Skip to Content

Surat cinta Penutup Senja

Foto moeha

Demi sebuah rasa yang bernama “ cinta “, Ku tinggalkan kau di penghujung senja, Bersama rembulan dengan redup cahyanya, Bersama angin dengan semilir hembusannya, Sebagai pertanda bahwa yang ku miliki adalah sebenarnya cinta yang tentu tak akan selalu mampu  menahan perihnya luka. Bukankah telah ku katakan padamu sebelumnya, yang ketika itu disaksikan oleh rembulan jua bahwa aku ingin memonopoli hatimu sepenuhnya tanpa berbagi dengan siapapun sekecil apapun atau bahkan hanya sekedar waktu luang saja. Tapi toh ternyata kamu tak bisa, maka ku putuskan aku pergi dari hatimu yang pernah kau buka untukku. sesungguhnya ku akui, aku juga berat meninggalkanmu, tapi inilah kenyataan yang harus kita lalui dan harus kau pahami bahwa setiap orang memiliki idealism, jalan pikiran dan komitmen masing-masing tentang sebuah fenomena yang dari tahun atu sampai sekarang masih juga bernama ‘cinta’. Hal ini mungkin akan terasa berat kita lalui, tapi yakinlah akan selalu ada hikmah dibalik setiap takdir tuhan yang berlaku kepada kita.

Demi sebuah rasa yang bernama “ sayang “ ku tinggalkan kau di awal malam, bersama langit yang berwarna kelam, bersama nyanyian sumbang dalam temaram, bersama rintihan hati dalam bungkam, sebagai pertanda bahwan rasa yang ku miliki adalah setulusnya kasih yang juga tentu tak akan selalu bisa mentolelir setiap kebohongan, kedustaan, dan menyiakan sebuah kepercayaan. Inilah kenyataan yang ada, bahwa ketika aku merasa kau tak lagi konsisten pada komitmen yang telah kita sepakati, aku akan selalu memilih jalan untuk pergi, hijrah ke hati yang lain. Maka maafkanlah atas segala keputusan yang telah ku berlakukan padamu tanpa mendengarkan sedikitpun pembelaanmu. Toh, kalaupun ku berikan kesempatan padamu, itu hanya akan sis-sia saja karena aku tak lagi bisa percaya pada setiap nyanyian yang kau dendangkan, selembut dan semerdu apapun nyanyian itu. Meski kau jatuhkan air mata sekalipun, bagiku itu adalah hal yang biasa saja sama halnya seperti air sungai yang mengalir ke laut atau yang sejenisnya, tak kan berarti apa-apa dan tak akan merubah keputusan hati.

Demi sebuah rasa yang kini bernama “ benci “ ku  tinggalkan kau dari kedalaman laut, menjinjing hati dari balik batu qalbumu, menggugurlah rindu dari pucuk ranting pohon sawit. Rasaku retak, rasaku sesak bukanlah luka bukanlah duka yang mesti ku bawa sepanjang perjalanan, tetapi telah ku tinggalkan kukubur di pelataran sebuah sekolah yang pernah mengawali cerita kita. Demi sebuah rasa yang kini bernama “ benci “, kau ku tinggalkan, kau ku lupakan

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler