Skip to Content

Cintaku di negeri damai (bag-2)

Foto ARZapata

Mentari semakin redup di ufuk barat, lambat namun pasti tenggelam di temaram malam, yang kelam, Nurhayati mulai bergegas mengemas apa-apa yang perlu dibawa pulang......

Sambil mengingat berkas-berkas yang perlu dibawa, Nurhayati berusaha mengingat-ingat kejadian demi kejadian dari pagi hingga petang, lalu...teringatlah kejadian aneh tadi pagi, tatkala ia begitu khawatir kehilangan klien pagi ini yang menjanjikan uang miliaran rupiah akan melayang di depan mata, jika dia terlambat bertemu klien yang sangat memperhatikan ketepatan waktu, mereka adalah warga negara asing yang memerlukan bantuan hukum.

Sebagai Pengacara, sudah sewajarnya apabila Nurhayati sangat memperhatikan klien, bagi dia, klien adalah raja, sedangkan dia adalah pelayannya yang berusaha memuaskan, meski dia belum pernah belajar `marketing`, secara naluri ilmu `marketing` sudah menempel lekat bahkan telah mendarah daging di tubuhnya, demi menjaga reputasi dia sebagai Pengacara yang layak dipercaya.

Keluarga besar Nurhayati adalah keluarga yang sudah dikenal sebagai keluarga sukses, kakaknya adalah politikus kondang, sedangkan adiknya adalah pengusaha properti kelas atas....

Entah karena nurhayati di mata lelaki memiliki strata sosial yang tinggi, sehingga mereka enggan `mendekati`, atau karena sebab lain, yang jelas, meskipun Nurhayati memiliki paras cantik, anggun, dan menarik, hingga detik ini masih berstatus gadis walau sudah berumur.....

Tentu saja, kejadian tadi pagi, adalah kejadian unik yang sangat dan sulit untuk dilupakan baginya. Bagaimana bisa dia melupakan?, dengan kecerdikan seorang tukang becak dia terselamatkan dari `hilangnya` kesempatan memperoleh klien potensial?!. Namun bukan alasan itu yang membuat dia mengingat peristiwa tadi pagi, lebih jauh, kepolosan seorang tukang becak, telah menyadarkannya bahwa orientasi kepercayaan bukan hanya sekedar untuk memperoleh uang dan uang. Buktinya? yeah...meski hanya tukang becak, Dul Bejo telah sanggup menolak kesempatan memperoleh uang jutaan rupiah karena dia menang taruhan dengan seorang pengacara handal.....

Terbersit rasa penasaran sekaligus hemmm...perasaan lain yang menyelinap.

"ah...mana mungkin aku harus jatuh cinta kepada seorang tukang becak, yang hanya secara kebetulan menampakkan sifat `smart dan bijak`nya", Nurhayati berusaha menukas pikirannya yang menggoda.

Segera ia beranjak keluar ruangan, di depan lobi telah disambut seseorang yang nampaknya sudah hafal betul dengan tugas dan kewajibannya..."Maaf bu, bawaan ibu, saya bawakan", pintanya.

"Biar saya saja yang bawa pak Jamal, bapak siapkan saja kendaraan....", sergah Nurhayati agak mempercepat jalannya.

"Baik Bu...", balas Pak Jamal yang ternyata seorang sopir pribadi Nurhayati.

Sepeminum kopi, mobil sedan Nurhayati telah sampai di ujung jalan Jaksa, tanpa disengaja atau kebetulan mata Nurhayati menatap seorang tukang becak asyik bercengkerama dengan turis perempuan di atas becaknya, kemudian berlanjut masuk ke dalam kedai bersama....

Berdesir dada Nurhayati, rasa cemburu, membuatnya benci kepada si tukang becak, yang tidak lain adalah tukang becak yang tadi pagi ditumpanginya....

Perasaan aneh ini menyebabkan dia melamun secara tidak sadar, sehingga pak Jamal memecah lamunannya....

"maaf bu, apa barang-barang yang tadi barusan ibu bawa, diturunkan juga?",

"Yap...yaya, eh jangan jangan, biar di dalam mobil saja...", Nurhayati tergagap, pipinya merah, seolah isi hatinya terbaca Pak Jamal....

"Baik Bu..., apa lagi yang perlu saya bantu bu?".

"emmm..., kali ini aku minta tolong suatu pekerjaan yang....ah, maksudku pekerjaan ini di luar tugas biasa..."

"tidak apa-apa bu, selama saya mampu, akan sangat senang sekali bisa membantu ibu...."

"begini, Pak Jamal ....tugas bapak adalah memata-matai, kok jelek sekali sih istilahnya memata-matai?, begini saja bapak mencari tahu siapa tukang becak yang bersama turis di dalam kedai itu....", Nurhayati menunjuk sebuah kedai  di seberang jalan.

"? baik Bu..", Pak jamal mengernyitkan dahi, sambil berfikir kira-kira apa yang diinginkan bosnya.

"kalau bisa sesegera mungkin Pak Jamal memperoleh informasinya..."

"Baik Bu....", dengan pengalaman sebagai seorang sopir handal, pak Jamal sudah bisa menebak keinginan majikannya, dari bahasa tubuh dan gerak-geriknya, bisalah dibaca bahwa majikannya sedang jatuh CINTA!!!.

Pak Jamalpun berusaha menepis perkiraannya, mengingat target penyelidikannya adalah seorang tukang becak.

"mana mungkin wanita berpendidikan, tinggi pula, jatuh cinta kepada seorang tukang becak, sepertinya kali ini perkiraanku mungkin meleset...., bikin penasaran juga nih tukang becak", gumam Pak Jamal.

"untuk tugas ini, Pak Jamal dibebastugaskan selama seminggu...", Nurhayati memecah keheningan

"!!!, satu minggu bu?, lha siapa yang akan antar jemput ibu, selama saya tidak bertugas bu?"

"Sudahlah Pak Jamal, bapak lupa ya?! jika aku punya SIM?", canda Nurhayati.

"Baik bu..., tapi hati-hati ya bu? maklum jalanan di jakarta tidak mengenal kompromi, apalagi ibu jarang membawa mobil sendiri...", Pak Jamal dengan sifat kebapakannya khawatir.

"Pasti hati-hati pak Jamal..., bapak kayak orangtuaku saja, sedikit sedikit khawatir", Nurhayati berusaha menenangkan.

 

(bersambung dalam MALAM PERTEMUAN DI SEBUAH WARUNG KOPI)

 

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler