Penyair dan Orator
Dari si provokator,
diam-diam aku belajar
menarikan kata-kata
dengan langgam retorika.
Tentu saja ia tidak keberatan,
ia bahkan memprovokasi aku
untuk tidak sungkan-sungkan
melilitkan lidah pada priyayi.
Tapi kubilang sama dia ;
kami berbeda satu sama lain
ia bersikeras bahwa kami sebangsa
sama-sama meretorika kata.
Lama aku merenung dalam kaji
dan mencari-cari pembenaran
aku tetap bersikeras kami berbeda
setidaknya beda cara dan beda gaya.
Suatu ketika aku melihat ia pentas orasi
menggebu-gebu membela jelata dan pertiwi,
aku mengkaji ulang alasan pembenaranku
kudapati kami memang sama-sama peretorika kata.
Medan, 01. 05. 2013
Abdul Malik.
Komentar
Tulis komentar baru