Skip to Content

kopi

mungkin, demikian

begini..

 

kata Putu Wijaya:

seperti rumah,

yang menjadi semakin rumah

ketika ditinggalkan.

 

tapi;

tak seperti kopi,

Kafeine

Ada bentuk serupa serbuk yang tidak lagi terbentuk

Seiring rindu yang kau coba selamatkan

Di Suatu Pagi

Jarum tua itu masih seperti biasa

bergerak bersahaja 6 derajat-6 derajat

Membalas salam matahari

dan embun terakhir

yang tak kau mengerti bahasanya

EMBUN DAN BAU BUNGA KOPI

EMBUN DAN BAU BUNGA KOPI
Oleh: Emil E. Elip

Coretan Kopi

Di keheningan malam lelaki itu tiba-tiba saja datang melalui catatan kertas kehadirannya yang begitu asing menurutku, ku coba membalas coretannya dan ku dengar celotehnya betapa syahdunya dia mengungkapkan kekasihnya, aku yang terus saja memerhatikannya, aku berpikir betapa hebatnya wanita yang menjalin kasih dengannya, tiba-tiba saja terdengar rintihan hujan, hembusan angin yang menyigapk

Kopi Jampi

setelah ku bubuhkan mantra

aduklah kopimu dengan rata

dan rasakanlah kerinduan

yang melarutkanmu pada asmara

Gula tanpa Kopi

Beberapa malam terakhir yang kulewati memang terasa dingin, namun kali ini lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Mungkin karena sejak tadi pagi hujan mengguyur tanpa henti. Berkali-kali kurapatkan jaket biru pemberian Dewa, calon suamiku. Reseleting depan yang sudah rusak, membuatku tak dapat mengancingkannya. Meskipun sudah rusak, aku tetap masih suka memakainya.

Hal-Hal Bahagia

Kata ibu hal hal-hal bahagia itu sederhana,

dan kelak aku pasti dapat menikmatinya.

 

Seperti pada suatu pagi,

Secangkir Kopi di Pagi Hari

“Setan!!! Kopi apaan ini??!!”, ia melemparkan cangkir kopi itu, hingga mengenai dinding. Dengan kasar, ayah menarik rambut panjangku, dan menghimpitku ke tembok. Nafasku dan nafasnya sama-sama memburu. Wajahku mulai membiru. Aku sesak nafas mendadak. namun ayah semakin menekan leherku ke dinding. Aku limbung, semuanya serba putih. Kulihat ibu tersenyum padaku.

Dua Cangkir Kopi

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler