Skip to Content

Puisi ke 2 dalam MENGHITUNG RINDU (1)

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

 

AKU PUISI ITU AKU  

 

Seratus prajurit melilit tubuhku dengan kawat berduri

Lalu karenanya kulit dagingku robek berdarah-darah

Meski tak punya arti aku akan tetap berpuisi

Untuk puisi akau mencetak diri untuk tidak menyerah

 

Ke tubuhku seratus pedang ditebaskan

Lalu karenanya tubuhku menjadi serpihan

Meski tak punya arti puisi tetap kugumamkan

Untuk puisi bagiku tak ada batas perjalanan

 

Beringas moncong senapan dikulumkan ke mulutku

Pelatuk ditarik meledak hancur kepala

Meski tak punya arti kepada puisi aku tetap rindu

Untuk puisi aku akan berhenti jika mati yang bicara

 

Aku diikat erat-erat dibakar abuku dibuang ke laut

Aku tidak akan pernah gentar dan tak akan takut

Seribu masalah menghantam jiwa dicipta jadi kemelut

Untuk puisi meski tak punya arti ruhnya tak akan larut

 

Sembilanpuluh sembilAn bidadari bugil telanjang

Menarikku gemas bercumbu bermalam panjang di ranjang

Meski tak punya arti aku tak akan pernah bimbang

Untuk puisi meski tak punya arti aku akan tetap garang

 

Dalam puisi aku bernafas dengan puisi aku bernafas

Dengan puisi kujejak bumi kupeluk langit biru

Hilang gentar hilang resah hilang takut hilang cemas

Karena aku adalah aku dan puisi itu aku

 

201707190959 Kotabaru Karawang

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler