malam hari adalah nyanyian tenang,
riuh angin pada pohon bambu-
berisik jangkrik di balik belukar-
kodok di selokan, bunyinya seperti mantra pemuja hujan.
malam hari adalah tidur yang begitu nyenyak
mimpi-mimpi yang tak pernah tercecer
terjaga angan siang dan malam laksana binar bintang
siapa yang percaya akan diam!
mimpi-mimpi selalu hidup bersama tatakrama dan senyuman.
pagi adalah tawa dan cengkrama antar sesama keluarga dan tetangga,
senyum menuai ladang, secangkir kopi dan sebatang kretek kesukaan.
mimpi dan harapan, harap berjalan beriringan.
kepada berbatang-batang pohon coklat dan ubi jalar
jalan setapak menuju hutan begitu terang, semak belukar dan belalang kecil melompat liar.
serta putri malu dan duri duri rumput dan akar yang menjalar
pagi hari adalah udara yang begitu sejuk, beraroma mawar dan bunga kertas.
beranda rumah penuh dengan warna, halaman belakang penuh dengan tanaman hias dan lalapan pelengkap makan siang
sore hari adalah kebahagian, bermain layangan atau sekedar berlarian.
sepakbola impian yang menggoda, tarkam berakhir tawuran
kita pulang dengan senyum, walau wajah kadang legam.
tatakrama adalah harga diri desa, menaklukan kota hanyalah sekedar uji nyali belaka.
kepada malam yang menyanyikan ketenangan, membaca buku mendengar berita, pesawat radio adalah idola, televisi hanya seorang penggoda, kebodohan yang diwarisi kota.
aih malam, ia sungguh rindu yang membumbung tinggi, nyawa terkumpul seketika, kau bayangkan ketenangan penuh dengan kelembutan, sesekali lolongan anjing liar, tak ada bunyi kendaraan di jalan.
sebatang rokok kunyalakan, sembunyi-sembunyi biar tak ketahuan.
menulis puisi sebuah kesenangan.
[Batam 2016)
Komentar
Tulis komentar baru