  terpanggang api.

Seorang mahasiswa asal Sulsel memperkenalkan diri kepada saya, namanya Hitler. Dalam benak saya, nama tersebut mungkin cuma nama julukan yang diberikan teman-temannya. Saya  heran, kenapa ada orang Bugis asli, tidak ada asal usul dari ras Aria, tidak ada hubungan darah Jerman sedikitpun, bernama Hitler. Setelah saya sudah akrab dengannya, tanpa ditanya, dia sendiri menjelaskan.

“Begini ceriteranya”, katanya suatu ketika. “ Waktu saya lahir, keluarga menanyakan kepada ayah  nama apa yang pantas diberikan kepada saya. Ayah saya menyerahkan sepenuhnya kepada paman. Kebetulan paman penggemar berat film-film Nazi Jerman yang tokoh utamanya adalah Hitler sang penjagal jutaan manusia dan penjahat perang. Mungkin paman  mengidolakan Hitler, sehingga nama itu pula yang dipilih paman buat saya.

Suatu ketika saya berurusan di sebuah instansi. Ketika berkas saya diperiksa, ibu ceriwis penerima  berkas, langsung bertanya “Sudah lama masuk Islam?”

“Dua orang tua saya Islam dan sudah haji. Kakek nenek dan keluarga besar saya semua Islam.  Belum pernah saya pindah agama”. Demikian Hitler menanggapi pertanyaan ibu itu dengan suara agak tinggi, sedikit tersinggung. Saya tertawa terbahak-bahak mendengar ceriteranya.

Dari pengalaman kenalan saya seperti diceriterakan di atas, dapat diambil kesimpulan, ternyata nama memiliki makna identitas.

Orang yang bernama Marlyn , George Bush, Madona, Paulus, Markus, hampr dapat dipastikan dia itu bukan beragama Islam. Sebaliknya orang yang bernama Abu Bakar, Ali, Mustapha , Umar, Abd Khalik hampir dapat dipastikan bukan beragama Kristen.

Seorang pemuda dari suku Gorontalo memiliki nama Michel.  Terdorong sifat usil  sehingga secara diam-diam saya menyelidiki orang itu. Soalnya, sepanjang yang saya tahu tidak ada orang Gorontalo bernama Michel.

 Dari keterangan teman-temannya, dia di kampungnya dipanggil orang Tune. Hanya setelah merantau saja dia mengganti nama menjadi Michel, sekadar mau menyandang nama keren saja. Masalahnya, menurut dia, Tune itu nama kuno, ketinggalan zaman dan kampungan.

Yesus memiliki dua belas murid, salah satunya Yudas Iskariot yang menjadi  pengkhianat dengan menjual gurunya kepada kaum Farisi dengan harga 30 tail keping perak. Ternyata sampai sekarang, saya belum pernah mendengar ada orang Nasrani yang memberi nama anaknya Yudas Iskariot. Nama murid-murid Yesus, antara lain Matius, Markus, Lukas, Yahya dan  Petrus,  adalah nama-nama yang sering diberikan kepada anak-anak dari orang  Nasrani. Nah! Ternyata nama juga memiliki makna sejarah dan  moral.

Seorang sahabat saya namanya Suram. Orangnya degil, ugal-ugalan, ngomongnya ngelantur ndak karuan. Karena dia sangat akrab dengan saya sehingga saya memberanikan diri memberi saran. “Orang tuamu sudah salah memberi kamu nama. Mungkin dalam bahasa daerahmu Suram memiliki makna yang positif, tapi kalau dalam bahasa Indonesia, Suram itu memiliki pengertian sama-samar, tidak bercahaya, tidak gemerlap. Coba simak kalimat seperti : “Wajah suram, nasib suram, suasana suram. Mendengarnya saja sudah menularkan rasa pesimis, negatif, loyo, sedih”. Saran saya,  kamu ganti saja namamu. Saya sarankan ganti saja dengan Surya. Nah, Surya itu kan lawan dari Suram. Surya itu terang, bercahaya, menghidupkan”.

Tak disangka, saran saya langsung saja dia terima dan sejak saat itu dia menyatakan berganti nama dari Suram menjadi Surya, malahan dia menambah di belakang dengan Kelana. Jadi lengkapnya “ Surya Kelana”.  Dia tidak mau lagi menoleh kalau ada yang memanggil dia dengan nama Suram.

Ada komunitas tertentu yang memiliki nama-nama yang unik dan lucu. Ketika saya mengantar seorang tamu (dari luar daerah), dia heran mengetahui sebahagian warga menyandang nama yang lucu, tidak umum. Ada drom, ada tikar, ada pinjaman, ada kelereng. Padahal Islam mengajarkan agar orang tua memberi nama yang indah dan elok kedengaran kepada anak-anak, sebab  masing-masing akan dipanggil  sesuai dengan namanya di akhirat kelak. Tentu akan menjadi tertawaan orang kalau ada yang dipanggil dengan nama kelereng, drom, patok. Ternyata, nama memiliki makna dan pesan tertentu yang tidak selayaknya dianggap tidak memiliki arti.***

 

 


penulis adalah pemred jurnal ylbhr tolitoli

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler