Skip to Content

Juni 2012

pasrah

kering kata

panggang matahari

 

rajah tangan

menggaris silang

gambaran nasib

bagai gelinjang camar

menantang riak

pangkal tebing karang

kerati lesu jiwa

 

batas kataku

tak ingin gelar


hiasi tampang namaku


deretan aksara bermula dan berakhir


otak yang kian bebal kalau hanya gantung diri


lebar suara menusuk dada yang papa

 

 

gugah asa

…..

bangunkan

agar hidup

sampai,

ranggas keringat

meleleh

merasuk diam,

dan pelan

 

 

t e l a g a

terkira belanga

dasar seperti dalam

ketiga kaki jajaki

terangkut lumut lembut

denyut terasa lumat

 

mirip jambangan

telaga teratai hitam

tak hanya nikmat lihat

bermandi ingatan telaga

 

bagaimana bisa

bagi rakyat jelata

 

ada

 

untuk penguasa,

 

seadanya

 

di habiskan

 

tak tersisa

 

 

 

bingkai hidup

setiap menjamah menapaki waktu

goresan kelam masa lalu

selalu terukir garis membingkai

pada keheningan kolong lamun

 

kini kesekian putaran wktu

derail pori usang

kering mengacak siang

sisi hidup yang hitam

kian hitam

 

G A L A U

Galau

Angan

Lengang

Angin

Utara

 

baGai

blAti

maLam

temAram

menUsuk

 

relunG

dada

terjaL

larA

berdebU

 

rasa kata

rasa kata

tanpa tanda baca

sampai akhir kata

pada bait-bait syair

kisah sedih tertulis

dalam aksara nasal

pun ratapan sirna

tepian titik kata

 

Sarang labah labah

buih pantat di sudut pantatnya

aroma jaring tak mungkin tertutupi

bentuk jaring manis yang ditebar

jaring tak selama cantik berbentuk

kala melingkar bagai lingkaran setan

telusur jejaknya percuma karma nafsu

yang punya dan pembuat jejak yang mampu

taman, gedung, dan gedung pencakar persemaian

sarana labah-labah penjebak yang berlalu

terlalu dalam tertutup sarang

 

mata

tak punya mata untuk bias melihat

apalagi mata hati pengendali diri

adanya mata kala lusuh pencari jalan lari untuk sembunyi

 

 

lagi, kaki tangan adalah pengkhianat, laknati tuannya

kaki bermata tak peduli bagi negeri.

 



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler