KUBUR ELIT
Oleh: Emil E. Elip
Aku terkejut melihat sebuah brosur
menawarkan “tempat kubur” bagaikan perumahan elit,
lengkap dengan kapling-kapling, dan model bangunan mewah.
Tetangga-tetanggaku di sekitar kampung kumuh Tanah Abang
hidup keseharian bagaikan tinggal di “pekuburan”:
kumuh, atap bocor, dinding triplek, sumpek dan bau…..
Kami tidak khawatir kemanapun kami mau pergi.
Karena tidak ada yang perlu kami khwatirkan.
Kami tidak takut akan mati,
sebab cara kami mati pun cuma sebuah kejadian kebetulan.
Ada apa dengan para pemesan kubur mewah itu!
Dalam kematianpun mereka bermimpi masih hidup,
dengan harta kemewahan yang dimiliki…
dan catatan nama emas di batu nisan.
Sekali lagi…Kami tidak takut mati.
Hidup kami terlalu sering dalam ambang antara hidup dan mati.
Kami mungkin saja, dan bisa jadi, justru bermimpi “mati”.
Untuk apa setelah mati bermimpi untuk hidup kembali.
Batu nisan dan tanah kubur kami tidak perlu tinggi-tinggi!
Dan kami rasa tidak perlu nama jelas.
Kami mau mati dalam sepi saja supaya tenanglah :
“Lorong Perjalanan Abadi” kami…..
Jakarta, 2016.
Komentar
Tulis komentar baru