Skip to Content

Primordialisme dengan Budaya Santun

Foto KristoforusArakian
files/user/8047/DSC07499_0.jpg
DSC07499.jpg

Primordialisme merupakan sebuah paham yang memegang teguh hal – hal yang dibawa sejak kecil [Fitra], baik mengenai tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada didalam lingkungan dimana telah terkontruksi oleh pewaris – pewaris ingatan yakni para leluhur. Namun ketika ditelusuri secra filosofis saya lebih tertarik dengan ide – ide atau pemikiran romantisisme jerman, terutama dalam karya – karya Johann Gottlieb Fichte dan Johann Gottfried Herder dimana mengasumsikan bahwa suatu bangsa itu identik dengan Bahasa karena bahasa selalu identik dengan pemikiran dan karena setiap bahasa yang telah dipelajari didalam masyarakat akan mendarah daging dan kerap dipahami sebagai bahasa ibu, maka setiap masyarakat pun harus berpikir secara berbeda – beda. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat tetap berpatokan pada sifat yang fitra tersebut secara Continue dari waktu – kewaktu. Namun ketika ditinjau secara Etimilogi primordialisme berasal dari bahasa latin primus yang artinya pertama dan ordiri yang berarti tenunan atau ikatan yang mana merupakan hal – hal dasar yang telah diikat sejak pertama kali seorang manusia berinteraksi dengan dunianya.

Primordialisme ketika dianalisa berdasarkan kaca mata objektif  yang merujuk dari realitas hari ini dimana kerap melahirkan konflik – konflik Horisontal baik konflik antar suku, konfik antar daerah bahkan konflik dengan skala yang lebih besar ketika ada semacam politik adu domba yang menggunakan Identitas sebagai manufer untuk menghalalkan Tujuan. Disini dengan gamblang realitas mempertontonkan kepada kita sebagai penikmat sejarah, sebagai pewaris [primordialis]  bahwa betapa sexinya dandanan kedaerahan yang diwariskan, betapa anggunnya hegomomoni kedaerahan yang menjadi produk sejarah itu sehinggah dengan mudah dijadikan alat pemecah belah persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang Majemuk. Primordialisme dalam sebuah bangsa majemuk ibarat dua sisi mata pedang yang sama – sama tajam, disatu sisi sebagai alat pemersatu dalam suatu tatanan masyarakat daerah dalam semangat Nasionalisme [Gotong Royong] ketika suatu masyarakat mampu menerapkan Budaya santun yang diadopsi dari teologi Pluralisme sebagai sebuah Rujukan Etika  Budaya serta mampu menghayati dan mengaktulisasikan Ideologi bangsa ini yakni Pancasila dan semangat persatuan yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika. Namun disisi lain primordialisme bisa menjadi alat ampuh untuk memecah belah ketika budaya Santun terisolir oleh kuatnya Budaya Militeristik yang dianut dari teologi Komunal dimana melihat semua yang ada disekelilingNya sebagai Lawan dan semua cara adalah Halal sehingga membunuh itu pun dibolehkan Negara karena Zona Aman sekalipun masyarakat Awam sebagai Korbannya, namun lebih ironis lagi karena ini bukan dalam Zona Perang namun Zona Politik. Zona politik dengan Ambisi yang kuat hingga bihari nafsu untuk menyetubuhi lawan hingga Ejakulasi itu seakan membuatnya Lupa kalau Niat baik, Tujuan baik itu harus dieksekusi dengan Etika Politik yang baik, yang terhormat sehormat – hormatnya manusia sebagai Citra Allah. Ini menandakan suatu gelaja Dimana primordialisme lebih merupakan sebuah perasaaan kesukuan dan kedaerahan yang berlebihan hingga melahirkan Fanatisme Kultural, Fanatisme Agama karena bicara primordialisme dengan pendekatan Tradisional maka tidak salah ketika Politik Identitas yang lebih mengarah pada politik Adu domba mampu manuai hasil menelanjagi peninggalan mulia yang telah diwariskan. Dimana semangat Kebhinekaan dan jiwa Pancasila yang diwariskan Fonding father ??? terus apakah kita ini Binatang sehingga mudah diadu domba lantaran kepentingan segelintir orang ??? dan apakah Kultur, agama bangsa kita bisa dijual oleh Makelar Angka dengan nilai yang disebut protozoa Modal [uang] dengan Mekanisme Pasar ???

Primordialisme sebagai sebuah ikatan seseorang pada kelompok yang pertama dengan segala nilai yang diperoleh melalui sosialisasi akan berperan dalam membentuk sikap dan Etika Primordial. Disatu sisi sikap primordial memiliki fungsi untuk melestarikan budaya kelompoknya, namun disisi lain dapat membuat individu atau kelompok memiliki sikap Etnosentris yakni suatu sikap yang cenderung bersifat subjektif dalam memandang budaya orang lain dari kaca mata budayanya. Ini menandakan Ego primordial telah beranak Fanatisme, hal ini terjadi karena nilai – nilai yang telah tersosialisasi dan terkontruksi sejak dini sudah menjadi nilai yang mendarah daging.

Sebelum saya mengupas Perempuan – perempuan Merdeka yang terpanggil Nurani kemanusiaannya untuk melihat pertikaian Identitas di Zona bangsa dan Negara hari ini [Feminis – Humanis] saya coba memaparkan sedikit Kajian sedernaha terkait sisi negative primordial yakni melahirkan Etika Etnosentris. Etnosentris atau menurut istilah saya Fanatisme Kultural memiliki dua variasi yakni Etnosentris Infleksibel yang merupakan suatu sikap yang cendrung bersifat subjektif dalam memandang budaya atau tingkah laku oranglain dan Etnosentris Fleksibel lebih merupakan suatu sikap dimana cendrung menilai tingkah laku oranglain tidak hanya berdasarkan sudut pandang budaya sendiri tetapi juga sudut pandang budaya lain. Sehingga ketika kita berbicara dan memaknai primordial dengan persepsi Etnosentris Fleksibel maka Budaya santun akan melahirkan Keharmonisan, maka rekonsiliasi konflik primordiarlisme sebagai Hukum Identitas dapat meminimalisir dampak Ego primordialisme yang hanya melahirkan sekat dan deviasi sosial.

 

Larantuka, Januari 2018


Kopi Hitam & Perempuan Hebat

Merindukan Perempuan - Perempuan tanpa Kosmetik

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler