Pelukis Potret
Jilatan bara menerjang tangis
Luluh lantak menjadi kegetiran
Gemeretak kaca yang retak...
Gemuruh kilat menggema jagat raya
lidah api menghanguskan asa
Tak tersisa,
semua tinggal cerita
Sepatu sepatu mungil terkoyak,
bergelimpangan di sungai air mata..
Sekeranjang harapan telah tumpah
Membanjiri riam pelupuk mata...
Pensil pensil warna menjadi bara
Buku buku hanguslah sudah
Gambar gambarnya tinggal bayangan
Dia menunduk memandang boneka
Wahai angin di malam buta...
Kapankah lagi mereka bercengkrama
di sepanjang jalan menuju harapan
Seperti langkah kaki yang riang
saat bersama kembali pulang...
Pada sepatu sepatu mungil tersayang,
pada cerita cerita di buku gambar,
pada pensil pensil aneka warna...
dan pada buku buku tebal yang dipeluknya
harapan yang indah dia sandarkan...
Setetes air mata jatuh di boneka...,
Diraihnya sisa sepatu kesayangan...
peluk erat puing puing seragamnya,
Berwarna merah yang telah sirna
Hancurlah bendungan air mata...
Dan gemuruhnya tertahan di jiwa...
Di kegelapan gerimis menghujam tanah...
Lolongan binatang malam kian membahana
Dia yang berduka menggenang di pelupuk mata...
tak ada rasa iba yang mengada ada
Bersama nenek yang renta dia menyusuri jalanan kota...
Tinggalkan "istana" kardus yang menyimpan sejuta asa.
Rasull abidin, 02 Jan 2012
Kota cilacap.
Komentar
Tulis komentar baru