Skip to Content

HB Jassin

HB Jassin dan Pusat Dokumentasi Sastra: Sebuah Perjalanan Panjang

Berbicara tentang pusat dokumentasi sastra yang satu-satuya dan terlengkap di Indonesia itu, barangkali juga di dunia, tak terlepas dari peran aktor tunggal yaitu Hans Bague Jassin, kelahiran Gorontalo, Sulawesi Utara, 31 Juli 1917 dan meninggal di Jakarta pada 11 Maret 2000.

'Koin Sastra' Targetkan Dana Abadi Rp 15 Miliar untuk PDS HB Jassin

Penggalangan dana 'Koin Sastra' yang dilakukan sastrawan dan musisi sudah dimulai. Gerakan ini menargetkan terkumpulnya bantuan hingga Rp 15 Miliar untuk dana abadi Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.

Foke Jamin Anggaran PDS HB Jassin Ditambah

Akhirnya Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, "terketuk" hatinya. Di Balaikota DKI Jakarta, Gubernur yang akrab disapa Foke itu meminta Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin tidak lagi berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) agar bisa menjadi program yang diprioritaskan dalam penganggaran.

Koin Sastra untuk Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin

Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. SK IV 215 tertanggal 16 Februari 2011, yang ditandatangani langsung oleh Fauzi Bowo yang menyatakan bahwa PDS HB Jassin hanya memperoleh anggaran Rp 50 juta setahun membuat "berang" banyak kalangan.

Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Terancam Ditutup

Berita menyedihkan datang dari dunia sastra. Pusat dokumentasi sastra terlengkap di Indonesia, HB Jassin terancam ditutup karena kekurangan dana.

Hal tersebut disampaikan seniman Sitok Strengenge dan pelaku sastra lainnya, Eka Kurniawan. Mereka sangat prihatin dengan kondisi tersebut karena PDS HB Jassin adalah salah satu aset nasional yang perlu mendapat perhatian pemerintah.

Plagiarisme dan Kepengarangan

Plagiarisme dan Kepengarangan

Oleh Seno Gumira Ajidarma

Belum jelas sejak kapan sejarah plagiarisme di Indonesia dimulai. Tetapi, dalam dunia kesusastraan Indonesia, pagi-pagi HB Jassin sudah harus membela Chairil Anwar yang telah menjadi ikon kesusastraan Indonesia, melalui buku kritik sastra berjudul Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45 (1956), dari tuduhan banyak orang yang menyatakan dan ”membuktikan” bahwa penyair itu adalah plagiator.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler