(sebuah refleksi kebangkitan)
Merenungi kehidupan
pada dinding waktu aku bercermin
diriku hanyalah seorang nelayan
berkayuh di atas biduk, melaju pelan
mengarungi laut kecil kehidupan
Kotak-kotak papan catur
medan pertempuran putih lawan hitam
bidak-bidak dikorbankan demi perjuangan
para perwira bergerak taktis menyusup ke pertahanan lawan
Dulu kurasa aku pernah punya mereka
Ayah dan juga ibu
Tapi itu dulu
Dulu saat aku masih belia
Saat aku masi belum bisa ingat segalanya dengan sempurna
Cintaku padamu laksana butanya mata
Hitam putih sikapmu tiada beda
Cintaku padamu laksana tulinya telinga
Hinaan pujian bergema tiada beda
Wahai para petani berdasi
Para pembajak lembaga-lembaga kesejahteraan kami
Para penabur ide-ide tak manusiawi
Aku adalah diriku
Aku ada untuk menghamba
Menghamba pada-Nya Rabbku Yang Maha Mencinta
Aku ada untuk mengabdi dan berbakti
tak dapat kucerna rasa yang mendadak membuatku merasa tak memilikimu
rumput hijau yang senantiasa menyapa di awal hariku tak lagi tawarkan kedamaian
Komentar Terbaru