Skip to Content

Puisi harian

PAHLAWAN CANGKIR

Aku terjebak dalam cangkir bak hewan melata

Mengukir-ukir ruam tatkala nyata

Terbuka

Aku setidaknya tahu

Menelanludah

Tak semudah, menjualrumah

Ucapan

(sebuah refleksi kebangkitan)

“Telaah pagi biasa”

 

Udara sejuk menyembunyikan panas diluar sana

berhembus masuk seperti plastik, gerakan tirai yang membuai kantuk..

Merebahkan ke-an...

 

“savannah semu”

 

Di latar hijau dan biru..., “wah, di danau gelayutan perahu.......”

Di latar kelam kerapu mendekat perahu

Kau lukai ilalang itu ...

“Asistensi Asisten”

 

Sekadar  yang kamu sandang yang ku pakaikan kapital ...

untuk bos-mu, tak perlulah ....

Dia hanya mengeja-eja kata

Kau tuliskannya .....

“Ttd, nanda..”

 

“Ibu darahku”,

Hanya pertanyaan

“mengapa tak pernah bilang mau permisi dari aku”

Setidaknya saat kutunjukkan sajak dan lagu...

“Ada seorang gembul”

"tak pernah pikirkan apa kelirunya...

 

hanya kebab dan anggur tersita...

 

karena mungkin terlalu gem bul

 

“Kale doskop”

Yak..penari malam mengigil,

 

ini bukan tarian dingin yang sering di-plotkan depan mereka

 

sudah tahu,

 

“Kale doskop”

Yak..penari malam mengigil,

 

ini bukan tarian dingin yang sering di-plotkan depan mereka

 

sudah tahu,

 

“Eross”

Semua bukan manis yang pernah ditulis ..

Hanya selaksa keinginan untuk mencorat garis ...

Terhadap kesalahanku sendiri yang terlampau sinis,

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler