Skip to Content

TADARUS PUISI

Foto Soei Rusli
files/user/1680/Tadarus_puisi.jpg
Tadarus_puisi.jpg

 

1. Sutan Iwan Soekri Munaf

 

 

 

Ramadhan Bertanya

 

Ramadhan bertanya ke setiap kalbu, apakah ritual berlapar untuk dahaga nafsu atau kembali mendekatiMu?
Ramadhan bertanya ke setiap jejak, sejauh manakah langkah bergerak untuk membunuh nafsu atau menikmati kesejukanMu?
Ramadhan bertanya ke setiap pikir, bagaimanakah merenangi siang dan menyelami malam hanya untuk merasakan fakir atau merasakan renyahnya dzikir menyebut namaMu?
Ramadhan bertanya ke setiap hari, sampai kapankah bermanja dengan bulan atau bercinta hanya denganMu?


31 Mei 2017

 

 

Sutan Iwan Soekri Munaf, lahir di Medan, 4 Desember 1957.
Senang menulis sajak, cerpen, novel dan esei.
Kini tinggal di Kota Bekasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.Syahriannur Khaidir

 

 

Taraweh

 

 

Debu mendekap gigil
Angin mengunyah bias
Saat hujan mengusap
Kemarau ranum menoreh jejak
Tanah retak awan tak mengarak mendung
Usai berbuka membendung dahaga
Luapan nafsu khidmat puasa segala warna coba

Di beranda surau
Anak-anak mengadu sikut dan pinggul
Menjaga renggang barisan
Sambil melantangkan takbir dan tahmid
Memadukan irama sholawat
Hingga letupan niat sahur
Di ujung taraweh
Sebelum melingkar hanyut di ayat-ayat tadarus
Mencari berkah atas malam kemuliaan
Seribu bulan
Beribu keajaiban
Dalam keagunganMu

 

Sampang 28 Mei 2017

 

 

Syahriannur Khaidir, (syakh!d) dilahirkan di Central Borneo di kota SAMPIT, pada 26 September 1975, pendidikan terakhir yang diselesaikan Universitas Islam Malang, pernah menulis puisi di Floressastra.com, Antologi Puisi Membaca Kartini di komunitas Joebawi, Arus Puisi Sungai dan Puisi Peduli Hutan di Tuas Media Publisher, Antologi Puisi Kopi dan Sekumpulan Puisi Rasa Sejati (lumbung puisi sastrawan Indonesia jilid V 2017). Selain menulis sebagai wadah belajar menuangkan ide/kreativitas, aktivitas lainnya yaitu sebagai tenaga pengajar di SMKN 1 Sampang/Madura/Jawa Timur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. Soei Rusli

 

 

Tuhan Dengarkanlah Dzikirku

 


Puisi sang sufi

Rabba ya rabba
Demi hidupku di dunia fana
Berikan fitrah
Bulan ramadhanini
Engkau bertahta di arasy
Tak pernah lupa
Aku sampaikan dzikir langit tinggi
Untuk jalan ke surge


Gurun 2017

 

 

Soei Rusli Di lahirkan di padang 20121964 SDN 39 Padang SMPN 9 Padang SMA PGRI 3 Padang 6 orang bersaudara. Aku Ingin tulisanku sebagai wadah amalku untuk sastra nusantara awal tahun 1980 Soei Rusli menguna nama Atang Sonny Harja juga salah seorang anggota HPCP (Himpunan Pecinta Cerpen & Puisi), bersama Pria Takari Utama, Kurnia Effendi, Gus tf Sakai, Aant S Kawisar, Indrawati Basuki. Ary Nurdiana dan banyak lagi. Pendiri Adek Alwi dan Kawan kawan tergabung Himpunan Pecinta Cerpen & Puisi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. Wans Sabang

 

 

- Rindu Alif Ba Ta –

 

masihkah ada riuh anak-anak ke mushola
berkopiah sambil mengepit juzama
kini aku rindu alif ba ta
walau dulu mengejanya terbata

 


Bogor, Mei 2017

 

 

 

4. Ribut Achwandi

 

 

Puasa Semesta

 

sebelum sangkakala dibunyikan
selama itu, semesta berpuasa
menahan segala amarah
menahan segala keluh kesah
menahan segala resah
menahan segala murka
atas tingkah polah manusia
makhluk terindah ciptaan Tuhan

semesta tunduk dalam penuh
memberi keleluasaan bagi manusia
menghormati dengan taat titah Tuhannya
bahwa manusia mesti dilindungi

ya, kodrat alam adalah liar
ia ganas tanpa mengenal ampun
ia garang menerjang hingga hancur
segala mudah dimusnahkan seketika
menghantam sendi-sendi kehidupan manusia
tanpa mengenal kasihan
meremukkan tanpa sisa
segala yang berjalan di muka bumi
murkanya adalah kehancuran manusia

tetapi, Tuhan punya kehendak
tiada mungkin ditolak
tiada dapat dielak
alam mesti tunduk pada kebutuhan
makhluk yang dimuliakan Tuhannya
alam mesti mendarmakan dirinya
sebagai hamba bagi kecukupan
segala yang dibutuhkan
makhluk yang ditinggikan kodratnya
di hadapan makhluk lainnya
manusia

oh, betapa berharganya manusia
sekalipun mereka saling membunuh
sekalipun mereka perkosa habis-habisan
alam semesta
tetapi,
sentuhan lembut kasih sayang
jiwa yang mulia
jiwa yang bercahaya
jiwa yang dikasihi Tuhan
alam tunduk

airmata darahnya yang tak direlakan
sekali menetes di atas sebutir debu
menjadi catatan kemurkaan
yang redam seketika oleh doa
manusia termulia, Muhammad

maka, berjalanlah kehidupan
melintasi masa ke masa
mengabadikan peristiwa-peristiwa
mengabarkan sejarah luka alam semesta
dalam puasanya menanti masa pengakhir
ketika sangkakala itu ditiupkan


Pekalongan, 27 Mei 2017

 

Ribut Achwandi, lahir 28 Agustus 1980 di Pekalongan. Kini menjadi staf pengajar di Universitas Pekalongan dan Institut Agama Islam Negeri Pekalongan. Di sela-sela kesibukan, masih juga mengudara di radio Soneta FM yang menyiarkan program kisah teladan ulama nusantara. Aktif juga mengelola Omah Sinau SOGAN, sebuah komunitas belajar tentang apa saja, mulai teater, ngaji, dan juga kegiatan-kegiatan lainnya. Di samping itu, kerap juga mengisi acara workshop untuk kalangan remaja dan pemuda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6.  Alhendra Dy

 

 

Mencari Butir Tasbih

 

Tak rampung aku kumpulkan biji tasbih
yang putus berserak
pada musim shaum ramadhan lalu,
Berulang aku menghitungnya
jumlah tak juga hendak cukup sembilan puluh sembilan
sedang bulir keseratus
mengiba
menatapku,
lalu membisikan kalimah :
" salmamun koulammirrobirrohiim "
( dari tangan kotor dan kurus
aku tutupi wajah kelam )
manalah pantas aku !
dalam geram
aku pukuli wajah batin,
agar bangun
dan bersegera tinggalkan mimpi,
mimpi pasi mimpi kusam.
Dan,
Ramadhan ini
aku masih saja merambah belukar, semak kepicikan
yang mulai meninggi,
Mengaburkan jalan illah
Menutup penjuru arah
Jalan pulang.


Ramadhan kedua 2017

 


Alhendra Dy, Lahir di Jambi 47 tahun silam. Menulis dan melukis di tekuninya sejak tahun 80-an hingga sekarang. Turut mendirikan teater Bohemian ’89 ( warisan Acep Syahril dan Iif Renta Kersa ) di bawah pimpinan Ari Setya Ardi (Alm), selain sebagai jurnalis di media mainstream dan digital juga membangun sekaligus pemimpin disebuah sanggar seni Rumah Kreativ Merangin (RKM). Karya-karyanya puisinya tersebar di berbagai media cetak seperti Merangin Ekspres, Pos Metro, Radar Sarko, Tribun Jambi dan Jambi One, sedang di media online apa pada jambistyle, jambi satu, jejak jambi dan tribun online. Sejumlah antologi puisi bersamanya ada di Pendaras Risau 13 Penyair Jambi Tahun 2015, Senandung Alam Tahun 2012, Lacak Kenduri Tahun 2015, Arus Puisi Sungai Tahun 2016, Memo Anti Teroris Tahun 2016, Aku dan Tulisanku Tahun 2016, Siginjai Kata-Kata Tahun 2016 (43 Penyair Jambi), Pasie Karam (Temu Penyair Nusantara) Tahun 2016, Ije Jela (Tifa Nusantara) Tahun 2016, Antoligi Puisi Penyair Nusantara Aceh 6,4 SR Tahun 2017, sedang antologi tunggalnya "Kesaksian Bukit Keramat" Tahun 2016 . Tinggal di Merangin - Provinsi Jambi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Puisi terpendek di Tadarus Puisi Ramahan Mas Ronny Roni Nugraha Anggraeni Syafroni

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7. Ronny Nugraha Syafroni

 

 

 

Duduk

Buku kuduk
Menyeruduk
Dahaga ibadah
Bahagia rasa
Memeluk Ro-ma-dhon.

 

 

Cileungsi, 31 Mei 2017

 

Roni. Manusia yang senang akan sastra. Karena sastra menggugah rasa karsa. Tinggal di cileungsi. Berasal dari bandung. Kerja di karawang. Kalau mudik ke majalengka. Ya, itulah saya. Dengan segala kesenangannya mengitari JaBar dan Indonesia tentunya

 

 

8. Tajuddin Noor Ganie

 

 

RAMADHAN DI KOTA BANJARMASIN

Lima belas hari sebelum Ramadhan tiba
Warga kota sudah memasang wajah ceria
15 Syaban tahun berjalan, sore menjelang Magrib
Warga kota memenuhi surau-masjid
Mereka salat Magrib, salat hajat,
salat tasbih, dan salat tobat berjemaah.
Setelah itu baca surah Yaasin tiga kali tamat
Tiba waktu Isya, mereka salat Isya berjemaah

 

 

Seminggu sebelum Ramadhan tiba
warga kota ziarah ke makam-makam kerabatnya
ruas jalan ke arah komplek pemakaman
penuh sesak dengan para peziarah
para penjual bunga dadakan
membuka kios di kiri kananya
hari ini mereka panen raya

Satu hari sebelum Ramadhan tiba
Sore menjelang senja, kepala kantor Kemenag kota
Meneropong hilal di atas atap bangunan tertinggi di kota
jika hilal dapat dilihat, maka puasa dimulai besok
jika hilal belum terlihat, maka sukacita
bulan Syaban digenapkan usianya
(jadi 30 hari tentu saja)

Hari pertama bulan
Ramadhan Surau-masjid penuh sesak
Kaum Muslimin salat Magrib berjemaah
Salat Isya berjemaah
salat Tarawih berjemaah
dan salat Witir berjemaah

Selepas pukul tiga sampai menjelang imsak
Anak-anak tanggung ramai-ramai mengarak tanglong
Mereka berjalan kaki keliling kampong
Membangunkan orang agar segera bersahur
Hidangan untuk sahur pertama sengaja dibuat istimewa

 

 


Beras siam unus yang pulen rasanya ditanak sebagai nasinya
Lauknya rendang sapi, atau ayam goreng Kentuck

Besok paginya, koran-koran dipenuhi warta berita
tentang jemaah salat tarawih yang berjubel rata
tentang imam salat yang didatangkan khusus dari Saudi Arabia

 

 

Sore harinya, pak gubernur dan istri tercinta punya jadwal utama
Meresmikan dan memotong pita pembukaan pasar wadai di balaikota
Aneka jenis kue dan masakan tradisioanal khas Banjar di jual di sana
Warga kota yang puasa, atau yang tidak puasa
boleh membeli sesukanya, asal mampu membayar harganya

 

Sepanjang hari selama bulan Ramadhan
Surau-surau, masjid-masjid, dan di banyak rumah warga
Membuka pintu menyilakan orang singgah untuk ikut berbuka puasa
Menu utama buka puasa di semua rumah ibadah: bubur nasi dan buah kurma

 

Sepanjang hari selama bulan Ramadhan
Polisi pamongpraja bergerilya merazia warung sakadup yang nekad buka
Warung sakadup, warung tenda, warung makan minum di kota
Menurut Perda Ramadhan yang sudah berlaku sejak lama
Warung sakadup tidak boleh ada di manapun juga

 

Sepanjang hari selama bulan Ramadhan
Polisi Pamongpraja bergerilya dari hotel ke hotel
Mereka menangkapi wanita P, dan pria hidung belang
yang sedang bermesumria di dalam kamar-kamarnya
Mereka juga menangkapi pria-wanita yang berselingkuh di sana

 

 

 

 

 

 

 

 

21 hari bulan Ramadhan


warga kota badamaran merayakan malam selikur
Semarak cahaya di mana-mana. Rumah warga dihiasi lampu aneka warna
Lampu seri, lampu tanglong, atau lampu minyak di tabung bambu

 

Sembilan hari menjelang Hari Raya Idul Fitri
Warga kota semakin meningkatkan amal ibadahnya
Berharap mendapat rahmat melihat Lailatul Qadar
Malam di mana setiap amal ibadah akan diganjar Allah Swt
pahala yang banyaknya setara dengan ibadah seribu bulan lamanya

 

Malam Hari Raya Idul Fitri
Warga kota bersukaria merayakannya
Mereka pawai tanglong keliling kota
dan suara takbir menggema di mana-mana
Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin

Banjarmasin, 4 Ramadhan 1438 H

 

TAJUDDIN NOOR GANIE


Lahir di Banjarmasin, 1 Juli 1958. Dosen mata kuliah penulisan kreatif sastra dan penelitian sastra di PBSID STKIP PGRI Banjarmasin. Pensiunan ASN di Disnakertrans Kalsel (2016). Mulai menulis puisi sejak tahun 1980. Antologi puisinya:Bulu Tangan (Tuas Media, Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2010), dan Perahu Ilalang Forum Aktif Menulis, Pare, Kediri, 2016).
Penghargaan yang telah diterimanya sebagai penyair, antara lain, (1) Pemuda Pelopor Bidang Seni Budaya dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1991), (2) Hadiah Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalsel (1998), (3) Gelar Kehormatan Astraprana dari Kesultanan Banjar (2012), (4) Sastrawan Kalsel Berprestasi dari Walikota Banjarbaru (2014), (5) Anugerah Budaya dari Gubernur Kalsel (2014) dan (6) Hadiah Seni dari Walikota Banjarmasin (2015).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9.Eddy Pramduane

 

TADARUS PUISI

Luruskan wajah malam
hamparkan Rajutan hati
pada sepi yang menyendiri
pada gelisah diri tak bertepi

 

Aku Agungkan Asma Mu
dengan segala Sendi tulangku
ada 99 Asma Mu
maka berkejaran cahaya
menjumpai Rabb.
di Sepertiga malam mencari Subuh
Hamba menghamba meng-iba
mengangkat sepuluh jari Ku
mengetuk Pintu ampunan berhimpun
pada Kuasa seluas langit dan isinya
Allah..Alllah..Allahu
Allah..Allah..
pada lelah
pada resah
Kusampirkan pada pundak Ku
pada Pundak Nasib
yang tak pernah
Aku tahu semua Rencana-Mu

 

Ya, Rabb..Ya..Karim..
Ya Gofaru..ya Jabbaru
Ya Alimmu..Ya..Kodirru..

Aamiin..Ya Rabb..

Depok, 1 Juni 2017.

 

Eddy Pramduane, lahir di Jakarta , kini aktif menjadi Event Organaizer Acara Sastra di Jabodetabek dan Oktober di Sawalunto Sumatera Barat. dengan Publisher nya berencana menjadi Publisher Dunia buku2 Karya Penulis Nusantara dengan bendera # Pram 2ne Publisher & EO network.

 

 

 

 

 

 

 

 

10.Aldy Istanzia Wiguna

 

Zikir Laut

Ada yang basah ketika asin air mata melekat dalam doa-doa panjang di ujung sana. Menulis lalu menitip kebaikan-kebaikan yang menunjukkan perjalanan pada muasal gelombang yang tetap mengajak kita untuk menziarahi langit yang tiba-tiba mendung. Menyisakan tanda-tanda sederhana tentang ajakan pulang lewat ombak atau tarian-tarian nyiur kelapa yang menepi dalam istirah paling sederhana di sepanjang salawat yang kita senandungkan.

Memukul bedug lalu menggemakan azan pada corong-corong suara di ketinggian mercusuar yang nampak musykil kita gapai. Memeluk lalu membiarkan iqamah mengalun merdu sebelum akhirnya kita benar-benar tegak dalam takbir menggetarkan. Menyusuri rukuk, i’tidal, sujud, tasyahud sampai uluk salam yang membuat bibir ini bergetar. Lalu menyaksikan badai dan ombak menari dalam zikir panjang mereka tentang ketakberhinggaan yang tetap erat menggumamkan suara-suara lain pertanda laut pun bisa berzikir sepertimu.


2017

Aldy Istanzia Wiguna, lahir di Bandung 20 Maret 1991. Telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Idonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bale Bandung. Sehari-hari beraktivitas sebagai guru bahasa Indonesia di Pesantren Persis 20 Ciparay. Baru menulis sekitar 47 antologi bersama dan 15 buku solo. Terakhir, penulis baru saja menyelesaikan kumpulan sajaknya yang berjudul Suluk Daun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11. Diah Natalia


Ramadhan Kemarin Aku

Ramadhan kemarin aku, menanggalkan jemari imanku untuk sesuap nasi
Digauli manusia-manusia munafik dan aku bahagia dengan buta tulinya hatiku
Memakan nafkah sang yatim piatu tanpa keluarga hanya demi dinding batako
Kubilang itu subsidi, tak pelak perutku bersuara, “BOHONG”
Kukuras pertiwi dan hartaku tak mau bungkam, dia mengelak, “BUKAN SAYA”

Bumi berputar dan kembali pada sebuah pertemuan tersebut Ramadhan
Dimana segala salah dihapuskan dengan syarat, hitungan milik Tuhan

Ramadhan, dibulan ini aku berjanji, kembali kepada kemurnian
Bersujud memohon ampunan pada Robbul Izati
Menjaga kemarin agar tetap menjadi kemarin bukan esok
Menertibkan apa yang diluar syariat-Nya
Hatiku beribadah beriring ragaku yang terikat duniawi

Ramadhan, esok aku tak lagi ada adab sang kemarin
Aku lipat sang munafik, kubakar dengan dharma pada yang berhak
Kulepas ikatan dunia, kubagi dengan hari akhir
Kuselaraskan teriakan derita yang menembus gulita
Bersama lantunan ayat suci yang ku injeksikan di vena aorta, demi arti Ramadhan
Jakarta-Indonesia, Mei 2017
Diah Natalia., S.Si., Apt lahir di Jakarta, prestasi teraih berjumlah 18 rupa, saya apoteker yang masih berjuang meraih gelar master demi kehidupan yang lebih layak, gemar menulis menjadi pelampiasan segala suasana hati supaya tidak sableng.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

12. Nanang Suryadi

 

Tadarus Puisi

 

aku membaca diri di arus diri yang memusar, di malam-malam yang engkau berkahi dengan cinta dan pengampunan

wahai yang tak membutuhkan apapun, aku membutuhkan engkau, mengemis di hadapanmu, sepenuh pinta sepenuh harap sepenuh rindu sepenuh cinta

aku membaca diri di dalam goa goa keheningan diri, membaca bahagia dan luka di sepanjang usia menyebut namamu adalah kebahagiaan menzikirkan namamu adalah kebahagiaan sebagai kerinduan di malam malam panjang penempuhan di jalan jalan berbatu berkelok panjang mendaki: tunjukkan aku jalan yang lurus. menemu cintaku
aku membaca diri, membaca puisi di dalam diri


Malang, 31 Mei 2017

 

 


Nanang Suryadi, lahir di Pulomerak, Serang pada 8 Juli 1973. Dosen FEB Universitas Brawijaya. Aktif mengelola
fordisastra.com. Buku-buku puisi yang menyimpan puisinya, antara lain: Sketsa (HP3N, 1993), Sajak Di Usia Dua Satu (1994), dan Orang Sendiri Membaca Diri (SIF, 1997), Silhuet Panorama dan Negeri Yang Menangis (MSI,1999) Telah Dialamatkan Padamu (Dewata Publishing, 2002), BIAR! (Indie Book Corner, 2011), Cinta, Rindu & Orang-orang yang Api dalam Kepalanya (UB Press, 2011), Yang Merindu Yang Mencinta (nulisbuku, 2012), Derai Hujan Tak Lerai (nulisbuku, 2012), Kenangan Yang Memburu (nulisbuku, 2012). Penyair Midas (Hastasurya & Indie Book Corner, 2013)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

13. M Sapto Yuwono

 

Ramadhan Jujur

 

Sejak dini sebelum fajar menyingsing di ufuk timur rasa berkesan menyusuf relung hati
Gema Ramadan terus menerus menyentuh sukma

Ramadan jujur telah kerap digaungkan, digemakan dan terus menyiratkan rasa yang tumbuh dalam hati sejak dini
Ramadan jujur hanya hati yang tulus
Ia tak pernah menyisa ragu pada raganya dan
Ramadan jujur hanya kita yang tahu


Muara Bungo 1 Juni 2017

 

 

M Sapto Yuwono, Lahir pada 12 Juni 1970 di Muara Bungo Jambi, Bekerja sebagai petani

Tinggal di Muara Bungo – Jambi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

14.Mohamad Iskandar

 

Menyambut Ramadhan

 

Tradisi munggahan
Di kampung halaman
Sengaja dikekalkan
Mengantar ruh leluhur naik ke langit
Nikmati suguhan surga dari sang khalik

Tradisi munggahan
Ritual keagamaan
Mengucap doadoa
Berputar ke rumah-rumah tetangga
Pulang membawa berkat tak terkira

Tradisi munggahan
Layak dilestarikan
Pertanda sukur kepada Tuhan
Atas nama oenghambaan


Depok , 30 mei 2017

 

 

 

Mohamad Iskandar, Seorang penulis puisi asli kelahiran Demak, puisinya dapat ditemukan dalam antologi lumbung puisi bertema margasatwa dan rasa sejati, juga terangkum dalam antologi nasional dan lintas negara serta situs online. Pernah menggunakan nama pena Damar Anggara. Aktif di komunitas Dapur Sastra Jakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

15. Marlin Dinamikanto

 

Walking Dead

 

Burung gagak terbang di siang hari
Menahan haus dan lapar
Padahal mestinya mereka kenduri
Melihat mayat-mayat menggelapar

Aneh, burung gagak justru menghindar
Mayat membusuk yang berubah zombi
Walking dead begitu kabar yang beredar
Lebih buas dari sebelum mati

Lihat saja, giginya meruncing
Meluapkan amarah di malam hari
Apa pun diganyang. Tikus dan cacing
Sebab yang tersisa hanya naluri

Di bulan suci katanya burung gagak
Dikerangkeng tak boleh mencari mangsa
Walking Dead nyaman menahan godaan
sebelum matahari turun di Cakrawala

Sudah itu mereka berubah zombi
Mengincar yang tak sama dengan dirinya
Termasuk manusia yang belum mati
Masih punya akal dan hati

Burung gagak menahan haus dan lapar
Bukan karena kemauan. Tapi karena mayat
berubah zombie yang ganas menyebar
memakzulkan seluruh adab dan hikayat
Memangsa apa pun yang tak sama
dengan dirinya. Bahkan mereka saling memangsa
setelah burung gagak terbirit ke cakrawala
Setelah manusia tak lagi bersisa

Tak terlihat lagi akal dan budi
Bukan lagi sembunyi. Melainkan mati

Sebab yang tersisa hanya naluri

 

Martupat, 29 Mei 2017

 

Marlin Dinamikanto, penyair kelahiran Kulon Progo , tinggal di Jakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

16.Komarudin

TADARUS CINTA

lama aku merindukanmu
kini hadir bersanding denganmu
ingin ku dekap dan ku peluk erat, ingin ku kecup mesra
bercumbu rayu di sajadah lusuhku.
Bulan...
Izinkan aku mencintaimu dengan sepenuh cintaku bersamamu, cinta tanpa basa-basi
bulan...
Aku menyaksikan banyak orang yang berubah drastis. Menjadi baik,menjadi dermawan, menjadi soleh dgn kehadiranmu
entah aku tak tau motiv dan tujuan
tapi yg pasti berharap balasan
atau sekadar cari perhatian, sanjungan dan pujian belaka.
Oh.. Bulan
sungguh istimewa dirimu
betapa agung dan luhurNya pemilikmu
sejarah yang pernah ku baca dan ku dengan dari para ustadz di langggar pemilikmu adalh sang maha welas lan asih.
Cinta itu meringankan gerak
ringan menyebut asma kekasih
ringan menuruti mau dan ingin kekasih
tanpa beban dan keluh kesah
bulan..
Aku ingin bersamamu

 

meski tidak selamanya bersanding denganku
ajarakan aku untuk mencintai pemilkmu, Tuhan sang maha pencinta sejati,sang maha agung dan maha luhur, sang maha welas asih.
namamu begitu indah bulan, oh..bulan suci ramadhan.

Arahan, 010603

 

 

 

 

 

 

 

Nama: Komarudin


lahir : Arahan, 16 maret 1992
tinggal di Ds sukasari ,Arahan, Indramayu.
Pekerjaan: tenaga pendidik, penikmat sastra, wiraswasta. Alumnus STKIP NU Indramayu angktan 2016/2017
.

 

 

 

18.Edy Irsyad Siswanto

"Ramadhan Merindu"

Denting riuh air hujan
Menjadi teman menanti diujung petang suara adzan.
Sayup dedaunan seakan bercerita
Puasaku yang penuh rindu
Heningkan rasa dan urat nafsu.
Nuansa Ramadhan yang sederhana
Ramadhan penuh hening tapi bukan hening yang sederhana.
Kadang cukup dirasa hati
Tak perlu untuk di beri label surgawi.
Ramadhanku
Ramadhanmu
Merindu Cinta
Tak banyak tanya.
Hanya bisa berkata dan berhikmah
Ramadhan terasa Alhamdulillah.

Edy Irsyad Siswanto,terlahir di desa Siwalan Panceng dikota kecil Gresik,03 Okt 1983.

19. Wahyudi Abdurrahman Zaenal

LIMASATU DI ANTARA RAMADHAN

Beruntung matahari enggan berkacak pinggang lemparkan panasnya ke bumi, awan pekat menggantung manja pada sandaran langit seakan tak mau menyingkir dari hari yang begitu sendu. Ini anugerah di pertama Ramadhan menyongsong, tiada penat berasa atau panas menerik tubuh seperti beberapa hari lewat

Bersyukur pula uzur ini masih diberi sebuah kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa. Seperti masa-masa berlalu selalu nikmati apa yang sedang kita kerjakan, kita amalkan. Ibadah kecil yang mampu kita perbuat saat ini tentunya berharap semoga yang kecil ini bermanfaat bagi kehidupan dan bernilai bagi perjalanan akhir nantinya

Seperti lazimnya pula ketika ramadhan hadir dalam detik-detik hari, warna kota selalu ramai, lalu lalang orang-orang mencari takzil untuk menu berbuka, lapak-lapak yang berjejer sepanjang jalan menawarkan berbagai aneka jajanan khas. Bingke berendam memikat mata, kue pancong menggoda lidah, lokok-lokok membuat liur penasaran, suara-suara penjaja penganan lantunkan rayunya agar pembeli tertarik.
Tubuhku ringan
Hari ramah menyapa
Terasa nikmat

Bumi Ale-Ale, 31 Mei 2017

WYAZ (Wahyudi Abdurrahman Zaenal) Ibn Sinentang
Kelahiran Pontianak, 24 April 1966
Aktif di Komunitas AMOEBA (Aksara Moeda Bumi Ale-Ale)
Menetap di Ketapang (Kalimantan Barat)
FB: Wahyu Yud

 

 

20. Daviatul Umam

Tadarus Bintang-bintang

bintang menembang bergiliran
melengking
satu penjuru ke penjuru lain
retaklah kegelapan
leburlah keresahan

ayat-ayat rindu tercumbu
berdebam jantung angkasa
waqaf ke muqra'
muqra' pada juz
hujani sebidang jiwa nan tandus

enggan rasanya dikau disentuh
selain di bulan maha teduh
hari-hari kemarin
hanya terbaca debu
senasib kembang kuyu

berkah bulan kelahiranmu ini
yang kuncup mekar lagi
yang redup berbinar lagi
kobarlah asma tuhan
bersaing mengagungkan

Sumenep 2017


Daviatul Umam, lahir di Sumenep, 18 September 1996. Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa ini merupakan mantan Ketua Umum Sanggar Andalas, sekaligus aktivis beberapa komunitas teater dan sastra lainnya. Sebagian karyanya dipublikasikan di sejumlah buku antologi bersama serta media cetak dan online. Sesekali juga dinobatkan sebagai pemenang atau nominasi di antara sekian lomba cipta puisi, lokal maupun nasional. Berdomisili di tanah kelahirannya, Poteran Talango Sumenep-Madura. Sesekali juga dinobatkan sebagai pemenang atau nominasi di antara sekian lomba cipta puisi, lokal maupun nasional. Berdomisili di tanah kelahirannya, Poteran Talango Sumenep-Madura.

 

 

21. Fernanda Rochman Ardhana

Menapaki Purnama Suci

Cinta manusia begitu panjang mengarungi perburuan
meluncur laksana anak panah mengurai salju
yang gugur melapisi dinding-dinding beku
hingga tiba menyinggahi musim bersemi
membilas bilik hati: untuk-Mu

Namun tiada mampu tergenggam kehampaan
dalam aroma keagungan yang berkekalkan waktu
hasrat mereka senantiasa ingin menumbuh rimbunan
hutan-hutan pinus, melukis taman-taman anggur
berbalut mimpi tentang surga-Mu

Serupa anyelir tumbuh menitis bongkahan rindu
dari belasan masa yang memisah tatap beradu
tersemat haru membingkai uraian air mata
yang mereka sosokkan di titik persinggahan itu
Bumi Pajajaran menyaksi bisu

Manusia memikirkan begitu banyak ruang pemisah
bilangan jarak yang rekah genapi jutaan depa
hingga timbunan doa menyingsing dari bukit kalbu
berbisik di tiap ukiran pena dan kata semu

Inilah masa yang merenggut jiwa dengan rayuan
lantunan melodi membias pada jejak-jejak gembur
menuju surau surau
berpetak-petak lahannya mengurai dakwah
tentang jarak usia menatap Pencipta
serta hikayat akan himpunan kasih dan dahaga

Binar purnama suci
membasahi sepertiga malam membumi
menghadirkan simpuh menjunjung kuasa
degupan jantung menyetarai tanah renta

Jampang Kulon, 1-6-2017

Fernanda Rochman Ardhana kelahiran Jember. Berdomisili di Cileunyi. Beberapa tulisannya berupa puisi, cerpen dan resensi terbit di berbagai surat kabar lokal dan Malaysia. Karya-karyanya juga tergabung dalam beberapa antologi bersama. Kini sedang menunggu terbitnya kumpulan cerpen pribadinya yang akan diterbitkan oleh Penerbitan Langit, Malaysia.

 

 

22.Ahmad Irfan Fauzan

Perjalanan Rohani

di pintu ramadan doa mengetuk-ngetuk
sebidang keyakinan melumuri keinginan
ada yang selalu tertinggal,
meski napas kian tersengal
kita selalu bercerita tentang menu sahur,
hidangan berbuka atau sekadar baju baru
tetapi,
kita selalu lepas dari arahan tuhan
selalu lepas dari jeritan orang-orang pinggiran

malam-malam selalu bertabur tafakur
bintang--bulan memohon ampun
dan kita masih ber-mil mencapai jalan
kemenangan

bagai burung yang hendak ke langit
masih tertatih bangkit
lusuh kehilangan cahaya tuhan
sebab tuhan tak selalu jadi sebutan
sebab tuhan hanya ada dibulan ramadan

Ahmad Irfan Fauzan, dilahirkan di Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes. Anak pertama dari tiga bersaudara ini suka menulis, sekarang berdomisili di Serang Banten dan karyanya telah dibukukan dalam berbagai antologi

 

 

23. Hasan Maulana A. G.

Dzikir

Dzikir
Menyebut nama Allah dengan lisan dan hati
Agar kita selalu ingat baik diwaktu siang maupun malam
Diwaktu ramai, sepi, sibuk, senggang dengan mengingat-Nya
Maka akan selamat dari mara bahaya baik di dunia maupun di akhirat
Dzikir
Tidak terikat dengan waktu dapat dilakukan dimana saja serta kapan saja
Dan kalimat-kalimat dzikir sangat banyak, terutama berkaitan dengan Allah Azza Wajjala
Sehingga perbandingan orang yang melaksanakan berdzikir, bagaikan orang hidup dan mati
Sungguh perbandingan yang sangat kontras

Laillahaillallah Laillahaillallah. Laillahaillallah
Laillahaillallah.

Hasan Maulana A. G. Lahir di Subang 22 September 1995. Beberapa karyanya tergabung dalam antologi bersama penyair lain, diantaranya Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia III, IV dan V (HMGM, 2015, 2016 dan 2017), Menabrak Batas Normal (Pena House, 2015), Mazhab Puisi (Vio Publisher, 2015), Memo Untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta, 2015), Senandung Tanah Merah (Penyair Serumpun, 2016), Ije Jela (Dewan Kesenian Barito Kuala, 2016), 6,5 SR Luka Pidie Jaya (Ruang Sastra, 2017) Lelaki Bercelana Kulot di Sebuah Pesta Pernikahan (Oase Pustaka, 2017), Bangkitlah Ibu ( D3M kail, 2017) dll.

 

 

24.ERI SYOFRATMIN
CAHAYA MUTIARA RAMADHAN
Ramadhan,
: Adalah ;
bulan yang penuh gemintang
bulan penuh dengan ampunan
bulan beribu-ribu cahaya,
mutiara ramadhan.

Ya Robbi,
: Tenggelamkan aku,
dibulan mutiaraMU,
Hingga,
raga kumuh yang penuh noda ini
berlahan-lahan luluh luruh suci
denyut nadi bathin berdetak.
Ya Robbi,

: Tuhan yang Maha Penyayang,
yang masih membawaku,
kebulan penuh ampunan ini;
Terimalah sujud sembahku
Terimalah puasa menahanku
Terimalah Zikir malam khusukku
Terimalah Zakat Fitrahku

Ya Robbi,
: Bila Ramadhan kini usai,
Ajak aku kembali,
Untuk menemui RamadhanMu
Tahun depan.
IN SHAA ALLAH.
Muara bungo, 1 Juni 2017

ERI SYOFRATMIN(Eyang kulup) lahir dikota LINTAS MUARABUNGO, JAMBI. Pada tanggal 7 September 1970, dengan alamat: RM. Sate kambing Leri aska simpang PU lama, depan Hotel pelangi, Jln: Jend. Sudirman. Selepas SMA melanjutkan ke ASKI Padangpanjang dengan jurusan Musik dan setelah itu tranfer ke IKIP Padang mengambil jurusan Sendratasik. Semasa kuliah aktif dibidang seni dan sastra, adapun puisi sering diterbitkan di GANTO, SINGGALANG, dan banyak berkecimpung di taman budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman di sumatra barat. Sekarang menjadi tenaga pengajar(guru) di SMPN 1 MUARABUNGO, Juga aktif disanggar PEMDA dengan melestarikan seni dan budaya dari kabupaten BUNGO, dan sering mengikuti efen-efen luar dan dalam negeri, seperti FESTIVAL GENDANG NUSANTARA di Malaka, MALAYSIA. Pendiri Forum komunikasi dan kreasi pemuda Bungo. Antologi bersama yang pernah di ikuti yaitu: PRASASTI Th 1998 dan LACAK KENDURI Tahun 2015. Trimakasih dan salam sastra.

 

 

25. Gunta Wirawan

Jangan Paksa Aku Puasa Puisi

Robbi,
jika ini ramadhan adalah puasa dari segala, maka sungguh
jangan paksa aku puasa puisi. Masih begitu banyak
gelegak jantung yang belum aku tuliskan
berjuta gejolak dendam belum aku lampiaskan
pun rindu yang belum tuntas melahap sunyi

Robb,
sungguh jangan syariatkan puasa puisi
sebab puisi yang paling sepi adalah tafakur
puisi yang paling syahdu adalah dzikir
puisi yang paling senyap adalah munajat
puisi yang paling indah adalah doa

Rabb, ramadhan ini
masih kusaksikan anak-anak meratah mesiu di Suriah dan Palestina
ibu yang menanak lapar dahaga di Afrika
dan di negeriku (oh, iya negeriku):
orang-orang sibuk antre di pintu penjara
tersenyum sumringah dengan setumpuk kasus korupsi
sementara penindasan lalu-lalang di depan biji mata
kemunafikan sebagai menu berbuka
ada pahlawan terlambat sahur
ada kemaksiatan yang belum sempat memakai kolornya
keburu imsak .. ah, entah apa lagi.
sungguh, aku tak dapat diam, Robb

karena itu
jangan paksa aku puasa puisi

Singkawang, Juni 2017

Gunta Wirawan (biasa juga menggunakan nama G. Wirawan) bergiat di Roemah Gergasi. Karya-karyanya yang telah dibukukan Kumpulan Cerpen “Perkampungan Orang Gila” (2013), Kumpulan Puisi “SAJAK NOL, Ajari Aku Memahami Jejak Hujan” (2013), Kumpulan Puisi “Bocah Terkencing-Kencing” (2014). Karyanya juga termuat dalam Kumpulan Puisi 175 Penyair “Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut” (2015), Antologi Puisi Penulis Kalimantan Barat “Bayang-bayang Tembawang” (2015), Sekumpulan Puisi “Sakkarepmu” (Penyair Mbeling Indonesia, 2015), Antologi Puisi “Gelombang Puisi Maritim” (Dewan Kesenian Banten, 2016) dan Antologi Puisi “Kopi 1.550 mdpl” (Aceh Culture Centre, The Gayo Institute, 2016). Antologi cerpen “Mata Cinta” (penerbir Rose Book, 2017). Penulis menetap di Singkawang Kalimantan Barat.

 

 

26. Muhammad Lefand

Sahur VI
Kota dan nasi
Rindu dan sepi
Dalam kamar kunikmati
Suara katak dan kendaraan
Seperti sebuah nyanyi
Dari jauh terdengar samar kaset mengaji
Tempe goreng dan tahu
Rahasia Tuhan tak berpintu
Tunduk segala nafsu
Jember, 6 Ramadan 1438
Jember, 5 Ramadan 1438

Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Adalah seorang perantauan yang senang menulis puisi. Lulusan MA An-Nawari Seratengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Naskah puisinya pernah menjadi juara 3 pada Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan PUSKURBUK Kemendikbud. Biografinya dimuat di buku “Enseklopedi Penulis Indonesia” (FAM Publishing: 2014). Sering mengikuti pertemuan sastra baik tingkat nasional maupun Internasional di antaranya: Temu Penyair Asia Tenggara di Cilegon dan Singapura. Antologi puisi tunggalnya yang terbaru berjudul “Jangan Panggil Aku Penyair” (2015) “Khotbah Renungan tak Utuh Jarak dan Jagung”(2016).

 

 

27. Chan Parasay

Tahfidz

Dalam siraman pohon air kaidah-tarian lidah mengaji curah indah menghadap kumpulan lembar syari"at ayat;
para cikal bakal Tafidz-tafidz para dinding membatalkan suaka akikah;
di penjara.itu menjadi ancaman Nuh a.s hingga Musa a.s.yang junjung derajad bagi tanduk hati,biar berbekal sabit menuju tumpahan tadarus.
31052017*Batam

Chan Parasay, lahir di Medan 11*06*1975 Sklh Formal : Smk Thn 1997 Non Formal. : KLK menjahit Usia. : 42 thn Status. : Menikah Istri. : Yoni Afrida Dewi Pekerjaan. : Pangkas Rambut Hobi. : Membaca menulis : asah otak.catur.tts.dan : kuis.main gitar.Nyanyi Pengalaman. : Pendaki gunung thn 1998 : Penyiar Radio thn 2000 : Staff Swimming Pool : Sebuah Hotel 2008 : s/d 2013

 

 

28. Arien Jenal Mutaqin

"Godaan Ramadhan"

Tibalah datang bulan suci
Saat dimana syetan di kunci
Entah kenapa akan tetapi
Nafsu diri gegas mencari

Tibalah datang bulan berkah
Saat dimana tidur ibadah
Entah susah entah 'ku resah
Puasa ini terasa susah

Tarawih luntang tadarus lantung
Amal ibadah tinggi menggantung
Akankah hamba kekal beruntung ?
Ampunlah diri Oh..... Yang Agung

Arien Jenal Mutaqin, lahir di Tasikmalaya, 18 Oktober 1998

 

 

29.Hasan Bisri BFC

Batu Api Ramadhan

di tubuh bulan seribu cahaya ini
akuvgali batu- batu dari dasar kerak waktu
basah lumpur genangan dosa
licin lumut menjerat nafsu

namun aku harus bisa dewasa
mencoba berkelit dari segala tiba
kugosok- gosok seluruh batu
berharap laparku menjadi api
berharap dahagaku membara lagi
dan membakar segala lupa dan gunungan dosa
doa- doa nyaris tak tertampung lagi
oleh tempayan ibadahku sendiri

Tuhan, jika bulan ini adalah Ramadhan terakhirku
ijinkan aku menatapmu
sesekon saja, ya sesekon saja
meski kutahu tak pantas mendekatiku
sebab seluruh tubuhku
terbungkus lembaran kain dunia

Bogor, 1 Juni 2017

 

 

 

30. Sokanindya Pratiwi Wening

~ ramadhan kali ini ~

nak, ramadan kita seperti pelangi
rupa-rupa warnanya
rupa-rupa rasanya

selalu aku tersenyum
di tengah derai hujan di mata
Tuhan demikian mencinta
selalu diajak-Nya aku bercanda

sedang mripat kalian
selalu bening menatapku
entah iba ikut merasa
ibu kalian yang tak mau
merasa tak berdaya....

nak, seperti biasa
ramadan kita yang penuh warna
akan terasa indah....

percaya padaku!
aku pasti akan selalu mampu!

Krueng Geukueh, 2/06/2017

 

 

31.Asep Saepudin

Pelataran Raga

Kering mengering samudra
Menguap tandus sahara
Pengap menusuk belantara
Semua jadi nol
Nol
Amaliah semakin terjepit
Terkuras napsu meraja lela

Sahru ramadan
Nuzul menghujan rahmat
Kidung menebar bumi
Dengan sholawat
Dengan syahadat
Jari-jari munajat
Bazar-bazar dzikir bersemi
Mekar bersama puji Ilahi
Berharap berhari-hari
Panas pedih menjalar
Hanya satu
Satu
Memanjat lailatul qodar
Untuk pelataran raga
Yang Maha Kuasa
Ku tak mau di neraka
Tapi aku malu di surga
Khawatir istiqomah sia-sia

Asep Saepudin, Lahir Indramayu, 11 Februari 1963 di Bulak Blok Roma Rt08 Rw03 no 49 Desa Bulak Jatibarang, Indramayu. Pendidikan S2 UI tahun 2012. Pns sebagai guru di SMAN 1 Jatibarang.

32. Aloeth Pathi

Nyekar

:ziarah ke makam ibu
Menunggu beduq magrib
Senja sendu penuh haru sendiri tanpamu
Berkunjung ke makam orang tua
Tabur bunga dan do'a-doa

Marhaban Ya Ramadhan
Kuatkan diri di bulan suci ini
Tebar kasih rangkaian kisah dalam bingkai keluarga
Atas kenangan indah bersama orang-orang tercinta

Hari ini meja makan telah siap menu berbuka
Es Kolak pisang
Nasi sayur lodeh Tahu
Kripik tempe sambil terasi
Ibu,
Aku rindu berbuka puasa dengamu

Sekarjalak, 30 Mei 2017

Aloeth Pathi, lahir di Pati- Jawa Tengah. Karyanya dimuat Mata Media antologi bersama, Puisi Menolak Korupsi 2 (Forum Sastra Surakarta 2013), Dari Dam Sengon Ke Jembatan Panengel (Dewan Kesenian Kudus dan Forum Sastra Surakarta 2013), keluarga adalah Segalanya #1 (el Nisa Publisher, Jakarta, 2013), kelola Buletin Gandrung Sastra Media & Perahu Sastra.

 

 

33. Arya Setra

Ramadhan Oh Ramadhan

Engkau bulan niscaya seribu bulan
Sejuta pahala akan ditumpahkan
Beribu-ribu amal akan dilipat gandakan
Namun seberapa banyakkah kita berlomba meraihnya ?
Aapakah itu semua hanya sejumput nama
Yang tampa makna?
Karena nyata mereka –mereka bahkan
Mungkinkah kita
Hanya berlomba mengumpulkan
Makanan dan minuman
Pelepas dahaga ketika waktu buka tiba
Tanpa mengetahui arti dan makna dari
Puasa itu sendiri .
Berpuasa mestinya mengurangi hal-hal
yang biasa
Untuk meningkatkan amal ibadah adar
Menjadi luar biasa .
Ramadhan oh Ramadhan.....
Ketika hari raya tiba.
Bukan waktunya untuk tampil bergaya. Dihadapan sesama
Dengan pakaian yang serba baru dan mentereng
Tetapi itulah saatnya kita tampil
sederhana
Namun dengan hati dan Jiwa yang baru Dihadapan Yang Esa
Untuk kembali kepada fitrahnya.
Jakarta, 2 Juni 2017

Arya Setra, lahir di Bandung 18 Juni 1972, aktif menulis puisi dan sebagai salah satu seniman lukis di Pasar Seni Ancol Jakarta Utara.

 

 

34. Sami’an Adib

Malam Seribu Bulan

di puncak malam ini debar dadaku tiada henti
seperti jagat raya gemetar merindukan sunyi
:waktu terindah mengarak diri ke ketinggian singgasana ilahi

di puncak malam ini dian rindu kembali kunyalakan
setelah ribuan bulan menyusuri labirin kegelapan

Engkau tentu ingat pada ikrar setiaku
merawat cinta hingga hembusan napas terakhir
tapi permainan menggiringku pada kesibukan dan keasyikan
dunia seriuh gelak tawa keriangan

di sini, di hulu sumber mata air ampunan
di antara nyala dian dan bebintang yang bertebaran
perlahan kularung abu bakaran kerak-kerak jiwa

di puncak malam ini telah kukosongkan sekat-sekat jiwa
agar mahacahaya-Mu leluasa memijarkan Cinta

Jember, 2017

Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (2013), Mendekap Langit (2013) Menuju Jalan Cahaya (2013), Ziarah Batin (2013), Cinta Rindu dan Kematian (2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Memo untuk Wakil Rakyat (2015), Kata Cookies pada Musim (2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (2015), Ayo Goyang (2016), Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Arus Puisi Sungai (Tuas Media, 2016), Puisi Peduli Hutan (Tuas Media, 2016), Lumbung Puisi IV: Margasatwa Indonesia (2016), Memo Anti Kekerasan terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Seberkas Cinta (Nittramaya, Magelang, 2016), Malam-malam Seribu Bulan (FAM Publishing, Kediri, 2016), Surabaya Memory (2016), Requiem Tiada Henti (Dema IAIN Purwokerto, 2017), Negeri Awan (DNP 7, 2017), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember.

 

35. Amrin Moha

Tobat
Kurang atau lebih
Aku tetap pendosa
Dalam suka dalam duka
Aku tetap lupa

Aku angin tanpa arah-Mu
Mencoba tunduk dalam
Penghulu bulan

Tuhan,
Sembahku sungguh
Cirebon, 02 Juni 2017

Amrin Moha, lahir di Karangampel Indramayu dan lulus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNWIR Indramayu. Puisi-puisi dimuat di Harian Radar Cirebon (Jawa Pos Group). Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2014), Antologi Pusi Penyair Indonesia Bertema Margasatwa (2016), Antologi Moratorium Senja (2016), Antologi Kolaborasi Karya (2016), Antologi Di Balik Tulisanku Aku Bercerita (2016), Antologi Di Balik Jendela Demokrasi (2016), Antologi Satu Nusa Satu bangsa (2016), Antologi Sajak Pujangga Negeri (2016), Antologi Negeri yang Terluka (2016). Antologi Rasa Sejati (2017). Tinggal di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dan menjadi jurnalis media elektronik.

 

36. Mukti Sutarman Espe

Ramadan dan Anak Kunci

dari ramadan ke ramadan
orang mendamba Puasa
mengosongkan seluruh diri
belajar lapar tak hanya kepada perut
haus tak hanya kepada kerongkongan
syahwat tak semata kepada kelamin

mengosongkan seluruh diri
mencari anak kunci
Puasa
peta mulia
jalan benar ke rumah terjanji

di manakah anak kunci itu
dari ramadan ke ramadan
orang berdatangan ke masjid
Ikhtikaf
bermunajat
dan membuka kembali kitab suci
melantunkan ayat-ayat ilahi
lepas terawih hingga dinihari
di manakah anak kunci itu
dari ramadan ke ramadan
orang berdatangan ke masjid
Ikhtikaf
bermunajat
dan membuka kembali kitab suci
melantunkan ayat-ayat ilahi
lepas terawih hingga dinihari

di manakah Puasa itu
orang mendatangi para dhuafa
menggandeng tangan mereka
lalu mengajaknya berbuka bersama

di manakah anak kunci itu
dari ramadan ke ramadan
dengan Puisi aku pun mencari
kadang yakin menyua
kadang ragu menemu

Puasa itu
Kudus 2017

 

 

37. Eno El Fadjeri

Ketika Langit Bertadarus

Gemuruh ayat-ayat basahi bumi
Ketika Ramadhan datang mengecup bulan
Semua berpasrah
Pada salah yang terikat entah
Semua berserah
Pada jengah yang terbungkus lelah

Alif Lam Ro
Awan berucap pada harokat kata sesal
Bulan termenung pada tajwid keraguan
Bintang menangis pada waqof ketakutan
Gemetar...
Bersujud merunduk ke bumi
Bahkan galaxi yang terbesar
Mengurung diri dibawah Alfatihah

Alif Lam Ro
Kami yang namanya telah menjadi agama
Kami yang bergelar samawi
Kami yang pengantar jalan mikraj Nabi
Kami bertadarus untuk mahluk bumi
Kami sentuh Ramadhan dengan rahmat Tuhan
Kami sirami yang tandus
Kami segarkan yang haus
Hingga iman tertancap pada ruh keabadian

Iqra...
Iqra...
Dengan nama TuhanMu yang Agung
Untuk menghapus dosamu yang menggunung
Sungguh kami bertadarus,
Pada setiap keindahan malam yang harus
Jakarta, 7 Ramadhan 1438 H

S Eno El Fadjeri , seorang advokat dan pedagang Online yang mencintai dunia puisi sejakSD, Lahir di Barat Jakarta 35 tahun silam. Tahun 2014, 99 Puisinya pernah dibukukan dengan judul "Keinginanku Adalah Ketakutanku". Pernah tergabung dibeberapa antologi, salah satunya "Lumbung Puisi Jilid IV".

 

 

 

38. Yusran Arifin

Rinduku
Inilah ruang perjumpaan termewah
Di mana segala gairah ditumpah
Dari pagi ke pagi menjelajah

Di ruang ini, hanya kau dan aku dalam sesunyi rindu
Duka dan gembira
Bagai sampan di lautan yang saling mengikatkan

Inilah ranjang terpanas, kasur terbasah
Alas percintaan yang tak pernah tuntas

Inilah ruang tergarang, di mana dosa-dosa dipanggang
Dengan lapar dan haus terpanjang
Sedang jiwa merdeka dari segala fana

Lapar dan hausku adalah gembiraku
Percik cahaya langit yang melesat ke dalam diri
Selembar peta yang membentang ke sorga

Rinduku padamu, rindu bulan berlayar
Dalam darah. Dalam ruh
Dengan mabuk sesungguh-sungguh

Rinduku padamu, rindu yang bertalu-talu
Seperti bedug menderu
Di malam lebaran itu, di dalam jantungku
2017

Yusran Arifin, Sastrawan yang lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat. Aktif di Sanggar Sastra Tasik dan Komunitas Azan. Menulis dalam dua bahasa, bahasa; Indonesia dan Sunda. Menulis puisi, cerpen, cerbung, feature, esey budaya dan fiksimini. Karyanya dimuat Horison, Majalah Sagang, Majalah Serapo, Sunda Midang, Majalah Syir'ah, Majalah Aksara, Jurnal Sajak, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Tribun Jabar, Radar Tasikmalaya, Kabar Priangan, dsb. Juga termuat dalam puluhan antologi bersama, antara lain: Negeri Laut (DNP 6, 2015), Negeri Awan (DNP 7, 2016), Tifa Nusantara 1 dan 2, (Dewan Kesenian Tangerang), Eje Jela ( Dewan Kesenian Kab. Batola 2016). Disamping menulis, ia bergiat dalam bisnis bordir fashion. Tinggal di Kota Tasikmalaya.

 

 

39. Riswo Mulyadi

Kang Sarkim Menatap Bulan sabit Keenam

kang Sarkim duduk di atas lincak teras rumahnya
matanya menembus awan
serupa ingin mencakar bulan sabit
tatap matanya mengutuk bulan

kenapa harga terus naik
padahal bulan masih seclurit
dan tarif listrik melangit

apakah karena aku puasa
maka harus pula belajar menahan duka karena harga
(kang Sarkim terus menyimak dialog hati dan kepalanya, yang tak ditayangkan stasiun TV)

kang Sarkim duduk di atas lincak teras rumahnya
matanya menembus awan
serupa ingin mencakar bulan sabit

Karanganjog, 31 Mei 2017

Riswo Mulyadi, lahir di Banyumas tahun 1968, aktif menulis puisi dan geguritan bahasa banyumasan. Beberapa Geguritannya pernah dimuat di Majalah Ancas dan antologi Geguritan Banyumasan “Inyong Sapa Rika Sapa” (2016). Puisinya juga tergabung dalam sejumlah antologi : Mendaras Cahaya (2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu (2014), Nayanyian Kafilah (2014), Memo untuk Presiden (2014), Metamorfosis (2014), 1000 HAIKU Indonesia (2015), Surau Kampung Gelatik (2015), Puisi Sakkarepmu (2015), Palagan Sastra (2016), Lumbung Puisi Jilid IV Penyair Indonesia (2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Negeri Awan (2017)
Kini aktif sebagai pendidik di MI Ma’arif NU 1 Cilangkap, tinggal di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah.

 

40. Mas Oim

Di pelabuhan bulan suci
Kupandangi dermaga rahmad
Kudatangi perahu maghfiroh
Berharap berjumpa malam al-qodr

Di sana amat sesak
Orang-orang mendadak rajin
Masjid-masjid mendadak ramai
Shaf-shaf penu h terisi
Mushaf dipeluk dibawa kesana kemari
Hanya sesaat awal ini.

Namun,
Kebaikan itu tak beristiqomah
Besok atau lusa akan terhenti
Tak seramai saat ini
Hingga
Sepi kembali
Pati, 02 Mei 2017

Mast Oim (Miftahur Rohim), Pegiat di Komunitas Kopi Emperan (KKEm) Sokopuluhan Pucakwangi, tinggal di Pati

 

41. Iwan Bonic

Ramadhan ya Ramadhan

Ramadhan bulan suci
Ramadhan bulan yang di mulia kan
Ramadhan bulan kebaikan
Ramadhan bulan pengampunan

Tapi mengapa

Di sini

Ramadhan ya Ramadhan

Masih ada yang mengotori kesucian Ramadhan
Masih ada yang tidak memuliakan Ramadhan
Masih ada yang menjahati kebaikan Ramadhan
Masih ada yang mendustakan Ramadhan

Ramadhan tetap lah Ramadhan
Ramadhan di hati
Ramadhan di nanti

2 Juni 2017

Iwan Bonick, kelahiran Bekasi, seorang wirausaha, tergabung dalam Komunitas sepeda tua. Tinggal di Kp Teluk Angsan Bekasi:24

 

42. Navys Ahmad

TAFAKUR LANGGAR

pohon limus di depan langgar itu tetap setia memayung
membagi bayang dahan, ranting, dan daun
dari terik matahari kepada para lelaki tua
berkopiah sarung yang duduk melingkar
merapal ayat-ayat di depan langgar
di ujung bulan ramadan

pun pintu langgar itu sedari dulu setia menyambut
palupuh dan samaknya menghampar senyum
bilik-biliknya membiaskan cahaya dan udara
seraya mengisahkan selaksa cerita:
jamaah yang khusuk bertakbir dan beramin
para pemuda yang lena dalam tadarus
anak-anak kecil yang berlari di teras
juga cerita si Aceng yang meninggalkan
jejak basah di samak
sungguh... samak, palupuh, pintu, pohon limus itu
merindukan gema suara, gerak bersama, gelak tawa
mereka sering bertanya kabar pada walet yang berpulang:
kapan cerita-cerita serupa itu dipentaskan lagi di sini?
di mana anak-anak yang berloncat ceria dan mengaji di sini?

napasku sesak, pandangku pudar di kaca lantai dua belas.
sungguh... samak, palupuh, pintu, pohon limus itu
merindukan gema suara, gerak bersama, gelak tawa
mereka sering bertanya kabar pada walet yang berpulang:
kapan cerita-cerita serupa itu dipentaskan lagi di sini?
napasku sesak, pandangku pudar di kaca lantai dua belas.

Tangerang, 2 Juni 2017

Cat:
pohon limus: pohon mangga gandaraksa/koeni
samak: tikar pandan
palupuh: lantai bambu

Navys Ahmad, nama pena Ahmad Hanapiyah. Lahir di Tangerang, 24 Januari 1977. Pendidik di MTsN 2 Tangerang. Menulis cerita, puisi, Darna. Puisinya termuat di beberapa antologi.

 

43. Asep Dani

Ramadhan

Dzikir terlantun dikeheningan
Tasbih terbilang tak henti
Tubuh terdiam di rumah-Nya
Berserah diri di malam yang suci
.
"Astagfirullah ... Astagfirullah"

Istighfar terus terucap lewat bibir yang penuh dosa
Berharap dapat pengampunan dariMu
Air mata mengalir
Mendobrak hati yang menghitam

Ya, Allah!
Ampunilah hambamu
Bukalah pintu taubat di bulan ramadan ini
Agar hamba tak lagi tersesat oleh setan-setan yang membangkangMu
.
Cianjur, 02 Juni 2017

Asep Dani, Mahasiswa Sains Terapan (Agribisnis Pertanian) Unsur Cianjur, yang menyukai literasi. Selain sebagai Mahasiswa, dia juga sebagai Tenaga Honorer di MA. Karya-karyanya sudah dimuat diberbagai macam antalogi sejak tahun 2014.

 

 

 

44. Sri Sunarti

Tadarus Ramadhan

gema bedug magrib mengantarkan sejumput kurma
dan segelas air bening menghilangkan dahaga
orang-orang kembali bergegeas menuju surau
membentangkan sajadah berzikir dalam sujud
orang-orang kembali melantunkan ayat-ayat suci Alqu’an
di pelataran Ramadhan
gelombang zikir membuka pintu-pintu tobat
di Ramadhan yang menjanjikan sejuta kebaikan
sementara di sudut malam kulihat seorang anak lelap dalam pelukan
meneruskan mimpinya seolah tak ingin melihat butiran bening
di sudut mata Ibunya yang enggan beranjak dari pikiran
yang tak mampu memberikan asupan nutrisi
yang tak bisa memberikan kain penghangat tidurnya
kehidupan semakin sulit, kenyataan kian menggigit
hingar bingar kehidupan semu bahkan antrian sedekah
tak membuatnya lepas dari pengap garis hidupnya

gema bedug isya mengantarkan gemericik air wudhu menjalankan tarawih
adzan dikumandangkan ,niatkan hati menuju ridho-Mu
orang-orang kembali berzikir dalam sujud
rindu mereka pada-Mu adalah nyanyian hati yang terpasrahkan lewat tasbih
lewat daun-daun mangga yang gugur ingin kuceritakan malam seribu bulan
dan berbagi menuju hari kemenangan-Mu, menuntaskan airmata
hingga menjelang sepertiga malam, pelukan anak itu kian erat
dan Ibunya membisikan :” tak akan kulepaskan pelukanmu, Nak seperti Ramadhan ini hingga sepertiga malam selalu kulantunkan doa untuk kebaikan negeri ini
agar orang- orang seperti kita kaum dhuafa dapat tercukupi di negeri sendiri”

suara adzan subuh mengantarkan langkah –langkah menuju zikirullah
menggetarkan jiwa memenangngkan ketetapan hati menuju maghfiroh-Mu
di sudut-sudut hati di sepanjang pelataran Ramadhan, bulan seribu bulan
kutambatkan tawakal di sepanjang Qolbu

Sri Sunarti,Lahir di Indramayu, 24 Mei 1965, Alumni Pascasarjana UPI Bandung Prodi Bahasa Indonesia (2008-2010). Penulis Antologi Puisi Resital dari Negeri Minyak (11 Penyair Indramayu,DKI,2001 ), Antologi Puisi Perempuan di Persimpangan ( 3 Penyair Perempuan Indramayu,DKI 2003,ISBN), Antologi Cerpen Matahari Retak di Atas Cimanuk (DKI 2010,ISBN),Buku Kumpulan Karya Ilmiah Riksa Bahasa II, Pascasarjana, UPI Bandung,ISBN,2010,Antologi Romantisme Negeri Minyak (DKI-Formasi,ISBN,2013}, Cimanuk,Ketika Burung-burung Kini Telah Pergi, Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara,Lovz Rinz Publishing,2016,ISBN . Bertugas di Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kab. Indramayu.

 

 

45. Wanto Tirta

HARI HARI INDAH RAMADHAN

Peluh bercucuran jatuh sujud di sajadah
Badan lemas jiwa tetap tegar
Menjalani perintah suciMu
Menahan lapar dahaga
Godaan jiwaraga
Untuk mencapai syurga

Ruang bersih dinding putih
Bergema kalam illahi hinggap di jiwa terpilih
Sujud pada tengah hari
Dimana dhuhur memanggil

Betapa nikmat ketika percikan air wudhu membasahi muka
Serasa tersiram seluruh badan
Terasa segar
Bangkit tegar
Tak terasa sedang puasa

Hari-hari ramadhan indah berbunga-bunga
Langit seraya bertaburan suara emas dari jutaan qori
Melantunkan ayat ayat suciMu

Maha benar Allah atas segala firmanNya
Tak terbantahkan oleh siapa dan apa pun
Wahyu illahi terjaga suci

Ramadhan dengan indah terus melangkah menapaki hari demi hari
Rasa sukur umat diwujudkan berbagai aktivitas religi
Agar hidmat berpuasa sesuai perintahNya
Menggapai ridhoMu

02062017

Wanto Tirta, Lahir dan besar di desa Kracak Ajibarang Banyumas Jawa Tengah
Peraih penghargaan Gatra Budaya Bidang Sastra Kabupaten Banyumas tahun 2015
Menulis Puisi dan geguritan, bermain teater dan ketoprak. Bergiat di teater Gethek dan Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI). Beberapa puisinya masuk antologi bersama. Motto hidupnya "bismillah mengalir sampai jauh".
Mukim di desa Kracak RT 3 RW 1 Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah 53163
Telp. 085291826565 email : wantotirta@gmail.com

 

 

46. Maya Azeezah

DZIKIRMU ADALAH CERITA

Setelah malam ke tujuh
Menuju hari ke delapan
Mendengar tiap larik
Menjadi bait pada detik
Di jarum yang terus berputar

Hasbunallah Wanikmal Wakil
Nikmal Maula Wanikman Nasir
Cukuplah Ia sebagai penolong kami
Sebaik-baik pelindung adalah Ilahi

Karena setiap angka
Di muka jarum jam
Seperti himpitan masalah
Aku dan kau tak berdaya

Wujud kita adalah raga
Wujud percaya adalah menauhidkanNya
Lewat dzikir dan doa

Mencari 1 dari seribu malam
Dalam seribu bulan
Berupa hujan bukan sang perih
Yang biasa datang menggigit kehidupan
Derai rahmat dan berkat sirami titik gelap

Maka dzikirlah seolah bercerita
Tentang hari-harimu yang berputar
Tak menentu hanya kepadaNya
Dia menghidup matikan lalu membayar
#MayaAzeezah030617

Maya Azeezah nama pena dari Maya Damayanti lahir Jakarta 30-04-1972, mulai menulis 2009 di awali menulis naskah drama lalu bergulir waktu 2013 serius menulis puisi sementara kegiatan aktif dgn kegiatan Teater, film,dan terus menulis puisi antologi pertama Mengenal dan Mengenang, Catatan Kehilangan, Risalah Cinta, dan memiliki 7 buku antologi bersama lainnya, maya pimpinan group sebuah Teater yaitu Maura Lintas Teater, ia saat ini pun sbg salah satu admin di komunitas sastra yaitu Dapur Sastra Jakarta, demikin tentang maya

 

 

47.Supi El-Bala

EMBUN SUBUH PERTAMA RAMADHAN

Embun yang jatuh di ubun-ubun
Ditadahnya dengan rindu yang ranum
Dua sosok tubuh berlabuh di sejadah
Merintihi aib diri dan benamkan kepedihan

Adzan subuh tadi pagi memasuki rongga telinganya
Sambil resapi tausiah perdana di mushola
liar jemarinya membuka bait-bait
kitab lusuh tinggalan keluarganya

Ada catatan arab pegon Sunda remang-remang terbaca;
“Berpuasa purnalah tubuhmu hingga akan kau temukan nikmatnya
Berbuka. Bening air pertama yang masuk kerongkonganmu
Adalah embun surga pertama yang jatuh dari Al-KautsarNya.”
Merak-Sukamulya-Tangerang, 02/05/2017

Supi El-Bala diberi nama oleh Bapak-Emak, SUPIYATNA.Lahir dan Tinggal di Tangerang sejak 1976, bekerja di Pokjawas Kemenag Kab. Tangerang Prov. Banten. Pernah menulis lepas di bener api harian Tangerang. Pernah ikut menulis puisi di antologi: Komunitas Memo Penyair: MAKTA (Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak), Lumbung Puisi Jilid IV & V Penyair Indonesia: Margasatwa Indonesia & Rasa Sejati, Antologi Penyair Nusantara: Puisi Peduli Hutan, Puisi Penyair Indonesia: 6,5 SR Luka Pidie Jaya.

 

48. Yus Marni

1. Di
Di sepertiga malam
Ku tadarusi diri
Gigil nyeri merebak pori
Rerimbun dosa
Khilaf dan alfa
Menyesak dada

Di
Sepertiga malam
Ku langitkan zikir
Ko pojonkan doa
Bersihkanlah kirinya
Diri ini
Kembali fitri

Batam,03072017
2. Di
Di penghujung usia
Yang tak lagi muda
Ku baca dan ku eja

Akankah tahun depan
Masih bisa kita bersua
Duhai bulan yang penuh mulia?

Ya Rabb
Terimalah penyerahan
Hamba
Dan ibadah hamba
di bulan penuh ampunan
Pertemukan jua hamba
Pada bulan mulia berikutnya
Aamiin.

Batam,03072017

Yusmarni, S.Pd, M.M,lahir di lasi Tuo .Agam/3-2-1971. Pekerjaan : Guru dan dosen, penulis prosa dan puisi, pemateri, pelaku dan penggerak UKM. Alamat : Kavling kamboja Blok ff nomor 90. Dapur 12.Kel. Sei. Pelenggut. Sagulung. Batam. Hobi: membaca, menulis, berinovasi kuliner, rekreasi dan memancing. Tinggal di Batam.

 

49. Bhara Martilla

Tuhan yang Memurah di Bulan Aktor Murahan

Tiba lagi pada sebuah hari disetiap yang tertentukan.
Dalam beberapa jam yang menjadi kurun yang diharuskan.
Di mulai di malam, surau begitu penuh. Nyaris ke jalan-jalan, di teras harapan-harapan pengampunan,
Semua mendadak berlomba ber-Tuhan, mendekap, mendekat tanpa pernah tahu dimana.
Riuh di jiwa, dikebutaan keberserahan.
Tiada yang membenci lapar dan haus keesokannya,
semuannya tak ingat alpa.
Begitu bergembira dalam ritus-ritus.
Khusuk dalam perintah.
Hingga disetiap kumandang adzan,
Ada begitu banyak kepuasan dan ketenangan.
Iman yang berteriak lantang. Dilantangkan,
Begitu dan mengulang hingga di akhir takbir kemenangan.
Lalu, sejarah yang selalu begitu riang di ujung bulan,
Yang terdekat, yang dekat dan menjauh atau yang benar-benar jauh karena hal-hal.
Semuannya akan pulang, berebut opor dan kenangan-kenangan. Berlomba menjadi peminta maaf.
Tuhan terlampau baik mensucikan bulan ini, membiarkan segala kepalsuan luruh dalam kepolosan.
Aku lupa ini bulan apa,
Saat Tuhan terlampau murah,
Ketika aku, kamu, kita. Diperbolehkan untuk menjadi aktor yang sempurna.
Pula digaji, diimbal, dimaafkan, dimuliakan.
Tanpa ketegaan untuk dibangunkan untuk menjadi ingat, untuk menjadi malu.
Depok, 3 juni 3017

Bhara Martilla, lahir di Trenggalek 12 Maret 1988, besar di Malang dan tinggal di depok.
penggemar teks yang tak pernah keluar karena kesadaran kekurangan yang terlampau. Atau karena ketakutan pada kemalu-maluan.

 

51. Wardjito Soeharso

 

Aku Sedang Puasa

Aku sedang puasa
Menahan diri dari segala ingin
Ingin makan
Ingin minum
Ingin marah
Ingin sombong
Ingin pamer
Ingin ngerumpi
Ingin meledek
Ingin bohong
Ingin nipu
Ingin maling
Ingin judi
Ingin ngeseks
Ingin berantem

Aku sedang puasa
Tak boleh lakukan itu semua
Ingin itu melonjak-lonjak
Terus memaksa
Sungguh membuat aku payah
Mengikat erat ingin
Memenjarakannya rapat-rapat
Di relung dada yang paling dalam

Aku sedang puasa
Melawan ingin yang terus berontak
Karena selalu kau bujuk rayu
Mata telinga hidung mulut perut bawah perut
Dengan segala rasa yang merangsang ingin mengejar berlari

Aku sedang puasa
Aku sedang berusaha tak ingin
Aku sedang berusaha tak rasa

Aku sedang puasa
Aku sedang puasa
Kau malah merangsangku
Dengan ingin dan rasa
Yang sengaja kau hidangkan
Yang sengaja kau hidangkan

Aku sedang puasa
Aku sedang puasa
Aku sedang puasa
Kalau perlu biarlah mati ingin
Kalau perlu biarlah binasa rasa
Aku sedang puasa
Aku sedang puasa
Aku sedang puasa.

Semarang, 03.06 2017 - 08:03

 

 

Wardjito Soeharso, Penyair asal Semarang, berbagai karya yang pernah diterbitkan antara lain: Antologi Puisi Mendung Di Atas Kota Semarang (Indie,1983), Penerbitan Pers di Indonesia: Dari Undang-Undang Sampai Kode Etik (Aneka Ilmu, Semarang, 1993), Antologi Puisi Penulismuda (Media E-Solusindo, Semarang, 2007), Yuk, Nulis Puisi (PNRI, Surabaya, 2008), Yuk, Nulis Artikel (Media E-Solusindo, Semarang, 2009), Phantasy Poetica-Imazonation (pm-publisher, Semarang, 2010), Ide, Kritik, Kontemplasi (pm-publisher, Semarang, 2010), Puisi Menolak Korupsi Seri I-II (Antologi Bersama Penyair Indonesia, Forum Sastra Surakarta: 2013-201), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (Antologi Puisi Bersama Penyair Indonesia, HMGM: 2014), Antologi Bersama Pengantin Langit (BNPT dan Komunitas Sastra Indonesia, Jakarta: 2014, Puisi: Medium Komunikasi dalam Pembelajaran (Azzagrafika, Yogya,2015). Dan banyak artikel lepas yang dimuat di berbagai media massa.

 

          

 

52. Sutarso

 

Protes, Ketika Waktu Buka Puasa
di Depan Mata

“waktu buka puasa, di depan mata.
daripada makan enak tapi tidak enak makan,
bukankah lebih baik makan apa adanya
tanpa harus melihat adanya apa?
ini, saya bawa dua bungkus nasi kucing.
satu untuk anda, satu untuk saya.
mengapa diam saja, diriku? ngomong, dong!
suara saya lebih lirih dari ceriwis gerimis?
atau sedang masak sayur di dapur, untuk buka puasa dan sahur?
anda, ada di dunia nyata?
aduh, mengapa anda jadi main kucingkucingan seperti itu?
di negeri imaji, anda lari ke dunia nyata karena di sini ada saya?
saya kejar ke dunia nyata, anda tancap gas ke negeri imaji.
saya susul ke negeri imaji, mengapa lari lagi ke dunia nyata?
tidak kembali saja ke negeri imaji?
daripada malumalu kucing:
ditanya di mana ikan di piring, hanya mata mengerling?
saya khawatir, anda malu bertanya di sana.
bukankah dengan malu bertanya, puasa atau tidak puasa,
sama saja tidak puasa?
seperti di sini, di sana puasa berlangsung di siang hari.
kalau anda puasa di malam hari,
kemudian jalan ke sana ke mari
sambil makan rujak kedondong di siang bolong,
kirakira taruh di mana muka anda?
aduh, terlalu asyik jualan kecap, tidak terasa langit makin gelap.
bisa temani saya sekejap saja, untuk buka puasa di kintal khayal?
tapi ya itu, sepertinya makan rending daging,
menunggu lebaran tiba.
sekarang, nasi kucing dulu. rasa syukur jangan biarkan berlalu.
main kucingkucingan di meja makan,
buatlah menjadi pertunjukan
yang tidak pernah ada di dunia nyata.”

Sausapor, 2 Juni 2017

Osratus merupakan nama pena dari Sutarso nama sebenarnya. Lahir di Purbalingga (Jawa Tengah), 8 Maret 1965. Sejak tahun 1981 menetap di Sorong (Papua Barat). Menulis puisi, sejak tahun 1981. Puisi-puisinya, terkumpul dalam sejumlah buku antologi bersama.

 

Hebatnya di antologi Tadarus Puisi Ramadhan ini ada karya dari seorang penjual Batagor bernama Carmad. Ternyata Kang Carmad bukan sembarang pedagang gerobak dorong tetapi dia bisa bersyair berpuisi, mari kita simak puisinya , sangat bagus !
53. Charmad

Tarawih di Tepi Jalan

Semburat jingga di ujung puasa
Menyapanya di depan masjid
Tekun menanti bintang menari
Mendendangkan bait-bait tarawih

Namun, ia tak beranjak
Hanya menanti di tepi jalan
Sembari menyalami tangan-tangan rizki
Menempa rupiah di laci

Gema keagungan menyapa
Ia tetap di tepi jalan
Masih tetap bersalaman
Sembari berdendang lantunkan pujian

Tarawihpun meneriakkan syairnya
Ia tarawih, dengan tatapannya
Bersama laci, bersama tetes minyak
Ya, masih di tepi jalan

Desir dadannya berbisik
Bermunajat pada sang Khaliq
Mohon ampunan, mohonkan jalan
Kelak tarawihnya di Masjidil Haram
Mas

 

54. Raden Rita Yusri

Berlimau

Masyarakat berduyun ketempat pemandian
Yang di sebut berlimau
Temaram senja telah mulai menghampiri
Satu-satu beranjak pulang untuk melaksanakan tarwih
Esok Ramadhan, sorak riang mulai bergema
Suara azan memanggil tarawih bersahutan di setiap mesjid
Rinduku yang meluap tanpa keraguan
Sementara malam memeluk erat
Di setiap itulah tertinggal rinduku
Kala menunggu ramadhan tiba
Bulan suci yang datang di setiap tahun
Orang-orang berpacu membuat amal
Sadaqah, kesurau surau, kemesjid, tadarus
Allah hu Akbar, Allah maha besar dengan kesucian
Bulan ramadhan
Bulan seribu bulan, tarawih di jalankan
Bergegas ke mesjid setelah melepas dahaga
Lapar dan haus untuk mendapat ridhomu ya ALLAH
Di siang terik untuk merasakan haus
Hingga terasa bagaimana kefakiran itu
Berada di puncak takut dengan harap harap cemas
Semoga segala amal di bulan suci ramdahan ini
Di terima oleh ALLAH

Padang, 2 Juni 2017

Raden Rita Yusri , dengan nama asli Raden Rita Maimunah, bekerja di SMK Negeri 4 Padang Sumatera Barat, Lahir di cianjur Jawa Barat dan besar di Padang Sumatera
Beberapa masuk antologi bersama. patah tumbuh hilang berganti, Memo Untuk Wakil Rakyat Memo Anti teroris ,Memo Anti Kekerasan terhadap Anak (MAKTA)”, Antologi Cerpen puisi aceh 5:03 6,4 SR, Puisi menolak korupsi 6 ( MK 6)

 

55. Nok Ir

: RAMADHAN DI TEPIAN KALI TUNTANG

.
Raut petang menyungging riang
Bertumpuk riuh di punggung langit barat
Segumpalan ingatan berserak di reritisan
Ingin kulumati kembali raga renta ini
Berbaur gulat kenang yang kugenggami liat
Nun lampau, di tepian Kali Tuntang

Hentak langkah sigap seketika, menghambur surup jelang Ramadhan
Kegembiraan dhugdheran terbias di raut beliaku
Ketipakketipuk rebana kembar menggebu, tarian payung kertas pelangi , tetabuh othogothog bambu ramai bertalu, berseling desingan bumbung bermesiu, warna warni kembang api melesati tak terperi
Aroma penganan Kauman makin mengingati
Runyam bersemayam, menggenangi raut ingatan
Terbawa hingga tapak pijak rantauan

Euforia gegap berulangulang
Senja pungkasan Sya'ban, songsong dhandhang udher segera bertandang
Sambut Ramadhan melaju datang
Menyusul, bedhug tambur tertabuh haru , lalu kentongan panjang melengking memanggili
Seantero jiwa bersorai gembira
Bebunyi magis, menggelitik lorong ulu waktu

Ornamen Masjid Agung
Luapan bentang alunalun
Gambar jelas jalanan Pecinan
Lintantasan tikung Kali Tuntang di utaranya Kauman
Menanggul tinggi hinggi Setinggil Glagah Wangi
Hingga menembus lingkar Pungkuran, Sampangan, Krapyak, Bintoro hingga Betengan
Satu persatu lebgkap menyambangi bilik sunyi
Pedih luka yang tertoreh
Sempurna, lunas sebagai kenang yang terhibahkan
Abadi
Sepanjang diri
.
Nok Ir adalah nama pena yang telah digunakan Hj.Khoiroh dalam tulisannya. Lahir di Demak, JawaTengah dan saat ini tinggal di Sumenep Jawa Timur, sebuah kota cantik di ujung pulau Madura yang banyak meriuhkan jiwa sastranya. Karyanya banyak tergabung dalam Antologi Puisi Bersama antara lain Dua September, Sajak Embara, Akar Dari Ibu, Mata Hati dan lainnya.Pencapaian terbaiknya sampai saat ini adalah ketika diminta bergabung dengan 10 Penyair Perempuan Madura dalam sebuah Antologi Puisi Perempuan Laut.

 

 

56. Sulchan MS

 

Telaga Malam Ramadhan

Bila malamku sebuah penantian
Bila siangku sebuah pengharapan
Deras rintihku mengalirkan luh
Lirih doaku pada harap tak henti kukayuh
Rapalan dzikir di hening cahaya lentera fajar
Puja seketika terhenti terpana akan kilau sinar
Ditelanjangi hawa yang datang tak biasa
Merinding kujur tubuh merasuk hingga ulu sukma
Apakah ini malam yang dijanjikan
Ataukah jelma makhluk membisik godaan
Membiaskan hati pada nur keilahian
Yang kini haus akan telaga malam ramadlan

Malam 1000 bulan selalu kunantikan
Meski tubuh ini hanyut dalam lumpur kotoran
Serasa tak pantas hasrat ini antri memelas
Robku maha tau
Kemana larinya hati hambaNya yang ikhlas
Kudus, 3 Juni 2017

Sulchan MS ( Mangir Chan ), kelahiran Kudus, 1987, tinggal di Kudus Jawa Tengah. Menulis puisi dan naskah drama/teater. Aktif membina kelompok Teater sejak 2008 hingga sekarang. Karya puisinya banyak tergabung dalam Antologi Puisi bersama. Mengagumi karya – karya puisi Gus Mus.

 

 

 

57. Akidah Gauzillah

PERSEKUSI

Di titian ini aku izinkan Kau
membakar segala dosa
timbunan di pojok kelam
bau seantero sukma
tubuh ini terbungkus busuk

Kita butuh perangkat kata
melepaskan yang lama terpendam
dendam di sini
dendam di urat leher
menunggu otoritas agar Kau
bukan eufemisme
bar bar di daur ulang.
Akidah Gauzillah
Cibubur, 3 Juni 2017

PERSEKUSI 2

Aku ngeri untuk kelahiran guliranmu
apakah aku yang telah ketuk palunya?
kita baru saja mengesahkan kesalahan
berganti nama kebenaran
Pesta bar bar, hobi baru asyik
kata orang itu sejatinya Persekusi
yang lebih terhormat dari aneka
kebaruan primitif
jangan salah lagi mengubah definisi
kita sudah banyak melahirkan keindahan
nah satu ini, maunya
jadi role model evil
sudah mendesak-desak
otak atas otak bawah

Ngeri, aku ngeri
apakah aku yang telah ketuk palunya?

Akidah Gauzillah, menulis (tahun ini) untuk Jurnal Budaya & Filsafat MITRA, Jurnal Bahasa KOLOFON, dan antologi cerpen sastrawan ASEAN 2017 (YPOI & Dewan Pustaka Malaysia).

 

 

58. Indah Patmawati

Bukan Soal Angkasa

Ini bukan soal angkasa
Tapi suara suara itu menyalip ketinggiannya
Bergemuruh dahsyat
Membongkar kerak arang yang menahun
Di hati

Adalah pintu berdaun emas
Ruang berlimpah pahala
Bertabur janji surga
Lalu apa lagi
Jika tidak segera tersungkur
Taubat dan pasrah

Ini bukan soal angkasa
Ketinggiannya hanya teraba
Oleh tangan tangan yang berserah

Ramadhan kareem hari ke 8, Sabtu 3 Juni 2017

Indah Patmawati lahir di kota pecel Madiun, sebuah kota kecil di Jawa Timur. Sehari-hari bekerja sebagai guru sekolah dasar. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan menulis, selain memberi kepuasan batin yang tiada terganti oleh apa pun. Tulisan hasil karyanya adalah Salinem di Lubang Sejarah (adalah kumpulan puisi tunggalnya), Taman Hati, dan Sajak Embara

 

59.Fitrah Anugerah

Sepanjang Ramadan

nafas ini sudah lama bersanding bau busuk
penuhi paruparu dengan sampah+debu jalanan,
dan langkahku akhirnya nuju ruang gelap dan sempit

mulut ini selalu terisi susu basi,
daging busuk dan kotor darah
hingga bibir tak sanggup berimu pujiaan

mata ini tersilaukan tajamnya cahya syahwat
aku pun berjalan bagai orang buta,
tak dapat lagi kulihat indah dirimu

telinga penuh dering hinaan dan lagu murahan
lalu tak kudengar lagi nyanyi merdumu di pagi hari
memanggilmu untuk sebut namamu yang jelas

diri berkubang pada tempat kotor,
bersanding tahu+najis
hingga aku malu berhadapan denganmu

diri ini sudah waktunya dicuci
hingga engkau turunkan seember air
dan kau pun penuh kasih mencuci jiwa ini
seperti bayi yang dimandikan bapa+ibunya

Tuhan perindah diri ini dengan pakaian kebesaranMu
agar aku tak malu berhadapan denganMu.

Bekasi, 2 Juni 2017

Fitrah Anugerah. Lahir di Surabaya, 28 Oktober 1974. Berkesenian atau berpuisi semenjak menjadi anggota Teater Gapus, Sastra Indonesia, Unair, Kedaiilalang, Kali Malang Bekasi, dan FSB (Forum Sastra Bekasi). Karya-karyanya pernah dimuat beberapa media dan terkumpul di beberapa antologi. Sekarang bekerja di ekspedisi angkutan dan bertempat tinggal di Bekasi

 

 

60. Najibul Mahbub

Ramadhanku Ramadhanmu

Ramadhan anugerah yang tak terbatas
Tak bisa tersekat ruang atau waktu
Rahmat yang tak terukur
Dalam logika akal manusia
Disana terlihat anak-anak kecil
Berkeliling desa sembari menabuh
Drum, blik dan tong
Menggugah malam di seperempat malam
tua muda berduyung menuju surau
mendendangkan tarawih bersama
menyanjungkan pujian ilahi
memohon kuasa Nya
Dahaga dan haus jua tak kuasa berkuasa
Tercekik oleh terbit sampai fajarpun tenggelam
memborgol seharian nafsu di hati
Merangkeng syahwat yang selalu muncrat
Mengunci tinggi hati yang selalu merajai hati
Ramadhanku Ramadhanmu
Ramadhan kita semua
Mengharap rahmat dan berkahMu
Ya Rabb....
Menanti kasih yang kian lama semakin lamat
Menunggu guyuran air hilangkan debu
Dalam diri
Ramdhan surau tak pernah sepi
Ramadhan rejeki mengalir tiada henti
Pahala pun diobral bagi sang pencari
Sedangkan Nafsu menjadi musuh sejati
Ramadhanku Ramdhanmu
Menjadi bulan yang ditunggu-tunggu
Pekalongan, 3 Juni 2017

Penulis yang juga guru Bahasa Indonesia dan juga pendiri teater Bayang di MAN 2 Pekalongan merupakan Pria kelahiran 13 Maret 1981. Ia tinggal di Gubuk kecil di Jalan Nusa indah 11 Perumahan Taman Seruni Gamer Pekalongan. Beberapa karyanya tergabung dalam beberapa antologi, antara lain: Antologi 105 Penyair, Semanggi Surabaya, Indonesia dalam Titik 13, Penyair Menolak Korupsi jilid I, Penyair Menolak Korupsi Jilid II, Menuju Jalan Cahaya, Antologi tentang Gus Dur, Habituasi Wajah Semesta, Daun Bersayap Awan, Ziarah Batin, Antologi Puisi 2 Koma 7, Puisi Menolak Korupsi Jilid I, Puisimenolak korupsi jilid 2, Antologi Wakil Rakyat, Memo Wakil Rakyat, Memo Anti terorisme, Memo Anti Kekerasan Anak, Memo untuk Presiden, Antologi Puisi Kampungan, Antologi Puisi 122 Penyair “Cinta Rindu Damai dan Kematian”, Rasa Sejati (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia), dan beberapa antologi yang masih dalam proses penerbitan. Bersama Evah Nafilati ia telah mengarungi kehidupan rumah tangganya selama 13 tahun dan bersama ketiga putrinya yang cantik yaitu Najiba Ziadatuzzulva, Najiba Hada Faradisa, serta Najiba Syasya Syazwina. Email yang bisa dihubungi yaitu najibulmahbub@yahoo.co.id No Hp. 085600745181.

 

 

61. Novia Rika

BULAN MULIA

Di bawah bulan mulia
Manifestasi kesunyian terlukis di raga
Jemari dingin, pucat menahan usia
Putih oleh aliran darah yang lambat, berdenyut lembut
Memanggil nadi dan seluruh isi hati

Waktu adalah bunga yang bertaburan di ranjang
Mengisi napas dengan lagu masa lalu
Namun menyulap lorong di bola mata
Tempat berjalan, meraba setiap pertanda dan
mengumpulkan pergantian musim yang menggantung di rambut

Hati-hati berdebu merangkai luka
Terukir dalam pandangan buta
Hari-hari terang tak selalu benderang
Dan malam-malam selalu mengumandangkan
rangkaian perjalanan
apakah hidup hanya menuju bangkai?

Denyut nadi, detak jantung, jejak-jejak napas
Bukti jiwa melekatkan sayap-sayapnya
Pada sebujur tubuh yang terbangun oleh doa
Menabuh gejolak dalam artikulasi
setiap sirkulasi darah

Bulan mulia masih cemerlang tahun ini
Masih menyambut kita dengan doa-doa
Mengajarkan kerapuhan manusia sekaligus kekuatan jiwa
Membelenggu nafsu dan berbagi air mata suci
Maka, ketika mata surya datang setiap hari menuliskan hidup
Pancaran-Nya menjamah sudut-sudut pekat
Kumohon, jangan biarkan aku terlewat

 

 

62. Agustav Triono

Mencari Malam Seribu Bulan

Di tanggaltanggal akhir Ramadhan
Saat jamaah tarawih kian maju kedepan
Sebab sebagian berjamaah di pusat perbelanjaan
Semangatku hampir tanggal, patah, lungkrah karena tak menemu malam seribu bulan
Malam seribu bulan kutunggu datangnya di sepi malam
Tak jua menyapa diri yang penuh dosa masa silam
Kelam yang membayang diri
Akankah tak diizinkan ikut menikmati
Segala kemuliaan yang dijanjikan Gusti

Kutunggu terus malam seribu bulan di serambi masjid kampungku
Kusujud dengan gerak kaku melafalkan namaMu
Setiap doa kusenandungkan kukeraskan kumerdumerdukan
Agar doa terkabulkan agar orangorang tahu aku begitu cinta Tuhan
Di malam kurang lima hari lebaran
Ku ikut arus orangorang di keramaian
Barangkali disana kumenemu malam seribu bulan
Pada wajah sumringah pedagang baju yang laris manis di pertokoan

Pada keringat tukang becak yang mengayuh harap sebab dompet menebal sungguh diinginkan
Pada jejak pengemis yang mengais rezeki dari rasa iba dan kasihan
Namun aku berpusar dalam kebingungan
Dimana aku bisa menemu malam seribu bulan?
Di malam yang gusar kuberjalan sendiri
Menyusuri jalan sunyi
Angin dingin membisik lirih ;
Jangan kau bingung tak usah gelisah...
malam seribu bulan akan mampir jika kau berserah...
ibadah ikhlas dan pasrah...
Pada Nya semata...
Juni 2017
Agustav Triono. Lahir di Banyumas,26 Agustus 1980. Alamat Perum. Abdi Negara Permai RT 06/RW 04. Jl.Kresna Raya no.1 Bojanegara, Padamara, Purbalingga 53372. No.hp 085647644746. Akun FB: Agustav Triono. e-mail : agustav_3ono@yahoo.com. Bergiat di Teater TUBUH Purwokerto, PENA MAS Banyumas, Komunitas HTKP Purwokerto dan Komunitas KATASAPA Purbalingga. Menulis puisi, cerpen, dan naskah drama/teater. Karya-karyanyapernah termuat di beberapa media massa dan dibuku antologi antara lain Balada Seorang Lengger (2011), Cindaga (2012), Jejak Sajak (2012), Dari Sragen Memandang Indonesia (2012), Spring Fiesta (2013), Puisi Menolak Korupsi 2a (2013), Tifa Nusantara (2013), Iwak Gendruwo (2014), Duka Gaza Duka Kita (2014), Memo untuk Presiden (2014), Memo untuk Wakil Rakyat (2015), Puisi Sakkarepmu (2016), Lumbung Puisi IV (2016), Lumbung Puisi V (2017) dan Teras Puisi (2017)

 

 

 

Aku curiga , jangan-jangan imamnya itu sang penyairnya :
63. Wadie Maharief

Kepada Imam Tua
; Tarawih di Sebuah Mushola

aku lihat berdirimu gagah
di saf terdepan
takbirmu lantang
menyebut asma Allah
penuh pujian
dan ketundukkan
di belakangmu
aku makmum
sami'na waato'na
aku pun hadapkan wajah
ke kiblat
dan kudengar lantunan
ayat-ayat suci menderas
dari nafasmu yang menghamburkan
keharuman
indah, mengajakku
melambung naik ke langit malam
wahai imam tua
kau ajak aku mi'raj
sambil membawa ayat-ayat al-Quran
dengan alunan lagu
teramat indah
di antara awan-awan emas
angin semilir
rukuk dan sujud ikhlas
penuh pujian
aku lihat Tuhan tersenyum
menyaksikanmu
sampai pada rekaat terakhir
assalamualaikum
wa rakhmatullahi wa barakatuh
dan aku terpaku
di sajadahku
----- Yogya 3 Ramadhan 1438 H

Wadhie Maharief, lahir di Prabumulih Sumatera Selatan 13 Maret 1955, puisi, esai, dan cerpennya banyak dimuat di media regional dan nasiopnal, turut dalam beberapa antologi bersama nasional.

 

Mari kita simak puisi karya Dwi Cahyo. Sebuah keinginan bisa membaca ternyata dimudahkan untuk bisa dan lancar. Demikian sebuah gambaran bahwa tidak ada sesuatu yang sulit asal ada kemauan.

 

64. Rintanalinie Girinata Primanique

Titik Balik

Menapaki jejak di padang sunyi
Kehilangan cinta
Lewati pagi
Ayat-ayat diam dalam hening
Siang pun terlampaui
Getaran resah di antara belantara nafsu
Tak mampu selami kebenaran lelap di lautan kebatilan
Tidak bisa membaca diri dari rasa fakir juga renyahnya zikir

Gaung Ramadan memanggil mesra
Semesta bertilawah
Pancaran Maha Benar
Di mana pualam cinta-Nya lebih tinggi dari mimpi tertinggi
Menggoda jiwa yang lelap
Kecamuk rindu membuncah
Cumbui setiap langkah penuh berkah
Gugurkan irisan waktu yang beku

Memetik indahnya malam seribu bulan
Selami lautan Firman-Nya
Usap jelaga di atas sajadah
Dalam munajat air mata taubat

Kikis hati berkarat

Lebur membaur
Tafakur
Hidup sebuah ketidakpastian
Sementara yang pasti keniscayaan di selubungi misteri
Menuju kenyataan tak terelakan
Kampung akhirat tujuan akhir
Kuningan, 03-05-2017

Rintanalinie Girinata Primanique lahir di Kuningan pada 12 Pebruari 1972
Belajar menulis secara otodidak
Hobby membaca, menulis dan traveling.
Beberapa karya puisi masuk di beberapa buku Antologi Puisi Bersama
Puisi itu bahasa jiwa yang jujur apa adanya

 

 

65. Dwi Wahyu C.D.

Indahnya Tadarus

Mengeja...memang baru bisa.
Selembar...dua lembar...berlembar-lembar
dan akhirnya bisa karena terbiasa.
Tertatih...terlatih...dengan gigih.
Menuju kelengkapan ibadah.
Menuju lapangnya berkah.
Ayat demi ayat tersurat
dan makna pun terucap
berharap penuh berkat.

Dwi Wahyu C.D. kelahiran Blora dan hijrah ke Banjarmasin. Menggemari puisi untuk mencurahkan isi hati dan menambah relasi. Salam sastra dan literasi

 

66. Abu Ma’mur MF

Ganar

ramadan kali kesekian, aku masih diriuhi pertanyaan-
pertanyaan, serupa petasan, dari dalam kepala. ritual
yang sejatinya sakral menjadi sekadar agenda tahunan
yang kemarau dan profan. Sengat perjalanan memantik
dahaga paling purba

(betapa nyaring kerinduan memasuki rahim sunyi kembali)

puasa adalah upaya menanam sebijih puisi dalam diri
membuhul keliaran binatang
merangkul pendaran bintang
memasuki rentang memupuk kepedulian pada derita sesama

(betapa tak gampang meleburkan kata dalam laku)

ramadan kali kesekian, satu titik belum jua kutemukan
entah berapa kelokan kulalui. ada banyak hal belum
kupahami. ada banyak ayat menghampari semesta belum
kutafakuri. aku terdampar dalam keterbatasan dan
kerawanan narasi indrawi

Ketanggungan, 2017

ABU MA'MUR MF, petani puisi dan pecandu kopi serta buku. Puisi-puisi dan tulisannya tersebar di sejumlah surat kabar lokal dan nasional. Puisinya dimuat dalam antologi: Antologi Puisi 107 Penyair Indonesia dan Malaysia (Lesbumi, 2012), Cimanuk, Ketika Burung-Burung Kini Telah Pergi (LovRinz Publishing, 2016), Seratus Puisi Qurani (Parmusi, 2016), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid V (Penebar Media, Yogyakarta, 2016), Pasie Karam (Dewan Kesenian Aceh Barat, 2016), Yogya dalam Nafasku (Balai Bahasa DIY, 2016), Kumpulan Puisi Kopi 1.550 MDPL (The Gayo Institute, Aceh, 2016) Antologi Puisi dari Negeri Poci 7 (Kosa Kata Kita, Jakarta, 2017). Meraih juara I lomba baca puisi tingkat provinsi Jateng (2008) dan juara I lomba cipta puisi tingkat nasional (2016)

 

68. Salman Yoga S

Khusus yang Riuh

Tumakninah nafas dan nafsu
Dari tahun-tahun yang mendengus menggersangkan
Ramadhanku hadir memberi sela
Untuk beriktikaf dalam kekhusu’an yang riuh
Seperti sajian khusus dalam perjalanan yang kelabu
Di bulan khusus yang meneduhkan
Saat-saat khusus pada kesempatan istimewa
Kesyahduan pada kehidupan khusus
Untuk khusuk memindai alfa pada bulan-bulan sebelumnya

Takengon, 2017

Salman Yoga S. Lahir dan besar di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Menulis semua jenis karya sastra dan jurnal, aktif di beberapa organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dan di beberapa perguruan tinggi lainnya. Pimpinan lembaga The Gayo Institute (TGI), Komunitas Teater Reje Linge (KomitreL) dan Komunitas Sastra Bukit Barisan Takengon. Tinggal dan menetap di Kampung Asir-Asir Atas No. 70 Takengon - Aceh Tengah sebagai petani kopi.

 

69. Ahmad Setyo Bae

Tadarus pagi

pagi diantara deru jalan dan lolong sepi
tak tampak mimpiku tentang Cintamu padaku
hingga sebagian daun yang jatuh semalam enggan pergi

pagi diantara pilar dinding sebuah masjid
meski ku sandarkan luka laraku
tak kujumpai suara suara tinggi di telaga hati

diantara kursi kursi diam tak beraturan, meja meja beriak bekas pesta semalam
pun tak kutemui tangis dan erangan anak anak perawan

pagi dikedalaman mimbar ramadhan
buih nama nama silih berganti timbul tenggelam menghanyutkan sisa makanan dan kotoran
sepi tak bisa dibawa sunyi ke dasar sunyi

Kau yang sembunyi dibalik lengang jalan, di balik batu diam, di ulu pilar masjid, dibawah sajadah sholatku
ada Kau ada Kau ada Kau
sehingga aku leluasa bertanya tanpa orkestra layunya matahari.

Jakarta, 2/6/2017. By Ahmad Setyo

Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.

 

 

70. Sri Handayani

Lailatul Qodar

Satu malam dalam Ramadhan
Tuhan istimewakan semalam
Ya hanya semalam saja...
Ialah malam Mulia Sang Lailatul Qodar, pahala berlipat ganda
Keberkahan melimpah ruah....
Bekal akhirat jaminkan syurga

Semua rindu, semua berharap mendapat Sang Lailatul Qodar....
Pada tanggal likuran muslimin dan muslimah beritikah
Berharap jumpa Lailatul Qodar
Malam mulia bergelimag berkah ridhoNya. ...
Angin pun diam, gunung dan pepohon sujud, runduk menatap kebesaranNya...
Malam istimewa, malaikat berkah turun ke bumi membagikan keberkahan dan rizki.....

Duhai Lailatul Qodar
Kaulah malam terindah,yang dipilih Tuhan, dalam setahun hanya sekali kau datang pada kami, insan hina tang rindukan berkah dan kasihNya....
Kami rindu padamu duhai Lailatul.Qodar....
Datanglah datanglah pada kami
Sibggahlah di sini, di taman hati yang belum suci ini....

Bandung, 03-06-2017

Sri Subekti Handayani , Tempat tgl.lahir ; 26 juni 1967, tinggal dikomp jakapurwa
Jl.jaka santika Blok C-2 Bandung
Sehari-hari bekerja sebagai PNS Pada Disparbud Prov. Jawa Barat.

Puisi yg kesasar di email,

71. Muakrim M Noer

Sebongkah Bulan dan Sebelas Tumpuk Bulan

Setahun sekali
Sebelas tumpuk bulan ditembak jatuh sebongkah bulan
Sebutlah ia sebagai pemburu dari negeri cahaya

Setahun sekali
sebelas tumpuk bulan paling jahanam melewati musim semi
Menjatuhkan diri dari sisi tanpa bayang
menggugurkan kelopak kelopak surgawi paling jahanam
Setahun sekali
Sebongkah bulan menjadi air dan api
Pemburu dan kekasih
Bunga dan janji
Pengampunan adalah pasti

Teluk Baguala - Ambon, 3 Juni 2017

Muakrim M Noer, Penyair, aktifis lingkungan, dan blogger. Puisi-puisi termuat di beberapa antologi,
1. Biarkan Katong Bakalae (Antologi Penyair Maluku), 2. Pemberontakan Dari Timur (Antologi Penyair Maluku), 3. Sang Peneroka (Antologi 106 Penyair Indonesia), 4. Lumbung Puisi Jilid 3, 4 dan 5.Puisi-puisi sering dimuat di koran lokal.

 

 

72. Rg Bagus Warsono.

Tiga orang dalam satu sajadah

dinginnya dinihari
surau kecil di sudut pemukiman
yang diberi jatah satu kapling
kami sujud mengikuti imam tua
tiga orang dalam satu sajadah
malam dingin disurau
bertahan menyangga tiangMu
Indramayu, Juni 2015

 

 

73. Sarwo Darmono

Pasa .......Ngeposna Rasa

Sak iki sasi pasa
Sasi kang kebak Nugroha
Kabeh Pada jaluk ngapura
Kabeh pada Nindakna Pasa
Pasa ora mung ninggalna Upa lan Toya
Pasa kudune isa ngeposna Rasa
Rasa ing Panca Driya
Pasa Ngleremna Hawa Angkara
Angkara ing Jiwa Raga
Pasa manunggaling Rasa, Jiwa lan raga
Maneges marang kang Kawasa
Rasa Rumangsa manungsa kang kebak dosa
Duh.... Gusti kawula yuwun Ngapura
Sedaya Salah lali lan dosa
Kawula nyuwun Sehat Jiwa raga
Kawula nyuwun Yuswa Dhawa
Kangge Manembah Mring Padhuka
Saha gesang Miguna ,
Tumprap Sedaya Titah Alam donya
Pasa tansah tumindak Prayoga
Pasa tansah laku Utama
Laku Utama Kang Nyata
Kanthi Lila Legawa Jruning Wardaya
Gusti Kang Kawasa Paring Nugroha
1 Juni 2017

Sarwo Darmono, penyair tinggal di MagDarmono, penyair tinggal di Magetan, Mas Sarwo Darmono.

 


TADARUS PUISI

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler