Lihatlah! hai kawan
Itu, keringat dingin sang penyair
Terusap lembut di peraduan
Pertanda syair terlahir dan tergolek rindu
Lucu dan menggemaskan
Doaku untuk mu
Kelak kau mampu Merubah kalimat-kalimat kotor
Kini syair meregang nyawa
Terkubur di halaman duka
Sudah jadi mayat
Tanpa kain kafan
Untuk dibaca!
Untuk didoakan..
Lalu mata siapa? yang rindu
Membaca syair
Yang sudah mati..
Komentar
Tulis komentar baru