Skip to Content

MESKI HANYA SEBUAH TITIK

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

MESKI HANYA SEBUAH TITIK

 

Sungai yang panjang, dari hulu ke hilir tidak sama kedalamannya. Ada bagian yang dalam, ada bagian yang dangkal. Di antara dalam dan dangkalnya bisa jadi ada bagian yang biasa-biasa saja.

 

Ukuran dangkal dan dalamnya sebuah sungai tidak ada batasannya. Sangat relatif. Bagi yang tidak bisa berenang, air sungai sepinggang bisa jadi sudah disebut dalam. Tidak demikian dengan yang pandai berenang.

 

Yang membedakannya adalah persepsi, anggapan. Dan anggapan seseorang terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh rasa percaya diri atas kemampuan diri. Dan rasa percaya diri sangat dipengaruhi oleh jam terbang kehidupan dan kemampuan bathinnya untuk melakukan perenungan.

 

Karya sastra –kita batas tentang puisi saja- juga demikian. Seperti sungai, puisi ada yang dangkal, ada yang dalam, ada yang biasa-biasa saja.

 

Ketiga kondisi ini tidak hanya melekat pada karya saja, Juga tidak hanya pada penikmatnya tapi pada keduanya. Ada hubungan timbal balik yang unik.

 

Keunikannya menyentuh ketika “rasa bertemu dengan rasa”. Ketika sentuhan rasa ini muncul maka sulit menemukan kata untuk secara gamblang menjelaskannya.

 

Jika berdiri sendiri kita akan menemukan puisi dangkal, puisi dalam, dan puisi yang biasa-biasa saja. Tapi ketika rasa bertemu rasa, rasa penggubahnya bersentuhan dengan rasa apresiatornya maka semua puisi mempunyai arti. Meski puisi itu hanya berupa sebuah titik.

 

202001031724 Kotabaru Karawang

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler