Skip to Content

PENGARANG-PENGARANG ASAL SUMATERA UTARA (3)

Foto SIHALOHOLISTICK

51. NASJAH DIJAMIN (1924-1997)
Penulis ini lahir di Perbaungan, Sumatera Utara, tanggal 24 Desember 1924, meninggal di Yogyakarta, 4 September 1997. Ia berpendidikan SD, SMP (tidak tamat), seni lukis di Sanggar Seniman Indonesia Muda Yogyakarta (di bawah asuhan S. Sudjono, Affandi, dan Soedarso; 1947-1948), dan pernah memperdalam pengetahuan tentang art & setting untuk pentas, film dan televisi di Tokyo, Jepang (1960-1963), ikut mendirikan angkatan Seni Rupa Indonesia (Medan, 1945), Gabungan Pelukis Indonesia (Jakarta, 1948), dan Teater Indonesia. Pernah menjadi redaktur majalah Budaya di Yogyakarta (1955-1962), dan dari tahun 1952-1980 bekerja di Bagian Kesenian Departemen P & K Yogyakarta.
Dramanya Sekelumit Nyanyian Sunda (1958), mendapat Hadiah Ketiga Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian departemen P & K 1958 dan sekaligus memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957/1958. Novelnya Bukit Harapan (1984), menggondol Hadiah Sayembara Penulisan Roman DKJ 1980. Novelnya yang lain Ombak Padangtritis (1983) meraih Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1983.
Karyanya yang lain Si Pai Bengal (cerita anak, 1952), Hang Tuah (cerita anak, 1952), Titik-Titik Hitam (drama, 1956), Sekelumit Nyanyian Sunda (Kumpulan cerpen, 1962), Hilang si Anak Hilang (novel, 1963; juga terbit dalam bahasa Prancis), Sekelumit Nyanyian Sunda (kumpulan drama, 1964), Helai-Helai Sakura Gugur (novel 1964), Di Bawah Kaki Pak Dirman (kumpulan cerita, 1967), Malam Kuala Lumpur (novel, 1968), Gairah Untuk Hidup dan Untuk Mati (novel, 1968), Sebuah Perkawinan (kumpulan cerita, 1974), Yang Ketemu Jalan (novel, 1981), Dan Senja pun Turun (novel, 1982), Hari-Hari Akhir si Penyair (esai, 1982), Tresna Atas Tresna (novel, 1983), Bukit Harapan (novel, 1984), Tiga Puntung Rokok (novel, 1985), Ombak dan Pasir (novel, 1988), dan Ibu (novel, 1988). Tahun 1970, Nasjah Djamin menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI.

52. PALTI R. TAMBA
Penulis ini dilahirkan di Tamba, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tanggal 22 Nopember 1965. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Peternakan, Universitas Andalas Padang (1992). Ia juga pernah menjadi pengurus Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Padang. Ia menulis sajak dan cerpen. Cerpennya dimuat di harian Kompas dan antologi Lampor: Cerpen Pilihan Kompas 1994 (1994).

53. PAMUSUK ENESTE
Penulis ini lahir di Padangmatinggi, Sipirok, Sumatera Utara, tanggal 19 September 1951. Menyelesaikan studi di Jurusan Sastra Indonesia FSUI (1977). Pernah menjadi pemimpin redaksi majalah kebudayaan umum FSUI Tifa Sastra (1972-1978). Redaktur kebudayaan Surat Kabar Kampus UI Salemba (1976-1978), dosen Bahasa Indonesia Akademi Perawat St. Carolus (1978), Lektor Bahasa Indonesia pada seminar fur Indonesische und sudseesprachen, Universitas Hamburg, Jerman(1978-1981), dan Dosen Fakultas Sastra Universitas Pakuan Bogor (1983-1991). Kini menjadi Editor Sastra dan Bahasa Indonesia di Penerbit Grasindo (1982-) dan Dosen Politeknik UI (1992-).
Karyanya Memahami Sajak-Sajak W.S.Rendra (bersama Utjen Djusen R., dan Djajanto Supra, Edijushanan, dan Fauji S.S., 1978), Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern (1981), Novel-Novel dan Cerpen-Cerpen Indonesia Tahun 70-an (kumpulan esai, 1982), Proses Kreatif I (1982), Cerpen Indonesia Mutakhir: Antologi Esei dan Kritik (1983), Proses Kreatif II (1984), Orang-Orang Terasing (kumpulan cerpen, 1984), Sajak-Sajak Gunawan Muhammad dan Sajak-Sajak Taufik Ismail (bersama Dami N.Toda, 1984), Isabel Blomenkol (kumpulan cerpen, 1986), Pengadilan Puisi (1986), Mengapa Dan Bagaimana Saya Mengarang (1986), Tema Cerita Pendek Indonesia Tahun 1950-1960 (bersama Ny.Anita K.Rustapa, Utjen Djusen Ramabrata, A.Yasser S., dan Rasjid Sartuni, 1986), H.B.Jassin Paus Sastra Indonesia (studi, 1987, mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K, tahun 1987), Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988), Novel dan Film (studi, 1991), Tuan Gendrik (kumpulan cerpen, 1993), Kamus Sastra Untuk Pelajar (1994), Mengenal Chairil Anwar (studi, 1995), Buku Pintar Penyuntingan Naskah (1995), Bibliografi Sastra Indonesia (2000), dan Jenderal-Jenderal (kumpulan cerpen, 2001)

54. PARAKITRI
Nama lengkap penulis ini adalah Tahi Simbolon, ia menggunakan nama Parkitri hanya untuk karangan-karangannya. Ia dilahirkan di Rianiate, Samosir, Sumatera Utara, tanggal 28 Desember 1947. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM (1972). Kemudian memperdalam pengetahuan di Institut Internasional d’Administration Publique, Paris (1974-1975), dan terakhir meraih gelar Doktor dari Vrije Universiteit Amesterdam, Belanda, (1991). Pernah menjadi Asisten dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, (1971-1972). Redaktur mingguan Sendi Yogyakarta, (1971-1972). Pegawai Departemen Luar Negeri RI, (1972-1975). Wartawan Harian Kompas Jakarta, (1976-1986). Kini menjadi Direktur Kepustakaan Populer Gramedia (1985-).
Novelnya Ibu (1969), mendapat Hadiah Penghargaan Sayembara Mengarang Cerita Anak Muda-Mudi UNESCO/IKAPI 1968; cerpennya Seekor Ikan Gabus, mendapat Hadiah Kedua Sayembara Majalah Sastra tahun 1969, novelnya yang lain, Si Bongkok (1981), meraih Hadiah Kedua Sayembara Mengarang Novel Gramedia-Kompas tahun 1978, sedangkan skenario yang ditulisnya, Gadis Penakluk, memperoleh Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 1981. Karyanya yang lain Kusni Kasdut (novel, 1981), dan Menjadi Indonesia: Akar-Akar Kebangsaan Indonesia (1995). Sadurannya Topaz Sang Guru (Novel karya Marcel Pagnol, 1981). 

55. PARTAHI H. SIRAIT
Penulis ini lahir di Tarutung, Sumatera Utara, tanggal 18 juli 1934. Setamat SMEA, melanjut studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Nasional Jakarta. Pernah menjadi pemimpin koran mingguan Suara di Medan(1959-1963), wartawan LKBN ANTARA (1965-1971), dan editor penerbit Sinar Harapan (1980-). Cerpen-cerpennya dimuat dalam majalah Mimbar Indonesia, Cerita, Konfrontasi dan Aneka. Cerpennya Bukan Itu Maksudku, dimuat dalam Denys Lombard (ed.), Histoires Courtes d’Indonesie (Paris, 1968), dan cerpennya yang lain Si Penakut di muat dalam Satyagraha Hoerip (ed.), Cerita Pendek Indonesia 2 (1984). 

56. RAS SIREGAR (1936-1993)
Penulis ini lahir di Rantauprapat, Sumatera Utara, tanggal 10 Juni 1936, meninggal di Jakarta 25 Maret 1993. Berpendidikan SD, SMP bagian Ilmu Pasti Alam, Sekolah Analisis Kimia, terakhir tamat Sekolah Tinggi Publistik, Jakarta. Pernah bekerja di Lembaga Ilmu Bidang Fakultas Kedokteran Hewan (Bogor), Laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran Unhas Makassar, laboratorium Talens & Zoon NV, Laboratorium Pusat Kimia Farma Jakarta, dan terakhir menjadi Kepala Bagian Humas Bank Pembangunan Indonesia Pusat Jakarta. 
Karyanya Harmoni (kumpulan cerpen, 1964), Terima Kasih (novel, 1968), Bintang-Bintang (kumpulan Cerpen, 1986), Mari Bermain Bridge (1986), Bahasa Indonesia Jurnalistik (1987), dan Di Simpang Jalan (novel, 1988). Penanda tangan “Manifes Kebudayaan” ini, juga banyak menulis tentang Bridge.

57. RAYANI SRIWIDODO
Penulis ini dikenal juga dengan nama Rayani Lubis, dilahirkan di Kotanopan, Sumatera Utara, tanggal 6 Nopember 1946. Tahun 1977 mengikuti Internasional Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS. Pernah bekerja di majalah wanita Kartini.
Sajaknya Senja Itu Aku Berpaling ke Halaman, memperoleh Hadiah dari Majalah Horison tahun 1969. Kumpulan sajaknya Pada Sebuah Lorong (bersama T. Mulya Lubis, 1970), Pokok Murbai (1977), Percakapan Rumput (1983), dan Percakapan Hawa dan Maria (1988). Kumpulan cerpennya Balada Satu Kuntum (1994). Ia mengadaptasi karya Goethe, Faust, 1987.
Rayani Sriwidodo juga banyak menulis cerita anak-anak dan mengindonesiakan sejumlah karya asing. Ia juga menjadi editor (bersama Isma Sawitri) anrtologi Sembilan Kerlip Cermin: Antologi 9 Penyair (2000). 

58. RIDWAN SIREGAR
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 27 Maret 1937. Pendidikan terakhir tamat Fakultas Hukum USU (1983). Pernah menjadi kepala apotik RSU Padangsidempuan , kini bekerja di Kanwil Departemen Kesehatan, Medan.
Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi puisi Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977), dan Tonggak 2 (1987). Kumpulan sajaknya Bunda, Angin Gunung, dan Mesiu (1978), Menatap Hari Yang Kelabu (1982), dan Dari Danau ke Bukit-From Lake to Hill (1985; edisi Dwibahasa: Indonesia-Inggris). Karyanya yang lain Puisi dan Kritik (1985), dan Obsesi Calon Spesialis (1997). Selain itu ia juga banyak menerjemahkan. Ridwan Siregar adalah abang Sori Siregar.

59. RIRIS K. TOHA SARUMPAET
Penulis ini lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tanggal 24 Pebruari 1950. Ia menyelesaikan studi di Jurusan Sastra Indonesia FSUI (1975), kemudian meraih gelar MSc (1978), dan Ph.D (1983) dari Universitas Wisconsin, Madison AS. Menjadi guru besar UI sejak September 2003. Kini mengajar di Fakultas Ilmu-Ilmu Budaya UI.
Karyanya Bacaan Anak-Anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke Dalam Hakekat, Sifat dan Corak Bacaan Anak-Anak dan Minat Anak Pada Bacaannya (1976), Kamus Istilah Drama (1977), Nanda (drama, 1998), dan Perempuan di Rumah Tuhan (1998), Apresiasi Puisi Remaja (2002), Cairan Perempuan (2003) dan banyak menyoroti dan mengedit bacaan anak-anak. Saat ini menjabat Ketua Umum HISKI (Himpunan Sarjana Kesusasstraan Indonesia) Pusat periode 2001-2004.

60. S.A. MUNAY
Nama lengkap penulis ini adalah Suriono A. Munay, ia lahir di Melati, Perbaungan, Sumatera Utara, tanggalm 27 Mei 1963. Pendiri Sanggar/Teater Matahari Perbaungan dan Kelompok Studi Sastra Nusantara. Sajaknya dimuat dalam Antologi puisi Indonesia 1997 (1997).

61. S.M. ARDAN
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 2 Pebruari 1932. Pendidikan terakhirnya adalah Taman Madya Taman Siswa, Jakarta (1954). Ia pernah menjadi redaktur Arus tahun 1954, Genta (1955-1956), Trio (1958), Abad Muslimin (1966), dan Citra Film (1981-1982). Pernah memimpin group drama “Kuncup Harapan” di Jakarta (1963-1965), sejak 1969 ikut menggiatkan lenong di TIM di Jakarta, dan Anggota Dewan Kesenian Jakarta. Kini bekerja di Sinematek Indonesia Pusat Perfilman Indonesia H. Usmar Ismail, Jakarta.
Karyanya Ketemu di Jalan (kumpulan sajak bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit, 1956), Terang Bulan Terang di Kali (kumpulan cerpen, 1955) dan Nyai Dasima (novel, 1965). Ia juga banyak menulis skenario film, di antaranya Di Balik Dinding (1965), Pitung (1970), Si Gondrong (1971), Pendekar Sumur Tujuh (1971), Brandal-Brandal Metropolitan (1971), Pembalasan Si Pitung (1977), dan Rahasia Wisma Mega (1978). Selain itu, ia juga banyak menulis naskah lenong. 

62. SAHRIL
Penulis ini lahir di Asahan, Sumatera Utara, tanggal 22 Oktober 1965. Pendidikan terakhir menamatkan Fakultas Ekonomi USU. Ia pernah menjadi asisten dosen USU dan wartawan harian Mimbar Umum, kini menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia di Yayasan Budi Utomo, Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam kumpulan sajak bersama Mimbar Penyair Abad 21 (1996).

63. SAKTI ALAMSJAH
Penulis ini lahir di Sungai Karang, Galang, Sumatera Utara, tanggal 27 Januari 1922. Berpendidikan HIS, MULO, dan MHS Bandung (tamat, 1941). Pernah menjadi penyiar RRI Bandung (1943-1946), Kepala Siaran RRI Bandung dan RRI Tasikmalaya (1946-1947), Kepala Siaran RRI Surakarta (1947-1949), redaktur “Centrale Nieuwsdients” pada ROIO di Jakarta (1949-1950), Wakil Pemimpin Redaksi Lembaran Minggu di Bandung (1950-1951), dan hingga kini redaktur harian Pikiran Rakyat di Bandung (sejak 1951). Karyanya dimuat dalam Mimbar Indonesia dan dalam H.B.Jassin (ed.) Gema Tanah Air (1948).

64. SANUSI PANE (1905-1968)
Sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru (1920-An), ini banyak berkarya melalui puisi dan drama. Sanusi Pane juga banyak menulis buku-buku sejarah Indonesia. Sebagai penulis ia juga melahirkan esei dalam bahasa Indonesia dan Belanda. Ia dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera Utara, tanggal 14 Nopember 1905 dan meninggal di Jakarta tanggal 2 Januari 1968. Sanusi Pane adalah kakak Armijn Pane. Berpendidikan HIS Padangsidempuan dan Tanjung Balai, ELS Sibolga, MULO Padang dan Jakarta, tamat 1922, Kweekschool Jakarta, tamat 1925, Sekolah Hakim Tinggi Jakarta (hanya satu tahun), dan terakhir memperdalam pengetahuan mengenai kebudayaan hindu di India (1929-1930). Ia pernah menjadi guru Kweekschool “Gunung Sahari” Jakarta, HIK Lembang, HIK Gubernemen Bandung dan Sekolah Menengah Perguruan Rakyat Jakarta. Sebagai guru ia pernah dipecat karena aktif dalam PNI, ia pun pernah aktif dalam Jong Sumatera dan Gerindo. Selain itu, ia juga menjadi redaktur majalah Timbul (1931-1933), harian Tionghoa-Melayu Kebangunan (1936-) dan Balai Pustaka (1941-)
Karya-karyanya cenderung berorientasi kepada budaya Timur, yaitu Indonesia dan India. Perhatiannya pada dunia Timur dituangkannya dalam sajak dan drama yang ditulisnya. Kumpulan sajak yang telah diterbitkan adalah Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1927), Madah Kelana (1931). Karya sastra drama antara lain Airlangga (bahasa Belanda, 1928), Eenzame Garoedavlucht (bahasa Belanda, 1929), Kertajaya (drama, 1932), Sandya Kalaning Majapahit (drama, 1933), Manusia Baru (drama 1940). Sebagai penulis sejarah, ia menulis Sejarah Indonesia (1942), Indonesia Sepanjang Masa (1952), Bunga Rampai dari Hikayat Lama (1946). Karya terjemahannya bahasa Kawi Arjuna Wiwaha (karya Mpu Kanwa, 1940). Studi mengenai karya Sanusi Pane dilakukan oleh J.U.Nasution dengan judul Pujangga Sanusi Pane (1963).

65. SAUT SITUMORANG
Penulis ini lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, tanggal 29 Juni 1966 dan dibesarkan di Medan. Pendidikan terakhir BA (Sastra Inggris) dan MA (Sastra Indonesia) diselesaikannya di New Zeland, dimana dia hidup merantau selama 11 tahun. Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia selama beberapa tahun di Victoria University of Wellington dan University of Auckland di New Zeland.
Menulis dalam dua bahasa – bahasa Indonesia dan bahasa Inggris – puisi, cerpen, esai dan terjemahannya telah di publikasikan di Indonesia, New Zeland, Australia dan Italia, antara lain dalam Sport 4, Ginger Stardust, Anthology of New Zeland Haiku, Mutes & Earthquakes, Tongue in Your Ear (vol 3 & 4), Bali- the Morning After, empat kumpulan sajak, KULKUL, Antologi Puisi Indonesia 1997, Datang Dari masa Depan, Antologi Puisi “Art and Peace”, Graffiti Gratitude, Gelak Esai dan Ombak Sajak, EQUATOR, Horison, Cak, Pelangi, Bali Echo, dan di koran-koran di Indonesia seperti Waspada, Analisa, Suara Pembaharuan, Kompas, Koran Tempo, Bali post, Nusa, Mimbar Minang dan Padang Express. Mendapat Poetry Award untuk puisi-puisi bahasa Inggrisnya dari Victoria University of Wellington (1992) dan University Auckland (1997), di New Zeland. Sebuah Haiku-nya , pemenang pertama Lomba Haiku “International Poetry Competition” yang diselenggarakan oleh New Zeland Poetry Society di tahun 1992, dikoleksi oleh Meseum Haiku, Kyoto, Jepang. Bulan Pebruari 1994 diundang baca puisi dalam “New Wellington Poets” oleh New Zeland Poetry Society di Oriental Parade Arts Centre, Wellington, New Zeland.
Pada bulan Desember 1999 sebuah sajaknya terpilih dalam 9 pemenang “Lomba Cipta Puisi Nasional ‘ART & PEACE’”, sementara pertengahan tahun 2000 lalu sebuah cerpennya berhasil jadi Pemenang I pada “Lomba Cerpen Teater Angin Denpasar”. Sekarang menetap di kota Denpasar , Bali dan bekerja sebagai editor majalah berbahasa Inggris Bali Echo dan Surf Time.

66. SITOR SITUMORANG
Sitor Situmorang termasuk salah seorang sastrawan Indonesia Angkatan 45, ia menulis puisi, drama, cerita pendek, esai dan menerjemahkan karya-karya sastra asing. Sitor Situmorang dikenal sebagai penyair karena lebih banyak berkarya puisi. Sitor Situmorang lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tanggal 2 Oktober 1924.
Sitor menempuh pendidikan HIS di Balige dan Sibolga, MULO di Tarutung dan AMS di Jakarta (tidak tamat). Selanjutnya ia memulai pengembaraan ke luar negeri.Tahun 1943-1945, ia ke Singapura. 
Setelah Proklamasi RI ia kembali ke Tarutung dan memimpin surat kabar Suara Nasional (1945-1946). Tahun 1947, ia menjadi Pemimpin Waspada di Medan. Saat bekerja di Waspada, ia bekerja sebagai koresponden untuk mengikuti perundingan Indonesia-Belanda di Yogyakarta (1948). Ketika terjadi Agresi II Belanda, ia terseret dalam peperangan. Ia ditangkap Belanda dan dipenjara di Wirogunan, Yogyakarta.
Tahun 1950-1951, ia berangkat ke Belanda. Setelah itu ia bekerja di Kedutaan Besar RI di Paris dan tinggal di sana selama setahun. Sitor kembali ke Indonesia tahun 1953. Sepulang dari Paris, ia banyak memublikasikan karya-karyanya yang oleh sebagian pengamat dipandang menyodorkan sesuatu yang baru dalam bentuk dan gaya penulisan puisi dan cerpen Indonesia. 
Sitor mempelajari sinematografi di universitas California selama setahun (1956-1957). Kembali ke Indonesia, ia bekerja pada harian Berita Nasional dan Warta Dunia. Selain itu juga ia bekerja sebagai Kepala Jawatan Kebudayaan Departemen P & K, dosen ATNI Jakarta, Anggota Dewan Perancang Nasional, Anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1961-1962), Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) tahun 1959-1965. Ia juga pernah menjadi Anggota MPRS mewakili seniman.
Awal kepenyairan Sitor ketika dua puisinya dimuat Siasat tahun 1948. Sampai tahun 1951, ia telah menulis lebih kurang 30 puisi dan sejumlah esai. Beberapa tahun di luar negeri, ia tidak memublikasikan karyanya. Setelah kembali dari Paris (1953), mengalirlah puisi-puisinya dengan deras. Tidak hanya puisi, ia juga menulis drama dan diterbitkan tahun 1954 dengan judul Jalan Mutiara. Bahkan cerpennya Pertempuran dengan Salju di Paris (1956) memperoleh penghargaan dari BMKN tahun 1955/1956.
Tahun 1960, Sitor aktif di politik. Ia tercatat sebagai anggota PNI. Politik sangat besar pengaruhnya pada karya-karya Sitor Situmorang. Ajip Rosidi mengomentarinya “Kelincahan dan kemerduan yang tadinya terdapat dalam sajak-sajaknya diganti dengan bahasa bombastis dan slogan-slogan murah”. Kumpulan puisinya Zaman Baru (1962) mengusung ideologi tertentu yang diyakini Sitor Situmorang.
Tahun 1966, setahun setelah kerusuhan politik G30S, Sitor Situmorang ditahan dan dipenjarakan. Delapan tahun ia mendekam dalam penjara dan dibebaskan tahun 1974. Selama dalam penjara, Sitor kembali menemukan dirinya yang terbebas dari kungkungan ideologi politik. Ia tidak lagi menyuarakan ideologi itu. Kumpulan puisi Dinding Waktu hadir dua tahun setelah ia keluar tahanan (1976). Menyusul setahun kemudian Peta Perjalanan (1977). Kumpulan puisi ini mendapatkan penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta 1976-1977.
Sejak tahun 1984, Sitor Situmorang bermukim di Leiden dan Den Haag, Belanda. Kemudian, ia tinggal di Islamabad, Pakistan.
Studi mengenai karya Sitor Situmorang: J.U.Nasution, Sitor Situmorang sebagai Penyair dan Pengarang Cerita Pendek (1963), Subagio Sastrowardoyo, Sosok Pribadi dalam Sajak (1980; terutama halaman 56-141), Wing Kardjo, Sitor Situmorang: La vie et l’oeuvre d’unpoete Indonesien (Disertasi Universite Paris VII, 1981), Monika Wizemann, Sitor Situmorang: Ausgewahlte Dichtung unter besonderen Brucksichtigung der thematischen Schwerpunkte Einsamkeit, Verganglichkeit, Entfremdung und Shnsucht (skripsi: Universitas J.W. Goethe Frankfurt, 1983), dan Beate Maria Elisabeth Carle, Das Motiv des Verlorene Sohnes in Lyrische Werk von Sitor Situmorang (skripsi Universitas Koln, 1985). 

Tahun-Judul-Jenis
1953 Surat Kertas Hijau-Kumpulan Puisi
1953 Triffied Mengancam Dunia-Terjemahan novel Jhon Wyndham Frederich
1954 Hanya Satu Kali-Terjemahan Drama Jhon Galswarthy dan Robert Midlemans 
1954 Jalan Mutiara-Drama
1955 Dalam Sajak-Kumpulan Puisi
1955 Wajah Tak Bernama -Kumpulan Puisi
1956 Pertempuran dan Salju di Paris-Kumpulan Cerpen
1962 Zaman Baru-Kumpulan Puisi
1963 Pangerang-Kumpulan Esai
1976 Dinding Waktu-Kumpulan Puisi
1977 Peta Perjalanan-Kumpulan Puisi
1981 Danau Toba-Kumpulan Cerpen
1981 Sitor Situmorang Seorang-Autobiografi
1982 Angin Danau-Kumpulan puisi
1989 Bunga di Atas Batu-Kumpulan Puisi
1990 Bloem of Een Rots-Puisi
1994 Rindu Kelana-Kumpulan Puisi

67. SORI SIREGAR
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 12 Nopember 1939. Berpendidikan SMA di Medan (1959) dan Pendidikan Pegawai Staf Departemen Penerangan Tingkat Atas di Medan . Pernah bekerja di Waspada Taruna (Medan), Duta Minggu (Medan), RRI Nusantara II Medan (1966-1972), BBC London (1972-1974), Radio Suara Malaysia, Kuala Lumpur (1975-1978), RRI Jakarta (1979-1982; merangkap redaktur majalah Zaman dan Eksekutif), Radio Suara Amerika Seksi Indonesia, Washington, AS (1982-1985), majalah Mantra (1986), majalah Sarinah dan majalah Forum Keadilan. Tahun 1970, ia mengikuti Konferensi PEN Club Asia di Taipei (Taiwan) dan Konferensi PEN Club Internasional di Seoul (Korea Selatan), serta tahun 1970/1971 mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA.
Novelnya Wanita Itu Adalah Ibu (1979), meraih Hadiah Perangsang Kreasi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1978 dan novelnya Telepon (1982), mendapat Hadiah Harapan sayembara serupa tahun 1979. Karyanya yang lain Dosa Atas Manusia (Kumpulan Cerpen, 1967), Pemburu dan Harimau (Cerita Anak, 1972), Senja (Kumpulan Cerpen, 1979), Di Antara Seribu Warna (Kumpulan Cerpen, 1980), Susan (1981), Awal Musim Gugur (novel, 1981), Reuni (novel, 1982), Awal Pendakian (novel, 1985), Penjara (Kumpulan cerpen, 1992), dan Titik Temu (kumpulan cerpen, 1996). Sori Siregar adalah adik Ridwan Siregar. 

68. SUTAN IWAN SOEKRI MUNAF
Nama lengkap penulis ini adalah Sutan Roedy Irawan Syafrullah. Penulis ini lahir di Medan, tanggal 4 Desember 1957. Mengikuti kuliah di Departemen Astronomi ITB (1978-1982), kemudian menyelesaikan pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (1988). Sajak-sajaknya dimuat dalam majalah Horison. Kumpulan sajaknya Obsesi (1985), dan Disualisasi (1990).

69. SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA (STA)
Penulis ini kerap di sapa atau dikenal sebagai STA, pasalnya, saat kapanpun, bahkan tiap detik, sosok multidimensi ini senantiasa menampakkan semangat optimisme.
STA lahir di Natal, Sumatera Utara, tanggal 11 Pebruari 1908, menyelesaikan pendidikannya di HKS Bandung (1928), Sekolah Hakim Tinggi Jakarta (1942), menerima gelar Doktor Honoris Causa di UI dan University Sains, Penang, Malaysia (1987). Pernah menjadi redaktur majalah Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-1933), kemudian mendirikan dan memimpin majalah Poedjangga Baroe (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah menjadi guru HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di UI (1946-1948)guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat, Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas Nasional Jakarta (1950-1958), guru Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas Padang (1956-1958) dan guru besar dan Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1963-1968).
Menulis untuk majalah Jong Sumatera, tulisan pertamanya dalam bahasa Belanda, perihal kehidupan petani dilakukan saat dia berumur 15 tahun saat duduk di bangku sekolah di Muara Enim. Hingga usianya yang teramat senja, penglihatannya yang tanpa kaca mata serta pendengarannya masih berfungsi secara baik dan benar.
Sikap optimis itu juga dia tunjukkan saat berniat menikahi Raden Roro Sugiarti, yang tidak direstui oleh orang tua Sugiarti. Alasannya, Sugiarti lulusan perguruan tinggi Belanda, sementara STA saat itu hanya berijazah sekolah guru (saat itu berijazah HKS Bandung) selain gaji STA sebagai pengelola majalah Poedjangga Baroe tak sampai separuh gaji Sugiarti. Mereka kawin lari, meski belakangan sang mertua merestui perkawinan itu. STA tidak semiskin itu sebenarnya. Sastrawan Angkatan Pujangga Baru ini sudah mengantongi banyak uang dari royaliti novel-novelnya. Dari semua tulisannya, jumlah royaliti yang mencapai lima kali lipat dari gaji Sugiarti itu kemudian dipakai untuk membeli tanah seluas tujuh hektar di kawasan (kini) Pasar Minggu.
Ia dikenal sebagai sastrawan, budayawan, dan cendekiawan. Ia pun sangat terkenal sebagai pelopor Angkatan Pujangga Baru. Nama majalah Poedjangga Baroe yang didirikannya bersama teman-temannya sangat berpengaruh sehingga mampu membawa corak pembaharuan dalam kesusastraan Indonesia. Nama majalah itu dijadikan sebagai salah satu periode dalam sejarah sastra Indonesia, yakni Angkatan Pujangga Baru.
Tak cukup memandang pikiran-pikiran STA semata dari segelintir tulisannya. Perdebatan pemikiran perihal konsep kebudayaan justru dia lontarkan dalam sebuah kongres Bahasa Indonesia di Solo (1938) yang kemudian berkembang menjadi polemik panjang dan klasik yang dikenal sebagai “Polemik Kbeudayaan”. Dalam kongres itu, STA melontarkan gagasannya bahwa kebudayaan Indonesia mengacu kepada kebudayaan Eropa dan Amerika.
Dia menyerang beberapa pemikir dalam kongres itu yang cenderung anti-egoisme, anti-intelektualisme, dan anti-materialisme. Dari sejumlah – ditambah perjalanan waktu – kemudian semakin tertegaskan bahwa konsep berpikir STA itu adalah respons dan reaksi terhadap masyarakat Indonesia yang masih terkungkung feodalisme yang tak memberikan ruang pada intelektualitas, individualis yang lebih sibuk dengan diri sendiri sementara bangsa terlupakan, materialisme-pobia, sementara bangsa sedang melarat, dan sebagainya.
Bagi STA, sumpah satu nusa satu bangsa dan satu bahasa itu tak penting lagi. Dia menawarkan lebih lanjut, yakni Bumantara - dari bumi nusantara yang dimaksudkan untuk mempersatukan kawasan Asia masuk dalam pergaulan dunia. Di kemudian hari, dia bahkan menegaskan kebudayaan Cina kebudayaan saya, kebudayaan India kebudayaan saya, kebudayaan Eropa kebudayaan saya, saya hidup dalam semua kebudayaan. Dia ingin menegaskan bahwa dirinya tak ingin terus menerus terjebak dalam pola pikir perihal national interest, national identity, ideological interest dan religious interest. Sebagaimana masih membelenggu kebanyakan masyarakat Indonesia.
Dalam bahasa Kiwari, dalam terminologi masa kini dengan melihat realitas masa sekarang, sesungguhnya sejak dulu, STA sudah merupakan sosok manusia global. Maknanya, pemikirannya jauh mendahului zamannya – sekalipun sekarang semangat itu kembali diuji oleh kemungkinan semangat federalis yang separatis, yang meletup-letup pula di berbagai belahan di Indonesia. Selain itu pada masa pendudukan Jepang, dia pernah dijebloskan ke penjara karena merancang konsep demokrasi untuk kemerdekaan Indonesia.
Sebagai anggota Partai Sosial Indonesia, STA pernah menjadi anggota parlemen (1945-1949), anggota Komite Nasional Indonesia, dan anggota Konstituante (1950-1960). Selain itu, STA adalah anggota Socite de Linguistique de Paris (sejak 1951), anggota Commite of Director of the International Federation of Philosophical Sociaties (1954-1959), anggota Board of Directors of the Study Mankind, AS (sejak 19680, anggota World Futures Studies federation Roma (sejak 1974), dan anggota Kehormatan Kininklijk Institute voor Taal, Land en Volkenkunde, Belanda (sejak 1976). Selain itu STA pernah menjadi rektor Universitas Nasional Jakarta, Ketua Akademi Jakarta (1970-1994), pemimpin umum majalah Ilmu dan Budaya (1979-1994) dan Direktur Balai Seni Toyabungkah Bali (- 1994). Pada tahun 1970, STA menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah RI atas jasa-jasanya di bidang sastra, bahasa, budaya, dan filsafat.

Tahun-Judul-Jenis
1929 Tak Putus Dirundung Malang-Novel
1932 Dian Yang Tak Kunjung Padam-Novel
1935 Tebaran Mega-Kumpulan Sajak
1936 Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia-Studi/Kajian
1936 Layar Terkembang-Novel
1940 Anak Perawan di Sarang Penyamun-Novel
1941 Puisi Lama-Bunga Rampai
1944 Niku dan Korban Manusia-Terjemahan bersama Soebadio Sastrosatomo Karya Taday Oshi Sakurai
1944 Nelayan di Laut Utara-Terjemahan Karya Pierre Loti
1946 Puisi Baru-Bunga-Rampai
1946 Pelangi Bunga-Rampai
1946 Pembimbing ke Filsafat-Kajian/Studi
1957 Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia-Kajian Studi 
1962 The Indonesia Language and Literature-Kajian/Studi
1966 Revolusi Masyarakat dan Kebudayaan Di Indonesia-Kajian/Studi 
1969 Kebangkitan Puisi Baru Indonesia-Kumpulan Esai
1970-1971 Grotta Azzura-Novel 3 Jilid
1974 Values as Integrating Forces in Personality, Society and Culture-Kajian/Studi
1976 The Failure of Modern Linguistics-Kajian/Studi
1977 Perjuangan dan Tanggung Jawab Dalam Kesusastraan Indonesia-Kumpulan Esai
1977 Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia Sebagai Bahasa Modern-Kumpulan Esai
1977 Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat dari Segi Nilai-Nilai-Kajian/Studi
1978 Lagu Pemacu Ombak-Kumpulan Sajak
1978 Amir Hamzah Penyair Besar antara Dua Zaman dan Uraian Nyanyian Sunyi-Kajian/Studi 
1978 Kalah dan Menang-Novel
1982 Menuju Seni Lukis Lebih Berisi dan Bertanggungjawab-Kajian/Studi
1982 Kelakuan Manusia di Tengah-Tengah Alam Semesta-Kajian/Studi
1983 Sociocultural Creativity in the Converging and Retructuring Process Of the New Emerging World-Kajian/Studi
1984 Kreativitas-Editor
1984 Kebangkitan: Bangkitnya Dunia Baru-Suatu Drama Mitos Tentang 
1984 Dasar-Dasar Krisis Semesta dan Tanggung Jawab Kita-Editor
1985 Perempuan di Persimpangan Zaman-Kumpulan Sajak
1986 Seni dan Sastra di Tengah-Tengah Pergolakan Masyarakat dan Kebudayaan-Kajian/Studi
1987 Sajak-Sajak dan Renungan-Kumpulan Sajak


70. SYAIFUL HADI JL
Penulis ini lahir di Medan, tahun 1958. Sajaknya dimuat dalam antologi L.K. Ara dkk. (ed.), Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Dramanya O, Nyanyian Pengantin dan Reje Linge XIV.

71. TODUNG MULYA LUBIS
Penulis ini lahir di Muara Botung, Sumatera Utara, tanggal 5 Juli 1949. Selain penulis, ia dikenal juga sebagai pengacara. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas hukum UI (1974), kemudian meraih LLM dan Doktor dari Universitas California, Berkeley, AS (1978 dan 1990). Pernah menjadi Ketua lembaga Bantuan Hukum Jakarta (1981-1984), Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Indonesia (1984-1987), dan dosen Fakultas hukum UI. Kumpulan sajaknya (bersama Rayani Sri Widodo); Pada Sebuah Lorong (1970). Selain itu juga ia ikut mengeditori buku Hak Azasi Manusia dan Kita (1982) dan Soeharto vs Time (2000). Bukunya yang lain Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural (kumpulan esai, 1986), dan Hukum dan Ekonomi (kumpulan esai, 1987)

72. UDIN LUBIS
Penulis ini lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 13 Oktober 1945. Setamat SMA (1964), mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hayam Wuruk Surabaya, Fakultas Psikologi dan kemudian fakultas Sastra Universitas Padjajaran, serta Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung. Cerpen-cerpennya dimuat dalam Sinar Tapanuli (Padang Sidempuan), Bahagia (Surabaya), Pelopor Yogya, Pikiran Rakyat, dan Horison.

73. WILDAN YATIM
Penulis ini lahir di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, tanggal 11 Juli 1933. Berpendidikan Ibtidaiyah Muhammadiyah (1946), SD Ujung Gading (1948), SMP Lubuk Sikaping (1951), SMA Jakarta (1954), ITB Jurusan Biologi (1961), dan meraih gelar Doktor dari universitas Padjajaran, Bandung (1988). Pernah menjadi anggota HMI, redaktur mingguan Mahasiswa Indonesia (edisi Jawa Barat), Wakil Ketua KASI Bandung (1966-1968), dosen Fakultas kedokteran Universitas Andalas, Pejabat Dekan FIPIA Universitas Andalas, dan sampai sekarang mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.
Cerpennya Surau Baru mendapat Hadiah Penghargaan majalah Horison tahun 1969, sedangkan cerpennya yang lain Perbuatan Penghabisan memperoleh Hadiah Hiburan Sayembara Cerpen Horison 1977/1978. Novelnya Pergolakan (1974) mendapat Hadiah Ketiga Sayembara Mengarang Roman Panitia Tahun Buku Internasional DKI 1972; tahun 1975 buku ini menggondol Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K. Karyanya yang lain Saat Orang Berterus Terang (kumpulan cerpen, 1974), Jalur Membenam (kumpulan cerpen, 1974), Di Muka Pintu (kumpulan cerpen, 1975), Pertengkaran (kumpulan cerpen, 1976), Galau Meredam (novel, 1977), Petualangan Tam (cerita anak, 1979), Pondok di Balik Bukit (novel remaja, 1979), Tak Ada Lagi Bayang-Bayang (novel, 1981), dan Selendang (kumpulan cerpen, 1988).

74. WILSON NADEAK
Penulis ini lahir di Porsea, Sumatera Utara, tanggal 5 Desember 1942. Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Theologika Perguruan Tinggi Advent, Bandung (1965) dan kemudian tamat jurusan Inggris Akademi Bahasa Asing Bandung (1970). Pernah menjadi redaktur Pemuda Advent Sumatera Utara (1961), mingguan mahasiswa Sinar Bandung (1964), Taruna Jaya (1966), dan kini menjadi pimpinan redaksi/penanggung jawab “Indonesia Publishing House” di Bandung dan mengasuh ruang KorCil, Pikiran Rakyat Bandung.
Karyanya Mutiara Perempuan Pantai (novel, 1968), Ketika Badai Bertiup (kumpulan cerpen, 1973), Di Bawah Bayang-Bayang Keselamatan (1973), Pengungsi-Pengungsi dan Cerita Lainnya (kumpulan cerpen, 1976), Orang-Orang Merdeka (kumpulan cerpen, 1977), Di Tepi Danau (cerita anak), Bagaimana Menjadi Penulis Yang Sukses (ed., 1983), Tentang Sastra (kumpulan esai, 1984), Hari-Hari Dalam Hidupku (kumpulan cerpen, 1984), Pengadilan Cinta dan Hati Nurani (novel 1985), Pengajaran Apresiasi Puisi untuk sekolah Lanjutan Atas (1985), dan 365 Hambatan Menuju Sukses (1986).

75. Z. PANGADUAN LUBIS
Penulis ini lahir di Muarasipongi, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tanggal 16 Pebruari 1938. Berpendidikan SD di Muarasipongi dan Kotanopan (1952), SMP di Kotanopan (1955), SMA-C di Medan (1958), Jurusan Antropologi Fakultas Sastra USU, Medan (1987). Tahun 1966 ikut mendirikan Yayasan Pengkajian Budaya Mandailing (Yapebuma) di Medan. Sejak tahun 1967 bekerja di RRI Nusantara I Medan dan sejak tahun 1975 menjadi dosen luar biasa pada Fakultas sastra USU dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU. Kumpulan sajaknya Ribeli (bersama Djohan A. Nasution dan Aldian Arifin, 1966), Pada Cuaca (stensilan, 1974), dan Si Baso (stensilan, 1979). Bukunya yang lain Kisah Asal Usul Marga di Mandailing (1986).


DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia I. Bandung: Titian Ilmu.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia II. Bandung: Titian Ilmu.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia III. Bandung: Titian Ilmu.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi: Analisis dan Pemahaman. Bandung: Nuansa
M.N, Fajar. 2008. Mengenal Tokoh-Tokoh Seni di Indonesia. Tanpa Kota: Eureka Dwi Raga.
Soetrisno, Eddy dan Elizabeth Tara, MD. Tanpa Tahun. Seri: Pahlawan Nasional dan Sejarah Perjuangannya. Dr. Morton Grosser (ed.). Tanpa Kota: Ciptamedia Binanusa.
Soetrisno, Eddy dan Elizabeth Tara, MD. 2001. Buku Pintar: 100 Pahlawan Nasional dan Sejarah Perjuangannya. Dr. Morton Grosser (ed.). Jakarta: Ladang Pustaka
Sarwadi, H.Frof.Drs. 2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: GAMA Media
Tarigan, H.G dan Djago Taringan. 1995. Pintar Berbahasa Indonesia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler