13 tahun lalu,
dalam tidur yang belum tuntas
terdengar samar pidato dari radio
segera membangkitkan gairah
benarkah pendengaran ?
.
Ah, tentu kau masih ingat
setelah kemarin lelah seharian
bersama jutaan pemuda dan mahasiswa
petani, nelayan, kaum miskin kota,
dan kukira hampir semua
memenuhi segala ruang di belantara kota
dari sabang hingga merauke
meneriakkan slogan dan gema merdeka
.
“Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan!”
”El Pueblo Unido Hamas Sera Vencido”
.
kini, di radio, suara itu, suara orang nomor satu
menyatakan pengunduran dirinya
benarkah pendengaran?
bangkit, kantuk hilang, melihat televisi
orang-orang bersorak, berpelukan, menangis
keharuan tak terbendung
.
tak sempat mandi, segera bergegas
berkumpul di sekretariat, orang sudah pada kumpul
kami berpelukan, kembali larut dalam keharuan
menjerit-pun tidak menjadi pantangan
.
ah, tak sia-sia menanti, kini telah pasti
.
ya, itu 13 tahun lalu, di tanggal 21 Mei
sehari setelah perayaan Kebangkitan Nasional
yang dirayakan dengan bangkitnya semua memenuhi jalan
dengan tuntutan sama: Turun !!!
.
kini di bulan Mei,
dihidupkan kembali kenangan tentang masa lalu
bukan pekik kemerdekaan tentang perubahan
melainkan sosok yang dianggap sang pemersatu
.
Ah, apakah tak terlalu mengada-ada?
sejarah biarlah menjadi sejarah,
bukan berarti kita terbuai oleh lupa
biarkan menjadi pelajaran agar tak berulang
.
hidup adalah masa kini dan masa depan
.
ada yang belum tersibak, teramat banyak tampaknya
13 orang yang hilang tanpa kabar berita
tewasnya para mahasiswa tertembus peluru siapa?
ratusan orang kehilangan nyawa, terbakar
dalam irama gosip sepanjang jalan tentang kematian-kematian
para sosok tak bersosok berperan sebagai malaikat maut
masih ingatkah tentang ditemukannya kuburan masal di pinggiran kota?
Ya, itu 13 tahun lalu, dan hingga kini kita tak pernah mengungkit kembali
.
kini, para penguasa telah terus berganti,
sebagian pendahulu berganti rupa, jadi bijak tampaknya
kau pula yang berada di jalanan, bersama rakyat, kini masuk dalam istana
berada dalam ruang-ruang turut mengambil kebijakan negara
masihkah kau ingat gema merdeka yang telah bersimbah darah
dengan ratusan orang luka, hilang, dan semakin semangat jiwamu membara
masihkah kau ingat tentang mimpi-mimpi perubahan bermakna
ya, kau kini duduk di seputar singgasana, semoga tidaklah lupa
.
masih banyak, darah tumpah, orang tenggelam dalam kehidupan
menjadi pemburu yang selalu diburu-buru, dihilangkan rumahnya,
dihilangkan mata pencahariannya, dihilangkan jasa-jasanya
.
apakah masih kau perjuangkan mereka dalam rapat-rapat?
.
bila engkau merasa, tak bisa berperan apa-apa
takluk dalam sistem yang sebenarnya bisa kau rubah pula
apakah kenikmatan sesungguhnya yang telah membuai dan mengganti kacamatamu?
.
sejarah bisa terulang, layaknya engkau ingat itu .....
.
Yogyakarta, 21 Mei 2011
Komentar
ada tokoh mahasiswa 98
ada tokoh mahasiswa 98 menuntut president turun waktu itu....alhasil priode skrng mereka duduk manies d kantor yg empuk menjadi angt DEWAN ter hormat...mana aksi mu......akankah engka perjuang nasib rakyat indonesia seperti yg kau teriakkan.....atokah cuma tidur nyaman di kursi empuk pada saat sidang,.....hahaha..alankah LUCUnya NEGERI ini......pengecut....
Kemana suara dan kegarangan mereka?
Ya, ketika terjadi perubahan kekuasaan. ketika orang-orang di jalanan berganti masuk gedung Dewan, berada dalam lingkaran kekuasaan, manakah suara mereka yang lantang atas nama perjuangan?
Masuk sistem, malah bisa membuat kita menjadi pendiam... Usahlah berkata-kata mencari alasan.. Bukankah demikian adanya?
Haha mereka lupa akan
Haha mereka lupa akan suaranya
Setelah kenyang lupa suara
Suranya berontak provokator
Berjas mewah penuh makna
Berikat lambang dikehormatan
Suara nya lantang
Lupa suara nafkah
: luar biasa sastra bapak, mengenai yg difikiran, salam sastra
Tulis komentar baru