Skip to Content

September 2017

Percakapan

Sudah berapa lama kita tinggalkan tempat ini. Kawan,

sepertinya tiang-tiang penyanggah itu tlah tiada

tempat kita bersandar. Sungguh!

tak terima keadaan ini

Mencari Bahagia

Bukan untuk tidak, tapi harus tetap ada

menginginkan tawa, tapi tak tertampak sedikirpun

Ulahnyalah yang menunjukan masa dimana kuncup dan tunas

Untuk Jarum

Aku tidak menyalahkanmu malam ini

Tapi mohon jangan sakiti kami lagi, karena

petang tadi ku lihat kau tanpa kawan,

sedih atau mungkin juga kesepian

Kau Milik Semua

Bukan di tepi pantai aku berdiri

atau di puncak-puncak bebukitan bahkan 

di gunung sameru yang sering di jumpai banyak orang

dengan keindahannya yang mempesona

Rinduku

Wahai adinda
Disini kutermenung
Merindu indah bayangmu
Meski ku tersiksa akan hal itu
Jikalau kau ingin tahu
Bagaimana rinduku?
Bagaikan tanah gersang merindui hujan..

ILUSI MERAH PUTIH

Kobar riang merah putih

Di tiang tertinggi pertiwi

Hanyalah sebuah ilusi

Bayang kelam wajah-wajah keji

Berkedok nasionalis ulung

JAMAN GAMANG

Pada-Nya

Besi berkarat pun bermunajat

Karena Dia pemilik makrifat

Hakikat melekat erat

Memadu padu dengan kalbu

Sedang di sini

EMOSI

Kala gejolak

Mencapai puncak

Hasrat pun bertindak

Paksa raga bergerak

 

Menemu ingin

Di gulita labirin

 

Kau hembus

HILANG ARAH KEDAMAIAN

Tarian lincah sumringah

Di tengah nganga luka

Jiwa-jiwa tega

Paksa wajah pasrah

Perih di ujung belati

Terkoyak mimpi-mimpi

Duka mengaung

DIAM

Diam adalah senjata

Untuk meredam amarah

Diam ialah langkah sempurna

Guna luluhkan jiwa yang murka

 

Meski mengundang sejuta tanya



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler