kering kata
panggang matahari
rajah tangan
menggaris silang
gambaran nasib
bagai gelinjang camar
menantang riak
pangkal tebing karang
kerati lesu jiwa
tak ingin gelar
hiasi tampang namaku
deretan aksara bermula dan berakhir
otak yang kian bebal kalau hanya gantung diri
lebar suara menusuk dada yang papa
…..
bangunkan
agar hidup
sampai,
ranggas keringat
meleleh
merasuk diam,
dan pelan
terkira belanga
dasar seperti dalam
ketiga kaki jajaki
terangkut lumut lembut
denyut terasa lumat
mirip jambangan
telaga teratai hitam
tak hanya nikmat lihat
bermandi ingatan telaga
bagi rakyat jelata
ada
untuk penguasa,
seadanya
di habiskan
tak tersisa
setiap menjamah menapaki waktu
goresan kelam masa lalu
selalu terukir garis membingkai
pada keheningan kolong lamun
kini kesekian putaran wktu
derail pori usang
kering mengacak siang
sisi hidup yang hitam
kian hitam
Galau
Angan
Lengang
Angin
Utara
baGai
blAti
maLam
temAram
menUsuk
relunG
dada
terjaL
larA
berdebU
rasa kata
tanpa tanda baca
sampai akhir kata
pada bait-bait syair
kisah sedih tertulis
dalam aksara nasal
pun ratapan sirna
tepian titik kata
buih pantat di sudut pantatnya
aroma jaring tak mungkin tertutupi
bentuk jaring manis yang ditebar
jaring tak selama cantik berbentuk
kala melingkar bagai lingkaran setan
telusur jejaknya percuma karma nafsu
yang punya dan pembuat jejak yang mampu
taman, gedung, dan gedung pencakar persemaian
sarana labah-labah penjebak yang berlalu
terlalu dalam tertutup sarang
tak punya mata untuk bias melihat
apalagi mata hati pengendali diri
adanya mata kala lusuh pencari jalan lari untuk sembunyi
lagi, kaki tangan adalah pengkhianat, laknati tuannya
kaki bermata tak peduli bagi negeri.
Komentar Terbaru