menyusuri pagi mengejar mimpi
terseok di lorong kereta api
para peziarah melipat waktu
namun 24 jam tetap tak menentu
orang-orang merangkak di tepi gigil rel
berkhayal di atas kursi dan berharap nasib lebih riel
seksi kotamu tak lagi menarik
menyihir setiap musafir walau tercekik
demi segumpal angan dan sebongkah akik
betapa penggila cincin terjerat jari-jarinya sendiri
pada gerbong terakhir
tulang serasa retak oleh perih lapar
sang musafir sadar bahwa di ceruk kehidupan
ada kematian yang bergiliran
lokomotif terus melaju hingga menghilang di tikungan
Gambir-Malang, Agustus 2015
Komentar
Tulis komentar baru