Skip to Content

PUISI-PUISI RATNA AYU BUDHIARTI

Foto SIHALOHOLISTICK

 KUJELANG EPISODE BARU

(Sajak Selamat Tinggal)

 

bulan separuh

dan malam ini hanya satu bintang

di langitku

tak tahu lagi aku bagaimana

harus merindumu

bahkan melayari laut yang dulu itupun

aku lupa jalan pulang menujumu

bukan! tak salah laut itu

berombak demikian besarjuga biduk

yang membawaku

ke samudera lepas menggapai cahaya

tak! tak ada sepotong kenanganpun

hendak disalahkan kini

ini lentera kecil yang kupunya

menuntunku pada cahaya di suatu tempat

nun tak berbatas

tiada! luka itu tiada tertulis

di dada ini lagi, Tuhan telah sembuhkan aku

dari ngilu yang menikam ulu

jangan sesali warna yang tercecer

di kanvas, baik benahi saja

jadi lukisan pelangi

aku bersama lentera kecil ini

melayari laut lepas ke cakrawala

konon kabarnya di sana

mimpi terasa lebih nyata

 

dan aku benar-benar tak ingat lagi

bagaimana merasai sentuhanmu.

 Kamis, 19 Juni 2003, 12.22-12.38 WIB

 

SERENADE BIRU

aku mencarimu di ujung senja,

ke pekat malamsetangkai aster

kubawa serta

kali ini bukan mawar seperti biasa

karena aku tahu, diam-diam

kau tak pernah memupuknya lagi

 

aku mencarimu di permulaan pagi,

duri kaktus dalam dekapan

mulai menusuk kalbu

aku tahu, kemanapun aku mencari

dedaunan yang meruah meranggas

di bumiku,

"tak ada cinta lagi", katamu

 

aku tahu, setiap kali menyerumu

dan melarikan hati,

tak sampai-sampai aku padamu.

Rabu, 16 juni 2004, 10.05.01 WIB

 

MENCARI MATAHARI

pada binar bulat bola matamu

aku melihat cahaya

dan dalam keremangan senja

kita pun pasrah pada gejolak yang gelisah,

melebur jutaan rindu dan kenangan- sebuah penantian -

 

hasrat ini serupa api

berkobar menjilat angkasa

membakar mimpi yang semakin sendu

di langit jiwa kugoreskan

setumpuk tanya untukmu,

adakah kau melihatnya jadi rangkaian asa?

 

"aku tidak segila itu!", katamu

ah, benarkah?

lantas ciumanmu yang liar kemarin

harus kuartikan sebagai apa?

 

langit masih bisu,

dan aku tetap saja

mencari matahari

sampai hari ini.

Cipaganti, Sabtu 17 Juli 2004, 10.52 WIB

 

MENGUBUR CINTA DI PANTAI ANCOL

1

rindu itu akhirnya sampai juga padaku

lewat angin yang mengelus pipi perlahan

di pantai Ancol

 

namun semua takkan pernah sama lagi

ombak yang menegur karang berkali-kali,

perahu yang laju entah kemana,

nyiur yang menatap matahari

dan kepingan hati galau menatap esok

 

2

Tuhan,

telah berkali kulukis wajah lelaki itu

di buih ombak

semakin dalam kenangan menancap perih

menghunjam jantung

dan percintaan yang dahsyat menggelora

bak gelombang, kini jadi ratapan sia-sia,

tak mampu lagi merekatkan hatinya padaku

 

3

lengan-lengan ombak yang menyapu

pantai, tak putus-putus

menarikan harapan untuk esok

dan jika di ujung cakrawala sanaaku kelak bisa menepi,

biar kuharap bertemu bahagia saja,

bukan dia!

sebab telah sampai ucapan selamat tinggal itu

dibisikkan angin, diderukan gelombang

keputusasaan

 

biar kutaburkan seluruh kisah di laut ini

agar samudera menyimpannya dalam keabadian

biar seluruh rasa ini lepas dan

tak mengganggu lagi

biar! izinkan aku, Tuhan!

Kamis, 12 Agustus 2004, 11.18-11.33 WIB

 

KETIKA AROMA HUJAN MENGUAR

Petrichor1) dan actinomycetes2) bersekongkol,
kenangan ada di pihaknya untuk reka ulang:
waktu, tempat dan kejadian

ciuman mengiringi nyanyian hujan di genting,
seribu peri diutus Amor3) dalam perjamuan malam
satu-satu rahasia tanggal di kekar tangan,
dan sepasukan bertameng takluk di sudut kerling
adakah yang lebih bahagia dari menjadi pencinta yang terobati hausnya?

bulan memancar dengan sinar paling terang
ketika batu-batu bertumbuk di kepala
mengabadikan penyatuan

malam menjadi liar,
butir hujan terus menari, berdentam-dentam dalam hentakan halilintar
di kilat petir, kesakitan pupus,
membakar masa lalu hingga hangus

O, Zeus4), tikamlah dadaku dengan rintik massal
biar luka-luka kuhela menuju tanya dan malam muasal!

2013

1) Petrichor : suatu zat atau senyawa yang dikeluarkan oleh bebatuan dan tanah
2) Actinomycetes: sejenis bakteri berfilamen (benang halus). Bakteri ini biasanya hidup di tanah basah, namun mudah mati ketika tanah itu kering atau kehilangan kelembaban. Spora Actinomycetes dapat menghasilkan bau khas mirip hujan
3) Amor: dewi cinta dalam mitologi Yunani
4) Zeus: dewa para dewa dalam mitologi Yunani. Zeus juga dilambangkan sebagai dewa langit dan petir

 

TENTANG DADA DAN RAHASIA

Gerimis tipis di kotaku:
wajahmu terlukis di antara rinai,
selalu ada kisah ketika kita kusut masai,
mencumbui rindu yang tak pernah usai.

adakah yang lebih sepi daripada rindu yang memantul-mantul di dada, dari luka tanpa jeda?
sedang kenangan giat bertamu,
ketika suaramu lembut menggigiti daun telingaku

pada senja, tangan kita saling melambai:
dada menjadi gudang kata-kata yang disampaikan mata.

2013

 

PEREMPUAN YANG MENYIMPAN PISAU DI MATA DAN DADANYA

telah dia jerang semacam kenangan atas masa mudanya yang gemilang
di atas perapian kehidupan yang mematangkan luka-luka

“kulakukan ini demi menyambung hidup,
demi pengakuan dan nama belakang anakku”, bibirnya mendesau pilu

asap rokok mengepul di udara, bercampur uap kopi

“cinta itu seperti asap”, katanya lagi, memandang jauh yang entah
memilin harapan dan mematahkannya sendiri

lelaki, hanya ada dalam dadanya sebentar, kemudian bergegas pergi
menitipkan tanda tanya di rahim kata-kata
lalu kelak lahir sebagai tanda seru

“apa kau tahu kemana hati pergi?”

:sepasukan pisau melesat ke jantungku.

2013

 

KETIKA CAHAYA TAK LAGI HANGAT

(Ratna Munawarah)

 

senja begitu muram

cahaya kehilangan daya

menyisakan kemesraan

yang terlindas sepibertubi-tubi

aku tenggelam

dalam puisi yang meluncur

dari bibirmu yang khatam

memaknai pahit kopisekaligus ditikam rindu

yang menguar dari dadamuketika melafalkan kekasih

bernama sunyi

kilat ceria di matamu meremang

sementara aku

hanya bisa memilin kenangan

yang sempat meruyak di bilik hati.

2013

 

SUATU MALAM KETIKA BERTUKAR KABAR

(Skylashtar Maryam)

 

malam hampir renta ketika kau datang menating kisah

jemarimu bergerak-gerak

menampar udara pekat dengan asap

dan uap kopi

benakku masih disibukkan dengan telutuh

pada kain yang seharusnya

jadi gaun pengantin idaman

namun kutukmu pada masa lalu

menggenapkan yakin

bahwa segalanya bisa datang

dan pergi tiba-tiba

bahkan setelah saling melekatkan

ciuman paling mesra

di pojok teras,

percakapan mengular mengukuhkan

luka demi luka

sebagai jangkar tempat kita berhenti sejenak,

aku lagi-lagi berlayar seolah darah yang tumpah

di setiap pertempuran

di atas kapal kehidupan adalah harga yang patut dibayar

relakan, dan biarkan amisnya menguar

mematikan kehendak membalas dendam atau

sekedar ingin nasib bertukar.

2013

 

MELANGKAHLAH

aku adalah pintu belakang rumahmu

telah kau tutup bertahun lalu

kini kau tengoki sesekali memastikan rapat tulak

dan segala kunci

agar tak terbuka suatu hari nanti

ketika pintu depan

kau buka lalu melangkah pergi

akulah pintu belakang rumahmu

tempat kau masuk sepulang bergumul

dengan kisah-kisah semu

atau mencumbui wangi bunga-bungamu

akulah pintu belakang rumahmu

yang melihat pintu depan

sedang terbuka lebar

menantimu melompat keluar

menuju hari-hari baru.

2013

 

PETIKAN *ERHU  UNTUKKU

petikkan erhu untukku,

mainkan nada-nada indah

kisahkan tentang lobster

yang bersembunyi di lubang batu

dan sesekali mengintip dunia

denting senar erhu membawa ingatan pada musim semi

di tahun-tahun lalu ketika aku dan kau membilang

sitatap kerling erhu itu, sayangku merapal mantra,

menjulang ke langit mengenakan jubah terbaiknya

menemui kaisar sang putra surga

kemudian lengkingannya

menjadikan butir-butir hujan

luruh dari awan, luruh dari mataku.

2013

 

TENTANG OTAK YANG HARUS BERPUTAR, LAGI DAN LAGI

morning has broken like the first morning*,
senandungmu;
setelah hari-hari berlalu dalam jejalan berita
politik, suap, dan harga beras yang merayap perlahan setiap hari

dunia seluas 4 x 5 meter memantul-mantulkan suara
para selebritis berdebat, berebut kursi pejabat
di sudut kanan atas, tagihan listrik dan telpon menari-nari
dekat pelupuk mata, menonjok isi dompetmu yang tinggal
(untuk) dipakai membeli sekilo beras, sepotong ikan asin, atau sebungkus garam

sebuah surat elektronik tentang royalti yang (akan) terlambat dibayarkan
juga sapaan seorang teman yang mendadak akrab demi bertanya
“dimana aku bisa mendapatkan buku gratis darimu?”
menyempurnakan ingatan tentang malam-malam kelam
ketika lingkar di matamu menghitam dan kau seperti gila
berkutat dengan kata-kata tanpa kenal jeda

pagi memaksamu bangkit dari tidur yang hanya dua-tiga jam
(entah lelap atau tidak),
suara alarm begitu dekat di kepala
mengingatkan tentang tagihan, dan perut yang bergelayutan di pundakmu
memijat otakmu lembut agar kembali berputar

morning has broken like the first morning*,
gumammu;
mengenang tiap keputusan

kemudian duduk di pojok kau hanya bisa menangis
seraya berdoa, semoga kata-kata bekerja sama menjadi mesin uang
untuk perut yang bergelayutan, dan tagihan yang melambai.

2013

 

BERBAGI SENJA

Enam puluh kilometer , tidak—
mungkin lebih
sebuah kota merapat ke sebelahmu
menyusuri bukit, menikung barisan pohon

dari sebuah balkon:
angin lembah, sehampar sawah-ladang, dan kolam ikan
menari di matamu,
sebuncah asa tak tepermanai

kita merpati yang terbang demikian tinggi,
ditakdirkan bertemu. untuk apa? tak perlu bertanya

langit magenta:
matahari mengedipkan sebelah mata
lalu pulang ke balik bukit, meninggalkan
dua pasang tangan yang memungkas rindu.

2013

 

PERAWAN BADUY

pagi bening terpantul dari betisnya yang bersijingkat
menaiki bale bambu
hitam, putih, biru tua – konon hanya itu warna yang boleh ditenunnya
menjadi selembar harap:
sekepul uap nasi di pawon, atau serangkai upacara adat

jika pagi dengan uar kopi tetamu menyesaki beranda
matanya malu-malu menatap dari balik jendela
tubuh sintalnya menyirat ragu lalu melipir ke ambang pintu

rambut legam tergelung, hidung bangir;
namun dadanya terabak,
dari keningnya melompat tanya:
kenapa kepala kalian begitu beda,
mengepulkan asap yang tak berhenti
memikirkan beragam teknologi?

dari jenjang lehernya terkalung seuntai kata:
Tuhan tak perlu sinyal 3G di sini

2013

 

SERANG
:Uthera Kalimaya

 

terik matahari, galian gorong-gorong,
hotel dan sengketa kekuasaan,
sejarah jawara, sate bandeng

sebuah janji tentang diskusi dan secangkir kopi
menguap di pelataran
sejumput gula lupa kita bagi pagi itu

kenangan bertebaran di lorong
juga di depot sop duren yang terlewatkan.

2013

 

KITA (BERDEKAP)

Kita sedang menuliskan keraguan
dan waktunya sebentar

helai demi helai rindu
jatuh dari matamu
memoles rindu di buku

kita sedang menuliskan keraguan
dan waktunya sebentar

kita menyanyikan lagu hujan
kita kecup angin
kita berdekap

di saat menyatu hasrat dan memilin sepi
dari batang-batang hati
dan embun yang jatuh di pipimu
di pipimu

kita menyanyikan lagu hujan
kita kecup angin
kita berdekap

kita dekap ilalang
kita berdekap.

2013

 

YOU FOLLOW EACH OTHER

demikian tertulis di layar monitor
ketika aku melihat akun Twitter

senja yang lembab pernah mempertemukan
jabat tangan dan dua pasang mata jatuh cinta

debaran jantung tak lagi beraturan
ketika hati sudah saling memanggil nama

merpati tak pernah ingkar janji, katanya
ketika kepala rebah di dada yang gelisah

hitungan purnama berlalu lambat saat janji tertambat
namun bergegas tangkas meninggalkan luka regas

tahun berganti saling memunggungi
sesekali mengintip dari celah paling rahasia

menitipkan ciuman rindu lewat angin
mengabarkan kisah paling getir melalui burung-burung

kisah itu tak berhenti setamatnya buku ditutup
ada medan magnet bersembunyi di palung jiwa

setelah saling block dan pura-pura melanjutkan hidup
tulisan itu mengudara tanpa perlu saling sapa

twitter memajang namaku dan namanya:
you follow each other.

2013

 

PAGI BERSAMAMU

jam delapan—tidak, mungkin sembilan
ketika pagi September berselimut matahari
jantungku gigil disapu kata-kata yang berloncatan dari otakmu

keluguan orang desa, munafiknya penguasa,
juga setangkup kejutan dalam hidup yang tinggal sisa
adalah kudapan yang kita pilih
dari dua lembar menu yang tersaji di meja itu

denting sendok mengiringi sepasang gelas teh yang berdansa
di hadapan kita
tak pernah ada yang ingat, siapa paling pertama merasa
jika reinkarnasi bukan lagi sebuah omong kosong?
sebab mungkin di suatu tempat, ribuan tahun lalu
kau dan aku saling bertemu dan membicarakan hal yang sama

aku mengingatmu seperti vas bunga dari porselin, namun
kadang-kadang sekekar karang menantang badai
cerita tak usai di situ
caramu mengusap kenangan
yang meluncur dari bibirmu penuh kegetiran,
menambah gigil di jantungku semakin tak beraturan

lalu anginpun menggugurkan daun-daun,
menanggalkan segala batas di pagar rasa
seberapa banyak luka yang sanggup kita bagi
untuk kemudian menertawakan kekonyolan sendiri?

2013

 

MEMBACAMU

kau merampungkan ironi
dalam kisah yang bertebaran dalam buku-bukumu
dengan menamai dirimu sendiri
sebagai lelaki dengan pola air
menderas arus, menjelma gelombang pasang, badai, bahkan lautan tenang

ada tawa anak kecil yang menari lincah,
sulitnya pilihan hidup dan kesalahan yang selalu diperbaiki,
semua bergantian menjadi kabar di bola matamu yang nanar

lautanmu penuh badai, Zy
aku harus belajar menyelam lebih dalam.

2013

 

PERANG BATIN PUISI

tiba pada sebuah pagi
kala puisi menangisi sepi yang kutuang ke dalam cangkir kopi
gelegak rindu serupa buih ombak mendeburkan gelisah di kepalaku

“mana janji bersetia pada kata-kata?”, ucapnya tergugu
di antara tumpukan nota, angka-angka dan dering telpon
yang memuja dunia

waktu berkejaran dalam lingkaran yang sama:
internet banking, restock barang, promosi sana-sini;
segunung rindu yang tak pernah usai meringkuk dalam tumpukan terbawah

“kau tak pernah benar-benar mencintaiku”, puisi sembab
menahan diri pada kehendak pemilik hati,
menating rindu yang hampir pecah kapan saja

-aku, masih harus berkutat dengan kalkulator dan token.

2013

 

LAYANG-LAYANG

sore dan angin kencang
mimpiku terbang ditarik-ulur nasib.
tersangkut di pohon kenang,
bahkan atap rumah seseorang.
kadang-kadang.

2013

 

MARI MEMBAWA PUISI PERGI

Lantas kemana garis nasib akan membawa puisi pergi?
Hatimu?
Pasti takkan lagi jadi asing di sana.
Sebab ia selalu tahu arahnya.

Tapi puisi perlu mengembara.
Mungkin ke tempat jauh.
Ke tempat di mana ketika menuju ke sana
ia dapat melihat awan bergumpal-gumpal di telapak kaki;
dan sungai serta gunung-gunung berada ribuan mil jauh di bawahnya.

Lalu bagaimana caranya agar puisi bisa memotret matahari senja
dari balik jendela burung besi raksasa?

Ulurkan tanganmu, kawan
Mungkin salah satu jalan ada di telapakmu.
Seperti ketika celotehmu melemparkan telingaku
mengangkasa ke pulau tetangga.

2013

 

LUPA BELAJAR MELUPAKAN

Seberapa banyak rindu yang terpenggal?
tanyamu memantul-mantul di dinding kaca
menjadi rinai yang tempias ke dasar dada.

ada sungai yang menganak di sudut matamu
sejak kenangan harus tanggal,
desir angin menjadi denting paling genting

Berapa banyak luka yang harus dibebat sekaligus dibabat
agar tak banyak tumbuh luka baru?
lagi kau bertanya saat hijau rumputan tetanggamu tampak segar

kau harus merelakan hatimu jadi samudera
tempat segala sakit singgah dan betah merenanginya
sampai ia bosan dan menepi

kita telah lama belajar saling mengikhlaskan
tapi tak pernah benar-benar belajar saling melupakan
demi akrab dengan kata kehilangan.

2013

 

PEREMPUAN ANGIN
Engkau yang paling mahir menciptakan ombak di laut hatiku,
malam ini aku sedang belajar mematikan kehendak
dan memanjangkan kembali lipatan jarak,
sebab dekatmu kawah itu selalu bergolak, menanti saat meledak.
Rindu, sedang disimpan rapi di saku.
Engkau yang akan mengambilnya jika bertemu, tentu.

Perempuan itu gusar, tergesa
menyumpalkan kenangan yang rompal
dalam sebait puisi di jejaring sosial
Lelaki langit menjadi alamat paling lekat di ingatan
ketika lagu-lagu lama mengalun dari piringan hitam di ruang baca
Sesekali tangan mengibas, meraup uar kopi dan sisa ambung parfum di udara

- Waktu selalu tiada, janji adalah kemusykilan -

Betapa ingin ia berhenti menjadi angin.

2013

 

PEREMPUAN DENGAN SOROT MATA TAJAM DAN BERWARNA BIRU DALAM LUKISAN DI RUANG BACA KETIKA AKU DAN KAMU DI DALAMNYA

bukan mata perempuan itu yang membuatku merinding
tapi bergalon-galon cinta yang bedah dari matamu,
membuat jantungku berdenyar.

2012

 

PERTANYAAN UNTUK BOB DYLAN

jika segala jawaban
ada pada angin yang berembusan,
kemana angin membawa kekasihku pergi
dan mengambil jalan memutar
untuk kembali dalam garis takdir?
hidup yang hampa entah dilewati cuaca dalam berapa alpa.

2012

 

KEMBARA

seuntai kemboja berunding di meja makan di rongga dada
selembar surat perjanjian melongo:
undang-undang telah jadi batu nisan di atasnya

“bukan lukisan mayat yang diinginkan dinding”,
rajuk sepatu kets di belakang pintu
mau bagaimana lagi,
senorita sudah bergoyang semalaman,
tetap saja tetes hujan basahi kuburan.

2001-2013

 

SAJAK YANG SEDANG MELAMBAI PADAMU INGIN MENGATAKAN SEBUAH KERINDUAN

Sepertinya engkau sudah berhenti mencemaskanku
Bulir hujan yang jatuh di punggung, menusuk menembus jantung
bak anak-anak panah beracun melesat dari tatapan dan sapa yang hilang hangat

Tubuh ini, sayang
menggigil merindu hujan, bukan rasa dingin

lantas malamku menjelma siksa
sebab engkau menjadi igau di setiap adegan mimpi
setiap malam
setiap malam.

2013

 

DELUSO*

Apa yang kau pikirkan?
ringan sepotong tanya menggunting udara
singkat ujarmu, “niente”**
sambil menatap kosong menara Pisa,
berharap yang miring hanya otakmu saja,
kemudian kau mengibaskan jemari,
menepis angin yang membisikkan sepi di telinga
kemudian menghela nafas, bergumam “bugiardo!”***

selembar foto tergeletak nyaris robek
secarik kertas biru menyertai, kata-kata di dalamnya tertulis rapi:
“aku akan menikahi Alessandro.
aku tahu dia sahabat terbaikmu.
tapi ibuku akan gila jika aku menikahimu.
tak ada tempat untuk cinta kita, Gina, meski ini Italia.
penuh cinta selalu,
Maria”

17/04/2013

keterangan: (bahasa Italia)
*kecewa
** tidak ada
*** pembohong

 

SUATU MALAM KETIKA BERTUKAR KABAR
- Skylashtar Maryam

 

malam hampir renta
ketika kau datang menating kisah
jemarimu bergerak-gerak menampar udara
pekat dengan asap dan uap kopi

benakku masih disibukkan dengan telutuh
pada kain yang seharusnya jadi gaun pengantin idaman
namun kutukmu pada masa lalu
menggenapkan yakin
bahwa segalanya bisa datang dan pergi tiba-tiba
bahkan setelah saling melekatkan ciuman paling mesra

di pojok teras, percakapan mengular
mengukuhkan luka demi luka sebagai jangkar
tempat kita berhenti sejenak, lalu lagi-lagi berlayar
seolah darah yang tumpah di setiap pertempuran di atas kapal kehidupan
adalah harga yang patut dibayar
relakan, dan biarkan amisnya menguar
mematikan kehendak membalas dendam
atau sekedar ingin nasib bertukar.

2013.

 

KEPEDIHAN MERUYAK
- Meitha KH

 

Aku telah lupa memaknai bahagia dan tawa lepas seperti sore itu, di sebuah padepokan dengan banyak pasang mata yang mengawasimu dengan kekaguman. Juga seseorang dengan sepasang mata penuh kasih lembut, seolah tak hendak menciptakan gemuruh ombak berlebihan ketika menatapmu. Aku iri pada caramu bermain dengan ayunan yang kau ciptakan sendiri, menikmati setiap hempasan ketika hidup begitu indah sekaligus getir membelit kaki lincahmu.

Aku sedang pura-pura bermimpi ketika kata-katamu menyapu udara yang kuhirup. Di dalam kamar kontrakanmu, tangisku pecah di dalam hati. Saat itu, kau mungkin membaca mataku yang dikoyak sepi. Masa remaja bagiku seperti sebuah permen loli yang selalu dirindukan anak kecil setiap saat, menjadi candu, perlahan menciptakan pertahanan keropos.

Aku menggambar sebuah lukisan dengan banyak warna sepanjang hidup, berharap suatu hari semuanya bernilai jual tinggi. Ah, harapan memang seperti manis gula yang dikulum sambil bermimpi, selalu menyenangkan namun berujung pada kepahitan, selebihnya kesakitan.

Sambil berharap hal terburuk dalam hidupku takkan pernah terjadi, aku membunuh waktu, menikmati perjalanan, menyesap kopi sambil diam-diam mengamati eksotisme kerling matamu, tanpa sadar telah menjerat pemilik hati yang lengah, sekaligus mengagumi ketabahanmu setegar karang. Sayang, aku masih menjadi kepompong nan lunak, kapanpun mudah terkoyak.

Ajari aku menulis lagu yang indah! Sebab melodi yang bergaung di jiwaku masih saja terlalu pilu berlagu.

2013

 

KETIKA CAHAYA TAK LAGI HANGAT
- Ratna Munawarah

 

senja begitu muram
cahaya kehilangan daya
menyisakan kemesraan yang terlindas sepi
bertubi-tubi

aku tenggelam dalam puisi yang meluncur
dari bibirmu yang khatam memaknai pahit kopi
sekaligus ditikam rindu yang menguar dari dadamu
ketika melafalkan kekasih bernama sunyi

kilat ceria di matamu meremang
sementara aku hanya bisa memilin kenangan
yang sempat meruyak di bilik hati.

2013

 

MELANGKAHLAH

aku adalah pintu belakang rumahmu
telah kau tutup bertahun lalu
kini kau tengoki sesekali
memastikan rapat tulak dan segala kunci
agar tak terbuka suatu hari nanti
ketika pintu depan kau buka lalu melangkah pergi

akulah pintu belakang rumahmu
tempat kau masuk sepulang bergumul dengan kisah-kisah semu
atau mencumbui wangi bunga-bungamu

akulah pintu belakang rumahmu
yang melihat pintu depan sedang terbuka lebar
menantimu melompat keluar
menuju hari-hari baru.

2013

 

DI DALAM KERETA

aku memandangi gerimis dari balik jendela
derasnya telah sampai ke dada
membanjiri hati dan ingatan

sementara kereta membawa ragaku pada satu impian,
jiwaku masih menapaki rel yang lain
dengan impian-impian lain

ketika rumah dan sawah berlarian ke arahku
kemudian menjauh meninggalkanku
yang masih sibuk menimbang kata-kata.

2013

 

AKU PERNAH NYARIS MENELANJANGIMU

di sebuah ruangan yang sengaja kau buat remang-remang
dan aku tak memprotesnya, sebab mengerti kemana arah hatimu
ingin menghampiri

aku membiarkan dadaku terbuka, malam itu
seperti juga kau membiarkan tanganku melucuti
kisah demi kisah yang kau lekatkan di dadamu

pertanyaan yang sama menggigiti daun telinga
serupa kersik daun bambu merdu di belakang rumahku
menyanyikan harapan pilu

tangan kita bersentuhan, membaca airmuka,
sementara debar jantung saling bersahutan dalam jarak
nol koma sekian senti yang segera diretas gelisah

gairah membakar luka yang disimpan rapi dari dunia,
sementara ingatan, sedang disimpan pada sebuah meja
biarlah, kita sedang tak ingin memagut realita

aku nyaris menelanjangimu malam itu
ketika tiba-tiba melihat sebuah sinar memancar dari dadamu
seperti matahari yang hangat, menyilaukan mataku yang hendak bertualang jauh

lalu aku memilih tak melanjutkan perjalanan
sebab sinar yang memancar itu berasal dari sebuah nama
menerangi hatimu yang gelap ketika aku tak ada, cemerlang ketika kita bersama

aku pernah nyaris menelanjangimu, dan memilih tak melanjutkan perjalanan
sebab sinar di dadamu berasal dari sebuah nama:
namaku.

2012

 

PADA SEBUAH SENJA

usia, lupa kita hitung berapa degup jantung
dalam tarikan nafas

sebiji apel menunjukkan jejak kerat di tiga sisi:
masa lalu, masa kini, (dan mungkin) masa depan
terhidang pada piring buah yang diantarkan Tuhan ke kamar kita

pilihan ada di tanganmu
setelah plastik kemasan kubuka dan menelanjangi rasa takut
berabad-abad: penolakan atau cibiran

dua belahan salak menghimpit,
melesakkan ingatan pada senja yang cerah
ketika kita bertukar kisah

bagaimana cara memutar waktu?
bisik angin menggigiti daun telinga.

sebutir pear masih menanti untuk dilumat:
seperti hati yang cemburu,
kita tak pernah tahu kapan penantian terasa nikmat

pada sebuah senja perpisahan menjadi absurd.

2012

 

KATAKANLAH! MESKIPUN TERBATA

 

Ada isyarat rahasia

pada sandi yang hanya kita bisa mengerti

tikaman rindu melipat jarak:

kusiapkan dadaku untuk ukiran namamu

meski lewat cara sederhana dan diam-diam

di kepakan sayap kupu-kupu

 

biarkan aku menjadi butir-butir nasi

yang menjelajah mulutmu

atau lebih baik aku menjelma teh telur,

kau sesap hingga lindap,

membuatmu kuat menghadapi esok,

menyiapkan kata-kata, walau terbata.

2012

 

SELAMANYA

Aku tak ingin bergegas, tentu saja!

menghitung jemariku dalam genggamanmu

mengirimkan seluruh rindu yang tumpah

membanjiri mata hati

 

ini pagi milik kita

ini siang milik kita

ini senja yang sama

ketika perpisahan selalu mengoyak luka lama

melontarkan harap pada garis takdir

dadaku dan dadamu

genap saling menghitung detak jantung.

2012

 

PENGAKUAN  SUBUH

selalu ingin kujumpai Engkau

dalam malam-malam sepi,

dalam keremangan hati,

dalam keasingan diri.

2012

 

PEPATAH

Satu takaran pupuk kusemprotkan berkala

pada dedaunan harap dan komitmen kusemburkan pula doa-doa

ayahku bilang, “bahaya membiarkan media tanam kering

apapun alasannya, dia pilihanmu, kau yang harus merawatnya sendiri”

entah hama dan gulma apalagi yang sedang mengunjungi kebunku

ladang cintaku sudah tak lagi dipenuhi mawar taman

mungkin benar, aku lebih terpesona pada rumput hijau

hamparan lembutnya kubiarkan menelusuri tubuh pualamku

hingga merasuk ke hati dan pikiran

menciptakan ombak kecil di dada

membuatku ketagihan dan tak dapat menolak

setiap kali mawar yang kupupuk setengah hati bermekaran

mulai disingkirkan hama dan gulma lagi

 

kekasih,

hari beranjak sore

seharusnya kita tidak berpelukan seperti ini,

saling memagutkan rasa yang tertunda

sebab ladangku tak boleh dipenuhi rumput

sebab mawar tamanku harus tetap bermekaran

sebab pupuk yang berkala kuberi tak boleh jadi sia-sia

sebab engkau purnama yang harus tetap terlihat indah dari jauh.

2012

 

MATILAH KAU DI DADAKU

matilah kau!

oleh kerinduan yang kuoleskan pada  pisau

yang bersarang di dadamu

matilah kau!

oleh kehangatan yang terlambat kau tambat

tanpa sempat menuju dermaga

tempat kita bermain-main dan bertukar kisah

sambil mengulum manis kembang gula bersamaan

matilah kau!

di sudut kerling pecintamu yang kau sembunyikan

pada jarak yang berabad

matilah kau!

ditikam sepi dan rindu berkali-kali.

2012

 

LOVE STORY

 

-“She fills my heart with very special things
With angels’ songs , with wild imaginings*-

 

Lagu itu berkumandang di ruangan ini

Selalu ada bahagia yang menyakitkan ketika  memejam mata

meresapinya

Berton-ton bebatuan menghantam dada dengan indah,

dengan caranya sendiri membawaku berkelana

ketika kau dan aku saling berkirim isyarat

 

percayalah!

sesekali masih kulongoki ruang hati,

sekedar membersihkan debu yang menempel di namamu

2012

*petikan lirik lagu “Love Story” – Andy Williams

 

MENJADI GILA

-          Menjadi orang gila, menyusupkan tikaman mataku ke jantung
seorang lelaki langit, adalah kisah yang belum tuntas dituliskan Gusti
-

Jika kau anggap pada Hari Kedua Belas*, dia akan menjelma kecoa

yang harus dimusnahkan segenap tenaga,

maka aku apa? Lebih baik akupun menjadi kecoa

agar kami sama-sama berlari menghindari cahaya

 

Akhirnya, masih banyak yang belum lengkap kau pahami:

Kutuliskan sajak sebagai sejarah hidupku yang gelap, juga mahkota ratu

yang masih disimpan dalam lemari berkaca bening, sehingga kau dapat melihatnya juga

 

Jelaga, masih menempel pada muka: aku telah berlama-lama

mendiangkan diri di perapian sepanjang hidup

Kadang menjelma kayu, rela dibakar memanaskan tungku untuk menanak nasi,

atau menjerang air untuk menyeduh kopi hitam dengan sedikit gula,

Demi nyawa seseorang, demi pengabdian

Demi kehormatan yang mendadak hilang jika aku melarikan diri

 

Sementara hati, entah kemana dia membawanya pergi

Yang sekarang bercokol di dadaku adalah imitasi, aku tak peduli

Karena jiwaku telah dijadikan persembahan bertahun-tahun. Selalu.

Cibatu, 27/10/2012: 14.05 WIB

*Judul cerpen Bode Riswandi dalam buku Istri Tanpa Clurit

 

NOSTALGIA AKASIA

 “Je t’aime”, ucapmu di bawah pohon akasia

yang kita bayangkan serupa menara Eiffel

 

setangkai mawar merah, sekotak coklat,

serta ciuman romantis mestinya jadi pembuka

ungkapan isi hati

 

: nyatanya mendadak bisu, kata-kata terpenjara entah di mana

 

air mata dari pipiku yang menempel di telapak tanganmu

membebaskan jutaan kupu-kupu dari hati

sementara di bangsal rumah sakit

cinta seumpama nyawa yang mahal harganya.

2012

 

KOTA KECILKU

kau, kau, kau, dan kau

mungkin tak paham rindu yang beranak pinak

mengalir di selokan belakang rumah

ada tawa dan tangis masa kanak-kanak yang tumpah

 

berpasang mata, gunjingan sporadis

dan lemparan batu pernah menyakiti rumah ini

sementara penghuninya membangun beton kesabaran

berlapis-lapis

 

tapi tidak!

tak  pernah ada kata kapok untuk kembali

dan menyebarkan kontroversi.

2012

 

DARI DANAU LUMPUR LAPINDO

beratus nyawa melambaikan tangan,

berseru bahwa dunia mereka indah

di alam sana

tak seperti dulu: desa utuh, belum terendam lumpur,

ketika matematika bisnis

jadi urutan nomor satu dalam agenda

sang pengusaha

 

“Mari mendekat! Utang dan rumah musnah

sudah bukan urusan,

sebab di sisi Tuhan, lumpur ini

jadi selimut hangat kisah kami.”

Sidoarjo, 2012

 

DELMAN

Ketoplak sepatu kuda mengetuk jiwa

“Selamat datang di kampungmu!”

Roda-roda nasib berputar lagi

melindas jalan pilihan bertahun lama

 

kusir modern, penggila gadget dan teknologi up to date

melesakkanku ke pinggir ingatan:

tawaria cucu dan sang nenek.

2012

 

MERINDU IBU

Seberapa banyak lagi airmata ini harus kuperas, Tuhan?

Di pulau seberang Ibu menanti penuh harap kepulangan,

menyiapkan pelukan terhangat, secangkir teh dan sepiring cerita sore

 

Tanah yang kujejak bukan bumiku:

asing dan bau dupa merasuki rohku yang lain,

yang berkelana mencari cinta

Padahal sejatinya bersama wanita yang mengeluarkan darah dan air mata

ketika meregang nyawa.

2012

 

PENGINGKARAN

puisiku larut di cangkir kopimu,
mengental bersama ingatan bebal
tentang si alis mata tebal.
“percayalah,ini bukan rindu!”, katamu mengingkari.
sepotong janji berlari menuju sepi,
meringkus kecemasan detik jam yang tak ingin berhenti.

grt,26072012: 04.35 wib

 

SUMPAH (AKU BUKAN) PEMUDA/I (LAGI) I

sumpah (aku bukan) pemuda/i (lagi)

sejak waktu-waktu berloncatan  dari gerbong ke gerbong

petualangan tahun,

menjajakan kembang gula, juga asam pahit

yang dikunyah bergantian:

hari ini cermin memantulkan senyum dengan kerutan yang bertambah

sejak ulangtahunku sembilan bulan lalu

pssst…tahu tidak? Concealer yang kubeli mahal-mahal kemarin itu

nyatanya cuma sebatas krayon di mukaku:

garis umur tak bisa ditutupi!

2011

 

SUMPAH (AKU BUKAN) PEMUDA/I (LAGI) II

sumpah (aku bukan) pemuda/i (lagi)

sebab kini aku bercengkrama dengan seribu dewa

di pulau dengan aromaterapi paling banyak setiap hari

lupakan tentang lotek dan jaipongan

dapur kini selalu menguarkan ayam betutu dan tari kecak mertua:

kau tahu, aku lebih senang makan kecap dan kerupuk!

 

sumpah (aku bukan) pemuda/i (lagi)

ketika anakku ribut minta netek,

rutinitas bioskop, salon spa, dan karaoke

sudah menguap bersama daftar panjang mantan pacar

yang pernah kulumat bibirnya

(dan mereka selalu bilang: “ini ciuman pertamaku, sayang”,

lalu kujawab dalam hati: bull to the shit!)

2011

 

D/CERITA WANITA KARIR SETELAH MELEPAS LAJANG*

-     dulu, dulu sekali -

setiap habis gajian, indahnya masa muda benar-benar kunikmati, lho!

akhir pekan sudah dipastikan mencuci otakku

dari jenuh rutinitas kantor dan setumpuk beban kerja:

hahahihi sama teman nongkrong di kafe, atau sekedar shopping

yaaah..kadang-kadang clubbing dikit juga lah!

meski ga sambil neken dan tripping

tapi sumpah, hidupku gak garing!

lalu datang pangeran berkuda dengan “shinning armour”-nya,

kneel down mencium punggung tanganku, sambil berkata a la roman picisan,

“would you marry me?”

dan es krim di tanganku langsung meleleh saat itu juga,

sambil mengingat-ingat umur, aku jawab, “I do”

(padahal seharusnya kan aku jawab “I would”,

ah, tapi sudahlah, gak penting, toh guru bahasa Inggrisku lagi liburan!)

kau tahu, saat itu mendadak kuputuskan mencopot jabatanku sendiri

sebelum pangeran lapor pada atasan kalau aku tak mungkin mendua

antara cinta dan dunia kerja

lalu sim salabim jadi apa? prok prok prok….tolong dibantu yaaa….

ajaib! anakku kini satu nan lucu

seisi dunia indah ada padanya, dan aku bahagia

no! kisahku tak berakhir di sini

tapi sebaiknya bersambung saja di episode selanjutnya

biar cerita ini tak jadi boring

hmmm..tapi kukasih bocoran deh:

pangeran sudah tanpa “shinning armour” lagi

dia kini berperut gendut, dan aku harus mencuci setiap hari:

bye-bye meni-pedi**! aku tak punya waktu dan uang lagi!

2011

*baca: DERITA/CERITA WANITA KARIR SETELAH MELEPAS LAJANG*

**manicure-pedicure

 

SURAT RINDU UNTUK CRISTOPHE JACQUIN

dari laci di kamarku menyembul
parfum Perancis mungil, berbotol-botol,
kepala Liberty, kartu pos,
surat – surat, musik Metalica
- kenangan tahunan silam –

kamarmu berantakan pagi itu
“hello, am I disturb you ?”
sebaris gigi putih, genggam
senyum pada putaran kipas angin
pisau cukur, celana pendek,
belum mandi?
ah, tak mengapa, sebab bulu di
dadamu kemerahan
membingkai lirik dan kehangatan

“my name’s Cristophe…”
ada – ada saja, kau menyuap
nasi goreng dengan garpu,
nyentrik, sedikit nyeleneh, tapi asyik,
aku jujur tertarik
kucopot bola mata lalu tabur
pada butir – butir di mulutmu
tak kau lihatkah sinarnya meredup
saat pelayan bisiki kau hendak
pergi ? barangkali Sanur, mungkin Kuta

kupecah senyap langit
dalam gugup narik perhatian
Denpasar masih cukup hangat
esok sepi tanpa telur mata sapi
sarapan pagi di piringmu
kukacaukan rapat para Dewa
“tak adil, pria bule itu mestinya
nikmati makan malam denganku !”
sesajen baru saja selesai dibuat
sebentar lagi matahari lelah
biar aku pergi ke Sanur, mungkin
manteraku cukup mujarab untuk
menyihir hotel – hotel disana
jadi sarang naga
para Dewa menyoraki, lalu
menyekapku di kuil dingin yang
gelap

“I am 27 years old”
ah, akhirnya kau tak jadi pergi
walau semalam, biar kuciumi
baumu dan secangkir kopi
awal yang baik.
bintang – bintang sedang gembira
kelipnya menari keliling bulan,
jam 12 malam, Cinderella harus
pulang, keretanya sebentar berubah

masih lekat wajah bayimu, Crist
pipi kemerahan itu menghamili
jiwaku ketika malam panjang
cumbu hasrat menggebu
Crist, bilakah kau berhenti
mengembara lalu melihat anak – anak
rindu yang sudah besar dan
sering ngelayap di sudut – sudut
kota Denpasar

bintang – bintang di langit Bali
kesepian tanpa pendar cahaya
dari matamu

2002

 

TETAPLAH MEMANGGILKU “ANN”

Tetaplah memanggilku “Ann”..

sebab hanya itu yang tersisa

selepas kapalmu berlabuh di hatiku bertahun dulu,

lalu melepas sauh menuju pelabuhan lainnya,

 

Tetaplah memanggilku “Ann”..

sebab demikian aku bisa paham

mengapa cahaya terang yang kau beri

di genggaman tanganku,

selalu menyisakan pilu,

melesakkan rindu sepanjang usia

tak bermuara

 

Tetaplah memanggilku “Ann”..

sebab kau bintang jatuhku pada suatu ketika,

maka selamanya kau akan indah

meski telah berlalu jutaan cahaya

Denpasar, 21/03/2012; 19.08 WITA

 

CINTA BASI

pada pagi gerimis, kujumpai wajahmu serupa embun

walau mata elangmu kerap mengiris hatiku,

rindu yang dipupuk dedaun asa terkubur ribuan alasan

untuk tak disampaikan angin, atau oleh rumput yang sedang enggan bergoyang

 

kekasih, berkali aku menyerukan hati,

berkali pula langit hatiku hanya bisa menangis:

kepergianmu seperti jelangkung

-datang tak dijemput, pulang tak diantar-

sebab rasa yang kau sodorkan di piring kudapan sore itu

mungkin sekedar tester untukku atau sisa cinta basi

yang tak sengaja kau pergoki hasratku untuk melumatnya.

Denpasar, 20022012: 12.39 WITA

 
DI LANGIT WARNA UNGU

sungguh

aku ingin meliukkan tubuh telanjang kaki

di atas pasir putih saat senja keemasan

menggaris cakrawala

-dilatari langit ungu, seperti hatimu

 

pernah

aku ingin mencium aroma Versace

dari sebaris sms yang kau kirim kemarin

bertahun lalu penuh cerita

-ini sedemikian rindu, katamu

 

lalu

aku ingin membaca semua pertanda

dari attachment email penuh cinta

dibawa cupid mengitari semesta

-aku, kau, barangkali sekedar perantara

 

kini

aku ingin merobek awan, membedah hujan airmata

dari hati terdalam,

kemudian melarungkannya ke laut bersama luka-luka

-semua fana, kata mereka. tidak, barangkali kasih meski cuma sehela

 

kisah tak usai

sejak tak ada mulai

hanya senja berpagutan dengan malam

-di langit warna ungu

Denpasar, 19 Nopember 2011; 21.56 WITA

 

D/CERITA WANITA KARIR SETELAH MELEPAS LAJANG*

-          dulu, dulu sekali -

setiap habis gajian, indahnya masa muda benar-benar kunikmati, lho!

akhir pekan sudah dipastikan mencuci otakku

dari jenuh rutinitas kantor dan setumpuk beban kerja:

hahahihi sama teman nongkrong di kafe, atau sekedar shopping

yaaah..kadang-kadang clubbing dikit juga lah!

meski ga sambil neken dan tripping

tapi sumpah, hidupku gak garing!

 

lalu datang pangeran berkuda dengan “shinning armour”-nya,

kneel down mencium punggung tanganku, sambil berkata a la roman picisan,

“would you marry me?”

dan es krim di tanganku langsung meleleh saat itu juga,

sambil mengingat-ingat umur, aku jawab, “I do”

(padahal seharusnya kan aku jawab “I would”,

ah, tapi sudahlah, gak penting, toh guru bahasa Inggrisku lagi liburan!)

 

kau tahu, saat itu mendadak kuputuskan mencopot jabatanku sendiri

sebelum pangeran lapor pada atasan kalau aku tak mungkin mendua

antara cinta dan dunia kerja

 

lalu sim salabim jadi apa? prok prok prok….tolong dibantu yaaa….

ajaib! anakku kini satu nan lucu

seisi dunia indah ada padanya, dan aku bahagia

 

no! kisahku tak berakhir di sini

tapi sebaiknya bersambung saja di episode selanjutnya

biar cerita ini tak jadi boring

hmmm..tapi kukasih bocoran deh:

pangeran sudah tanpa “shinning armour” lagi

dia kini berperut gendut, dan aku harus mencuci setiap hari:

bye-bye meni-pedi**! aku tak punya waktu dan uang lagi!

2011

 
BILA HUJAN TIBA

bila hujan tiba, aku teringat padamu:

lelaki pertama yang menyentuhku,

meyakinkanku untuk tak takut petir,

meski pada saat yang bersamaan aku mengkerut

di pelukan ibu,

lalu mengajariku melihat pelangi

seusai reda

bila hujan tiba,aku teringat padamu:

lelaki pertama yang mengajariku membaca

segala pertanda: cinta atau dusta

menarik selimut keraguan,menggantinya

dengan kepercayaan diri yang penuh:

aku akan baik-baik saja melewati segala ujian

bila hujan tiba, aku teringat padamu:

lelaki pertama yang mengajakku berdansa

mengikuti irama chacha sembari bersenandung parau

kadang-kadang mendongeng dengan penuh gurau

kini hujan tiba, dan aku teringat padamu:

lelaki pertama yang membuatku berharap

punya mesin waktu hingga kembali semua kenang.

- aku masih sangat suka memandangi hujan dari balik jendela, papa.. -

Denpasar,06112011: 22.55 WITA

 
FIKSIMINI / FIKSI 140

fiksimini: “ARTI SAHABAT”

Karena kita sahabat..kenangan itu akan tetap lekat,seberapapun kini jarak tak lagi dekat.

Cibatu, 26082011; 04.10 WIB

 

LABEL HARGA

Wanita itu sibuk pamer tas dan high heels bermerek pada temannya,menyombongkan betapa selangit harga kedua barang yang mampu dibelinya.temannya senyum nyinyir melihat label diskon 70+20 persen lupa dilepas.

 

Denpasar,23102011; 23.59 WITA

 

 

Fiksi 140 : PENYAIR

mau merayu apalagi? aku tak tertarik menjadi pacarmu.tahukah kau, puisiku sudah berbuku-buku, dan kupastikan aku lebih gombal darimu.

 

Denpasar, 24102011:10.12 WITA

 

#Fiksi 140: [PARANORMAL]

nenek tua itu menyemburkan air jampi-jampi ke mukaku.katanya supaya cepat kaya.tapi rumah gubuk dan ranjang reyot mengganggu pemandanganku.

DPS, 26102011

 

#Fiksi 140: [OFFICE BOY]

sejak direktur baru yang cantik-sexy itu datang, mimpi Ujang selalu basah tiap malam.salahkah ia jadi office boy?

DPS, 27102011

 

[PEMAIN SEPAKBOLA]

kata sang istri,“tidak perlu banyak gol, pemain naturalisasi yang penting tetap digaji”.

dps,28102011;14.10 WITA

 

 

[PEMAIN SEPAKBOLA]

setelah ditolak mentah-mentah oleh putri pak Lurah,Ujang selalu memakai kaos bola bernomor 7 di punggungnya.

dps 20102011; 14.27 WITA

 

 

[PEMAIN SEPAKBOLA]

~TERPAKSA~ “Andai kiper itu tak memergokiku selingkuh,sudah sejak lama kukeluarkan ia dari tim”,gerutu sang pelatih.

dps,28102011; 14.58 WITA

 
ZIARAH

setelah tiupan doa terakhir di ubun-ubun dua tahun lalu
sesak dadaku masih saja sama:
kau serupa udara bagiku,air bagi ikan, garam bagi sayur
katakan padaku,adakah bidadari menemanimu
di dalam rekahan tanah merah ini,Papa?

Cibatu, 26082011; 19.52 WIB

 
KANGEN

terlalu banyak udara dalam rongga dada:
aroma tubuhmu di kulitku menyesaki hidung
seperti belia berbadan sintal,kenangan malam-malam hangat dan kembang api

mengental

di riak ingatan yang bebal

terlalu banyak udara memenuhi rongga dada:
namamu memadati setiap sudutnya!

Cibatu, 07092011; 19.55 WIB

 

SEPANJANG JALAN TOL MOH. TOHA – CILEUNYI

Ruas jalan tol itu lupa kuukur, ayah

Kepalaku penuh kecemasan sekarang

Telah kau restui lelakiku

Lalu kini aku termangu dengan uraian drama

Di kisah lalumu

Aku entah, ayah…

Apakah kelak anakku bisa menceritakan

Seperti banggaku padamu?

 

Rinai gerimis tampias di kaca mobil

Derik wiper seirama degup jantung

Cepat dan teratur menghitung hari

Tinggal beberapa purnama lagi aku

Tak bisa memandangi parasmu ketika tidur

Tak lagi bisa mencium pipimu sesering dulu

 

Janur sudah siap dipasang, Ayah

Aku ingin bergelung di dadamu

Merasakan tiupan doa di ubun-ubunku

2009

 

KEPADA PEREMPUAN DENGAN SEGUDANG SABAR DI DADANYA

-          untuk ibuku, Ai Supriati –

 

pernah kudengar dari wanita tua

ihwal secuil kisah tentang keraguan

yang ditumbukkan pada bebatuan di pinggir sungai

oh, betapa air matapun menderas di kilat matanya

kalimat mereka serupa belati terhunus di hati

namun engkau menelannya dengan perlahan

“hanya Tuhan yang berhak membalas”, katamu

 

dan jauh setelah itu,

ketika belahan jiwamu diambil kembali

mereka masih saja menggedor pintu rumahmu

meminta paksa semua yang kau miliki

“hanya Tuhan yang berhak membalas”, jawabmu masih sama

 

daun gugur satu-satu

menangisi angin yang selalu merampas waktu

sementara kau tetap setia dan tabah

menganyam pilu.

2010

 

SELALU, CINTA PERTAMA TAK PERNAH MATI

- untuk Annelies dan Minke* -

 

I

cinta itu kamu, Ann

perempuan dengan kobar api di dada

menancapkan bendera di atas gunung esku

 

“dia bukan perempuan pribumi biasa”

demikian bisik angin sore itu di telinga

“matanya sanggup menghujani hatimu dengan jutaan panah,

juga lenggok pinggul dan pekerti kerasnya,

tak ada lelaki pribumi yang sanggup menaklukkannya dengan mudah”

 

ah, Ann

duniaku berlinang airmata kini

telah kau bawa pergi cinta yang cuma satu-satunya

 

kelak, anak-anak mimpi kita

pasti akan menarikan pelangi di langitmu

ya, kelak yang entah

 

II

ambil aku menjadi Nyaimu, Minke..

sebab di tanah kelahiran, cinta tak bisa mengikatku

 

bilang aku perempuan penuh ambisi

dan aku akan menunjukkan kupu-kupu dari hati

yang sejak mengenalmu tak mau pergi

 

kau, lelaki dari tujuh musim

telah menyalakan obor di gelap malam

meski lalu Tuhan berkata lain

memberiku sayap untuk terbang ke negeri awan

membawa serta kepingan hati

 

namun selalu, cinta pertama tak pernah mati.

2011

*Ann(Annelies) dan Minke : tokoh dalam tetralogi BUMI MANUSIA karya Pramoedya Ananta Toer

 

CINTA SATU MALAM

 

setelah berbagi ciuman basah dan pelukan, bercinta ribuan kali. lalu saling melupakan.

Cibatu, 10092011; 05.40 WIB

 

PASANGAN MUDA

 

kau janji bawa aku ke surga.baru tiga bulan banyak piring terbang dan semprotan kata-kata.

 

Cibatu,10092011.05.45

PENYANYI DANGDUT

desahan uh ah,goyang maut,panggung pinggir jalan:tukang ojeg mabuk pesta buah dada.

Cibatu, 10092011; 09.20 WIB

 

DOKTER PUSKESMAS

aku dan anakku pura-pura jadi penduduk desa yang lugu.beberapa prosedur pemeriksaan dilewatkan sang dokter.lalu bicara tentang merk obat yang tak ada.tahu begini,lebih baik kuobati sendiri saja anakku.

Cibatu, 10092011; 11.45WIB

 

HERO-ENRIQUE IGLESIAS

suara penyanyi itu berkumandang membangkitkan kenangan.tiba-tiba ingin kubanting televisi yang menyiarkan lagu favorit istrimu.

Cibatu,10092011; 13.38 WIB

 

AMNESIA I

Sebab hidup tak melulu manis:

ketika memandang foto profilmu di facebook,aku jadi merinding

bukan,maksudku bukan berarti kau seperti hantu

tapi sejak tahun-tahun berlalu

aku tak ingat tentang rasaku padamu

kawanku bilang,mungkin aku kena guna-guna

bagaimana mungkin?

seingatku,gerimis sore dan hutan buatan di tempat rekreasi itu dua kali kualami,

dan kecupan mesra pacarku pernah mendarat di sana

 

tunggu,kenapa ada sidik jarimu menempel di pipi?

kamu siapa untukku?dulu?

Denpasar,15 Agustus 2011# 22.33 WITA

 

AMNESIA II

di kedai kecil di seberang gedung pertunjukan,

-dulu sekali-

ketika secangkir kopi menyelimuti bibirmu yang tak berkumis,

gelombang otakku mengirimkan sinyal

serupa aroma bunga dan sejumput gula,

kutemukan harapan yang kau selipkan di anak-anak rambutku

jalan masih panjang,ujarku

yang tak bisa jujur mengkaji rasa:

simpati,atau kagum sesaat

 

sedang detik demi detik jam berpacu,

berkejaran di limpahan kata-katamu,

berusaha memabukkanku

 

tapi mataku hanya melihat secangkir kopi,

bukan masa depan.

Denpasar,15 Agustus 2011# 22.55 WITA

 
LUKA LAMA

Ini hujan yang sama juga,sayang
sebab apa kau bilang tanahmu gersang?
di hatiku gerimis deras menderai
mencuci luka yang tak pernah kering
meski jarak terbentang sampai ke hilir.

DPS,05082011: 22.05 WITA

 
HUJAN

hujan itu kamu,
lelaki penunggang kuda waktu
yg menciptakan gerimis di hatiku
setelah tahun-tahun berlalu
melipat rapi kenangan merah jambu.

Denpasar,27 Juni 2011. #10.50 WITA

 

CHEF MASTER

:Juna Rorimpandey

 

seluruh isi langit pasti setuju

jika resep hari ini kau bubuhi cinta

di antara lada, paprika, garam, dan manisnya gula

seperti itu juga senyummu mengaduk

adonan di hatiku hingga mengembang

Juna, dengan tattoomu kau telah menyihir wanita,

dengan matamu kau telah menenung jiwa,

dengan jarimu menarikan pisau membelah daging,

mencincang rasa terpana, membuat mereka menganga

oh, Juna, aku cemburu!

Denpasar, 20 Juli 2011 : 09.40 WITA

 

TAFAKUR

Ketika kau terdengar mendengkur teratur di atas kasur

ingatanku menangisi daun gugur satu-satu di atas tanah kubur

siapakah kelak lebih dulu terbujur?

Denpasar, 4 Agustus 2011. 21.56 WITA

 

SETELAH 40 HARI
kalau saja dulu surat tanah ini kuhibahkan,tentu anak-anakku tak akan memakan jantung istriku.
11052011

 

BAWEL
pusing.suaramu menaiki anak tangga,

menghampiriku.

oh,sepertinya
headphone ini sudah
rusak.
10052011

 

PERNIKAHAN DINI

hp berteriak,ajakan teman untuk shopping dan kongkow menyoraki bayi yang minta netek.
07052011

 

MERTUA

dapur penuh uap santan.

bertumpuk dengan celotehan tajam.

hatiku memeluk bayangan ibu di kampung.
07052011

 

TAK PUNAH

aku mencintaimu pada sore yg cerah dan sedikit basah:
jabat tangan,gumam nama tak jelas didengar,
sebab hatiku sibuk meredam debaran
setelah terpanah mata elangmu

lalu waktu,
menyatukan jemari kita pada malam,
memahat cerita di antara ciuman panjang,
mimpi itu,barangkali terlalu mewah,
selepasnya,bulan memang lebih indah dari jauh

dan aku tetap mencintaimu
dengan keriaan,juga segenap gundah
dalam lipatan tahun yang penuh gelisah

menyesal?mungkin
tapi gairah serupa cinta besi pada api
menempa hati berkali-kali
hingga berdarah
-tapi aku enggan berkata ”sudah”-

Denpasar,22 Juni 2011. #22.55 WITA

 

Biodata:
RATNA AYU BUDHIARTI
lahir di Cianjur 9 Februari 1981. Menulis puisi di sejumlah media cetak lokal dan nasional. Selain menulis puisi, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ini juga menulis cerita pendek.

Karyanya berupa puisi terkumpul dalam antologi bersama Orasi Kue Serabi (SST, 2001), Enam Penyair Membentur Tembok (SST, 2002), Poligami (SST, 2003), Muktamar (SST, 2003), Bunga yang Berserak (KSDS, 2003), dan Antologi 9 Penyair Jawa Barat, Aku Akan Pergi ke Banyak Peristiwa (Taman Budaya Jawa Barat, 2005), serta Antologi Penyair Jabar-Bali "Roh" (2005).

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler