Skip to Content

Oscar Amran

Di Pagi Redup Terang

Di Pagi Redup Terang

 

Di pagi redup terang

Engkau berselendang riang

Pergi melenggang senang

 

Aku Tak Sanggup Memimpikannya

Aku Tak Sanggup Memimpikannya

 

Gejolak itu pasti menyambar

Mengobar-kobar luar biasa

Membakar! Berkali-kali

Andai, Bukan Berandai-andai

Andai, Bukan Berandai-andai

 

Andai harus kehilangan sepasang

Tangan dan kaki, aku pun masih memiliki

Tubuh bersama kepala

Luka Lidah

Luka Lidah

: Syarifuddin Arifin

 

Panas dingin membara di dada

Anak negeri terlunta-lunta

Membaca Malam

Membaca Malam 

 

Tanpa rembulan

Tanpa gemintang

--kelam

Tetap ada cahaya menyambar

WAKTU YANG MENEPI

waktu yang menepi di siang hari
wajah keriting di warung kopi
kau di sana membaca negeri
melihat mendung bergulung kental
hiruk pikuk dekadensi moral
emak gila meracun anak-anaknya

SEPI ITU

diam menjadi temali yang kau simpul erat
sebelum kau berucap,
“aku dalam kesibukan mencari sepotong ayat
yang hilang di pagi ini”

dan, dari kemarin aku tak menjumpai

YANG HILANG DI SUATU HARI

waktu yang tak pernah sembunyi
bergulir deras tak bermuara
denyut hati di setiap detaknya
bicara pada kehidupan kita

adalah hitungan menit dan detik
ketika rambut menunas putih

MENDULANG GENANG

mendung pecah terburai
gerimis melukis wajah-wajah
banjir melenggang ibukota

air sedengkul mainan keluh
mengundang ngilu membiru
basah-basah menguyup gerah

hujan tidak semusim datang

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler