Potret kehidupan di sudut negeri

Foto0875.jpg

        Memiliki impian yang tinggi, jelaslah impian setiap insan. Tapi tidak demikian terjadi di pelosok negeri yang letaknya sekian puluh kilometer dari kota. Ketika seorang guru bertanya pada siswa Sekolah Dasar “apa cita-cita kalian anak-anak?” dan jawabanya sangat  mengejutkan, sebagian besar mereka menjawab ingin menjadi perampok, pencuri karena yang ada dalam benak mereka sosok pencuri atau perampok itu baik. Yang perlu di garis bawah yaitu karena kurangnya pengetahuan anak didik di sudut negeri ini. Jangankan pengetahuan luas untuk sekedar mendapat ruangan kelas saja terkadang tidak bisa, para siswa harus belajar di luar kelas tanpa atap dan hanya tempat seadanya. Apalagi perpus, belum terfikirkan mungkin, tidak harus bisa membaca, tidak harus rapi ke sekolah hanya sekedar datang saja guru sudah merasa sangat bahagia meskipun memakai sendal jepit, baju seadanya. Para pendidik di sudut negeri  harus berjuang dengan segala keterbatasan sarana prasana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, sulit tentunya jika mereka harus berjuang memajukan pendidikan sendirian. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, sekolah tapi pendidikan adalah tanggung jawab bersama.

Untuk masalah kesehatan apakah sama masih tertinggal?

       Ya, tentunya. Itulah jawabanya. Makanan yang mereka makan tidak memikirakan takaran gizi apalagi empat sehat lima sempurna, yang penting buat mereka bisa kenyang. Betapa tidak meraka makan hanya denga nasi putih saja, terkadang kalau ada kopi, atau alpukat mereka mencampur nasi dengan alpukan atau kopi. Dalam benak kita pun tak pernah terpikirkan sedikitun tapi itulah faktanya. Penyakit yang sebagian besar di derita warga sudut negeri ini adalah penyakit Maag, karena mereka terlalu banyak mengkonsumsi minuman kopi asli daerah tersebut. Dalam sugesti meraka kopi akan dapat menumbukan semangat.