Skip to Content

PUISI-PUISI RATIMANJALI GALIH PUTI

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

Di Kyoto
Ratimanjari Galih Puti

 

HARI ESOK TERGADAI

Ratimanjari Galih Puti

 

Jalan tetap kering

Sebenarnya hujan baru saja berangkat

Tinggalkan setitik air memeluk dahan

Di ladang basah batang jagung tetaplah haus, maka

Kubaca di helai daunan sajak keterasingan

Kucari apa penyebab yang disembunyikan

Tanpa memperhitungkan aku pun akan dahaga

 

Apa yang bisa kutadahi dari hujan tadi

Tatapi kaleng tetap kosong

Di sana satu harapan berenang megap-megap

Susah payah menepi

Tangan liar menggapai

Tanpa takut akan luka

 

Jalan tetap kering

Ladang-ladang jadi persinggahan orang asing

Menanam batu bayi gedung pencakar

Hujan tiada lagi memberi rintik

Seakan membaca kesia-siaan hari esok

Terbaca di helai malai yang di tebang

Tereja di wajah-wajah kehilangan tanah

 

Apa yang bisa kusaksikan

Mereka sejenak berpesta

Lupa pada warisan para moyang

Untuk kemudian kutatap mereka merayap-rayap

Kehilangan jari pencekal

Bahkan sejengkal tanah bakal kuburan

 

Dago Pakar, 13 February 2022

 

RAIB

Ratimanjari Galih Puti

 

selayaknya aku coba

meretas cahaya pada matamu

jadikan sinar bagi lukisan dinding

tapi lagi aku terjerembab pada sebab

telah tiada dirimu ... raib ke alam gaib

menguliti mimpi dalam igau yang nyeri

 

sebenarnya berulang ku-kata

tuangkan sinar tatapmu dalam syair dan warna

jadikan kidungan puitis pada tembangan ritmis

namun aku terjebak di dunia tidur

berharap dirimu jadi pelipur

tiada bisa kutangkap kala terjaga

 

pastinya

aku hanya melihat bayang-bayang

samar menghilang

 

Anggrek, 08 Februari 2022

 

PUPUH SATRIA

Ratimanjari Galih Puti

 

Telah kujelajahi ladang-ladang perdu

Tugu-tugu dan gapura rindu

Pintasi selaksa lawang kori ber'pal-pal jarak

Meneguk arak hujan bermandi riak mentari

Bertanya pada tugur di dusun-dusun pada tetua di kampung-kampung

 

Pada siapa kau menitis menitipkan rupa

Selagi anganku belum lagi ternoda moksa

 

Aku

Jadi Penangsang menyusuri lembah

Jadi Tingkir mengubak-ubak sungai

Jadi Sangkuriang membabat alas

Jadi Bandawasa memahat wajah

 

Aku

Menulis syair di lembar alang-alang

Menggurat sajak di rerumputan

 

Aku

Menggugat ... benih cinta yang engkau tanam

Di ladang kerlingan mata

 

Aku

Mencarimu

Pada siapa merupa

Di sekilan jarak

Pada siapa menyaru

Di senyari rindu

 

Anggrek, 08 Februari 2022

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler