Bulan sepi
Hati sunyi
Tahun berganti
Kau tak jua kembali
Inikah duka
Menoreh nestapa
Rindu menjelaga
Tak jua sirna
Malam terlalu berisik!!!
Membuat tidurku kian terusik
Mimpi jadi tak asik
Lalu rentetan pengemis datang setelahmu
Dengan wajah polos memintaku
Harap cemas akan jawabanku
Aku menulismu...
Untuk tak lupa
Untuk ku ingat
Hujan, dan Penyair di Bawahnya
Mari, teruslah kita berpura-pura tegar seperti batu. pura-pura tak menggigil meski remasan sunyi itu sungguh memeras tubuh kita hingga terkuras.
Di penghujung pekan, selalu saja ada senyum yang bermekaran dengan sendirinya,
Entah karena digoda rasa rindu,
Atau karena dibuai mimpi indah.
Apapun itu,
Meski kita kini telah hidup bersama,
Ayahku, tuhanku!
Tersebab hebatmu, kau terbitkan aku di ufuk rahim ibu Dan darahmu mengaliri sekujur kemanusiaanku.
Tersebab cintamu pada ibuku, kusaksikan sendiri bahwa matahari itu
Nak – Pak
Berbaringlah nak,
di atas gulungan-gulungan ombak
di atas bara-bara menyala
Komentar Terbaru