Skip to Content

# puisi

Doa Malam hari

Pada lengkung langit yang hitam kulihat kedua bola matamu menyala

Bagai kunang-kunang yang terbang di sepanjang lorong sunyi

Detak jantungku memanggil-manggilmu

Kamar Langit yang Jingga

Di genangan matamu

Kulihat kupu-kupu menabur mimpi-mimpi malam

Bunga-bunga merah

Bercahaya pada lengkung bibirmu

Seperti halnya sihir

Ke Dunia yang Terjauh

Langit yang merah melengkung di bibirmu

Sayup-sayup suaramu mengepakkan sayap pada khayalan yang jauh

Dalam pikiranku

Siasat

Kau  lambungkan pikiranku ke angkasa

Lalu kau bidik aku yang menepi bagai burung

Di pelataran kebun

Suaramu adalah senapan paling senyap

Sajak Pengantin

Kubesuk kediamanmu

dengan pakaian putih-putih

lalu kaupun timbul, gemerlapan

dalam baju pengantin

masing-masing kita memendam debar

Pejantan

Gadis-gadis berpredikat manja

dan tidak berdaya

bergelantungan di lengan-lengan kuatnya

termakan manisan dan buaian

 

"Tuan !" hardiknya,

Cengkerama

Telah kulinting namamu

bertajuk-tajuk, bagai doa tanpa jeda

yang diisyaratkan seorang rahib

 

Nona ! desaknya,

Ziarah Bathin

Rembulan ikhlas

melukis indah

Wajah malam

Pulang sejenak

Menyusur relung

Mengetuk pintu

Melapang rasa

Kobar api cinta

Deraian Rindu

Izinkan aku sendiri dalam sunyi
Mega terpanca pesona malam
Alangkah meriuhnya segenap dada

Aku masih belum mengerti
Kesenyawaan rasa dalam sanggul sanubari
Usang kepalang kurasa dini

Penantian Rindu

Gelap hati siapa kira
Menahan luka yang telah menganga
Mulut sembilu tiada bahasa
Hawa cinta tertelan nestapa

Aduh…
Mengapa pula engkau enggan menyapa
Kala nyatanya cinta ingin menannya

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler